Advertisement

Promo November

Madubaru Mulai Masa Penggilingan Tebu, Ini Kemeriahan Ritualnya

Arief Junianto
Minggu, 23 April 2017 - 19:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
Madubaru Mulai Masa Penggilingan Tebu, Ini Kemeriahan Ritualnya Pengantin tebu saat dikirab dalam acara Cembengan di Pabrik Gula Madukismo, Jumat (29/4/2016). (Yudho Priambodo/JIBI - Harian Jogja)

Advertisement

Madubaru akan menggiling setidaknya 550.000 tebu

Harianjogja.com, BANTUL -- Pabrik gula dan spiritus PT Madubaru kembali memulai masa penggilingan tebu. Ditandai dengan ritual Cembengan di kompleks pabrik, di kawasan Padokan, Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Jumat (21/4/2017), masa penggilingan tebu untuk memproduksi gula kembali digelar oleh perusahaan pemasok gula terbesar untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah bagian selatan ini.

Advertisement

Direktur PT Madubaru KRT Madu Gondo Diningrat menjelaskan, penggilingan itu rencananya akan dimulai Sabtu (6/5/2017). Proses penggilingan yang diperkirakan berlangsung selama 160 hari itu rencananya akan memanfaatkan sekitar 550.000 batang tebu.

“Tak hanya dari kebun di DIY saja, tebu-tebu itu juga dipasok dari daerah lain, seperti Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, Sragen, dan Purbalingga. Semuanya dari tebu kemitraan dan tebu rakyat,” katanya saat ditemui di sela berlangsungnya Cembengan.

Dengan asumsi rendemen rata-rata 7,15 persen, Madu Gondo memperkirakan jumlah total gula yang akan dihasilkan mencapai 39.325 ton. Sementara untuk raw sugar sebanyak 23.500 ton.

Sementara terkait dengan ritual Cembengan sendiri, Koordinator Acara Alex Khomsa menjelaskan, tradisi tersebut diawali dengan proses akad nikah sepasang tebu. Kedua tebu yang dinikahkan itu adalah Kyai Sukro dan Nyai Manis.

Sepasang pengantin tebu ini menjalani prosesi akad nikah di Masjid An-Nuur yang terletak di sebelah timur kawasan pabrik. Setelah itu diarak menuju pabrik. Nama Kyai Sukro merujuk hari Jum'at. Adapun Nyai Manis merujuk Legi.  “Sepasang pengantin tebu ini diijabkan dulu sebelum digiling,” jelasnya.

Sepasang pengantin tebu inilah merupakan tebu pertama atau cucuk lampah yang bakal dimasukkan dalam mesin pada masa penggilingan tahun ini. Menurut Alex, tradisi ini juga mengandung makna filosofi. Yakni, agar produksi tanaman tebu para petani pada musim tanam berikutnya melimpah. “Semoga masa penggilingan tahun ini diberikan kemudahan dan kelancaran,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Prediksi BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Diguyur Hujan

News
| Minggu, 24 November 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement