Advertisement

MEGAPROYEK KULONPROGO : Penolak Bandara dan Pasir Besi dalam Satu Panggung

Selasa, 01 April 2014 - 10:11 WIB
Nina Atmasari
MEGAPROYEK KULONPROGO : Penolak Bandara dan Pasir Besi dalam Satu Panggung

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO- Ulang tahun Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo kali ini dirayakan dengan berbeda. Memasuki usia ke-8 yang jatuh pada 1 April 2014, kelompok petani pesisir yang menolak tambang pasir besi dan pembangunan pabrik pengolahan pasir besi ini terlihat akrab dengan Wahana Tri Tunggal (WTT), kelompok masyarakat pesisir yang dikenal aktif menolak pembangunan bandara internasional di Kulonprogo.

Dalam satu panggung, di depan spanduk bertuliskan tanah untuk kehidupan bukan ditambang dan bertani atau mati tolak tambang besi, kedua petinggi kelompok pesisir tersebut berjabat tangan dan menerima potongan tumpeng ulang tahun.

Advertisement

Peringatan hari ulang tahun yang sengaja digelar satu hari sebelumnya, Senin (31/3/2014), karena bertepatan dengan tanggal merah ini, diadakan di rumah Rupini, salah satu warga Pedukuhan VI Siliran, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur. Jumlah yang hadir sangat banyak, sampai ribuan.

“Hidup PPLP!” seru Sarijo tepat saat ia dipersilakan naik ke pentas dan memulai orasinya. “Hidup!” sambut ribuan warga yang duduk bersimpuh tepat di hadapannya.

“Hidup WTT!” sambung laki-laki yang dikenal sebagai sekretaris WTT tersebut. “Hidup!” sorak sorai warga membahana, menyatu dengan teriknya matahari yang mencubit-cubit kulit.

Orasi laki-laki kelahiran 65 tahun silam itu membakar emosi warga yang hadir di sana. Dengan berapi-api ia terus berbicara sembari berjalan mondar-mandir di panggung. Tangannya terkepal ke atas, “Mari kita bersatu untuk melawan investor yang masuk ke pesisir selatan.”

Sontak seruan dan tepuk tangan kembali pecah. Baginya, PPLP adalah saudara WTT, bersama-sama melawan karena mempertahankan hak milik, lahan pertanian, yang terancam musnah karena kedatangan para pemodal ke kawasan selatan.

Saat ditanya laki-laki berkacamata tebal itu mengaku kedatangan WTT sebagai bentuk solidaritas sesama warga pesisir. Kalau nanti WTT punya gawe, ia berjanji akan mengundang PPLP sebagai bentuk ikatan persaudaraan.
“Ini bukan koalisi,” sergah Widodo.

Laki-laki yang berambut gimbal yang dikenal sebagai corong PPLP ini mengungkapkan, kedatangan WTT sebagai bentuk solidaritas warga pesisir yang menolak raksasa bertopeng pembangunan di wilayah pesisir Kulonprogo, tempat tinggal mereka.

Semua tahu, PPLP getol dengan penolakan tambang pasir besinya, sementara WTT berkoar menentang pembangunan bandara.

Setidaknya, sampai hari ini, keduanya terkenal pantang menyerah. Sekalipun ratusan hektare areal pertanian di Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, telah dibebaskan untuk pembangunan pabrik pengolahan pasir besi yang diperkirakan omzetnya mencapai triliunan atau pendataan warga terdampak pembangunan bandara di Kecamatan Temon sudah direalisasikan pemerintah.

Kata laki-laki yang usianya berada di kisaran kepala tiga ini, “Siapa pun yang menolak pergeseran ruang hidup para petani, maka kami akan rangkul untuk bersama-sama menolak.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Iran Serang Israel, Korea Selatan Keluarkan Peringatan Perjalanan

News
| Selasa, 16 April 2024, 14:27 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement