Advertisement

Bikin Miris, Dalam Sebulan Terjadi 4 Klithih di Jogja, Mayoritas Pelaku Masih Anak-Anak

I Ketut Sawitra Mustika
Kamis, 28 Juni 2018 - 20:17 WIB
Nina Atmasari
Bikin Miris, Dalam Sebulan Terjadi 4 Klithih di Jogja, Mayoritas Pelaku Masih Anak-Anak Ilustrasi kekerasan fisik. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Dalam satu bulan terakhir, kasus kekerasan oleh remaja atau klithih marak terjadi di Kota Pelajar. Pada bulan Juni, Polresta Jogja telah mengungkap empat kasus.

Salah satu pelaku bahkan merupakan residivis. Penanganan dan pencegahan yang lebih komprehensif dibutuhkan untuk menghentikkan tindakan kriminal yang telah menghilangkan beberapa nyawa secara sia-sia itu.

Advertisement

Kapolresta Jogja AKBP Armaini mengatakan, pihaknya telah melakukan profiling untuk memetakan empat kasus yang sudah diungkap. Dari hasil profiling, meskipun belum begitu mendalam, polisi menyimpulkan ada beberapa persamaan antara satu kasus dengan kasus lainnya.

"Pelakunya sebagian besar anak. Ada dua yang 19 tahun. Korbannya juga anak-anak. Umumnya pelaku ada permasalahan dalam rumah tangga. Pengawasan orang tua kurang. Rata-rata ikut geng sekolah. Sudah mengenal rokok, minuman keras. Ada juga yang sudah bertato," jelas Armaini saat jumpa pers di Mapolresta Jogja, Kamis (28/6/2018).

Rangkaian kasus klithih di bulan Juni diawali pada tanggal 2 Juni. Korban yang masih berumur 14 tahun mengalami luka di tangan. Kasus kedua terjadi tanggal 7 Juni, yang menyebabkan Dwi Ramadhani, mahasiswa UGM, kehilangan nyawa.

Beberapa jam sebelum klithih maut itu terjadi, di sebuah warung burjo yang beralamat di Jl. Piere Tendean, Wirobrajan, Kota Jogja, juga terjadi aksi kekerasan jalanan. Korban yang bernama Alif Rahman mengalami luka bacok di kaki dan tangan.

Kasus paling terbaru terjadi tanggal 22 Juni di Jl. Bausasran, Danurejan, Kota Jogja. Korban yang bernama Labaisya Bintang, 15, dibacok di kepala. Keningnya sobek, tulang tengkorak retak dan terjadi pendarahan di dinding tengkorak. Saking panjangnya luka yang diderita, Ia membutuhkan 15 jahitan.

Armaini mengaku sangat miris dengan kasus klithih yang terus terjadi. Sebab, pelakunya mayoritas masih anak-anak. Mereka rata-rata punya perilaku yang mirip satu sama lain, seperti suka bolos, keluyuran di malam hari, dan tidak menonjol secara akademik.

"Karena itu perlu penanganan secara serius. Tidak hanya melakukan langkah represif, kami juga akan menjadikan kasus-kasus ini sebagai dasar melakukan langkah lain. Ke depan kami akan mainkan bidang preventif. Kami kerja sama juga dengan dinas pendidikan dan pihak-pihak lain, karena ini bukan hanya tanggung jawab polisi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sejumlah Kendaraan Hilang Tersapu Banjir Bandang di Sukabumi

News
| Kamis, 05 Desember 2024, 00:07 WIB

Advertisement

alt

Berkunjung ke Chengdu Melihat Penangkaran Panda

Wisata
| Sabtu, 30 November 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement