Advertisement
Festival Sewu Kitiran Ketiga Digelar, Kincir Angin Dinilai Kurang Kreatif
Advertisement
Festival sewu kitiran yang digelar di Bantul dianggap kurang kreatif
Harianjogja.com, BANTUL -Kendati sudah digelar selama tiga kali acara tahunan Festival Sewu Kitiran dinilai pengunjung masih kurang menarik. Beberapa pengunjung setia festival itu mengaku pihak panitia gagal dalam menampilkan kreativitas kitiran.
Advertisement
Setiani, salah satu pengunjung asal Banguntapan menilai acara yang tahun ini digelar di Dusun Sompok, Desa Sriharjo, Minggu (20/11/2016) tersebut tak jauh beda dengan dua festival yang digelar 2014-2015 lalu.
Menurutnya, kincir angin sebagai ikon acara seharusnya bisa dikembangkan secara lebih kreatif. “Kebetulan, sejak awal saya selalu datang ke acara ini. La ini saya lihat kitirannya sama saja,” katanya.
Memang, dari pantauan di lokasi acara, selain jumlah kincir angin yang hanya ratusan, model kincir angin yang ditampilkan pun nyaris seragam. Padahal, beberapa dari kincir yang dipasang merupakan kincir yang dilombakan oleh panitia.
Diakui Pelaksana Harian Festival Sewu Kitiran Agni Zulkarnaen, kincir angin yang ditampilkan dalam acara tersebut memang masih seragam. Menurutnya, hal itu disebabkan dengan minimnya dana yang tersedia untuk memproduksi kincir angin yang jauh lebih beragam. “Itu saja, panitia yang membuatnya,” katanya.
Namun, ia membantah jika jumlah kincir angin yang ditampilkannya tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Ia menegaskan, jumlah kincir angin yang ia tampilkan tahun ini mencapai 300 buah.
Selain itu, tahun ini pihaknya pun menambah ragam acara untuk memperkaya festival tersebut. Diantaranya adalah dengan menampilkan beberapa performance, seperti Tari Kitiran, Ni Sompok, dan topeng jathilan.
“Kami juga mengadakan lomba mewarnai layang-layang untuk anak-anak, lomba kuliner tradisional untuk ibu-ibu. Jadi semua kalangan bisa aktif terlibat di event ini,” ucapnya.
Terpisah, konseptor acara Muslikh Mardiyant mengakui, festival itu digelar atas latar belakang pelestarian tradisi masyarakat Jawa. Mimpi besarnya, kitiran bisa menjadi sumber daya yang mampu menghasilkan listrik dari sinergi air dan angin.
Meski begitu, pria berkacamata ini sadar ia tak mampu sendirian mewujudkan mimpinya. Baginya, peran serta warga sekitar yang tak jemu memotong bambu dan membentuknya menjadi kitiran sangat diperlukan. “Tidak hanya melestarikan kitiran, ini bisa menjadi mata pencaharian warga karena kitiran dapat pula dibentuk sebagai cinderamata,” ucap Musklih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jaring Masukan, Bapelkes DIY Gelar Forum Komunikasi Publik
- Taman Pintar Dikunjungi 3 Ribu Lebih Wisatawan Sehari Selama Libur Lebaran
- Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo, Lengkap dari Staisun Tugu hingga Palur, Jumat 19 April 2024
- Jadwal Baru KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur, Jumat 19 April 2024
Advertisement
Advertisement