Advertisement
Warga yang Tinggal di Tempat Ini Rawan Terjangkit Tuberkulosis
Advertisement
Waspadai penyebaran kuman TB.
Harianjogja.com, SLEMAN--Masyarakat diminta mewaspadai penyebaran TB (Tuberkulosis). Kelompok yang rawan terkena TB adalah anak, lansia, warga yang tinggal di lingkungan kumuh, penghuni lapas/rutan, asrama juga pesantren.
Advertisement
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Nurulhayah mengatakan angka penderita TB di wilayah Sleman tidak jauh berbeda dengan catatan tahun lalu, sekitar 780 orang. Pihaknya terus menargetkan penurunan jumlah penderita TB. "Kami masih menganalisa penyebab kesulitan untuk menurunkan angka TB. Usaha promosi dan pencegahan tetap kami lakukan untuk mencegah bertambahnya kasus," katanya kepada harianjogja.com, Senin (5/1/2018).
Saat ini dilakukan upaya Eliminasi TB sebagai bagian dari upaya Indonesia bebas TB pada 2035. Eliminasi TB dimulai sejak 2016 dengan peluncuran strategi TOSS-TB yang meliputi peta jalan Eliminasi TB, penemuan intensif, Atif, Massif, dan kemitraan dan mobilisasi sosial.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Sleman Dulzaini menjelaskan untuk mencegah TB perilaku hidup bersih dan sehat harus dilakukan. Salah satu yang paling mudah dikerjakan dengan membuka jendela dan pintu setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk. "Jangan membuang dahak di sembarang tempat, tidak merokok dan minum minuman keras, dan aktivitas negatif lainnya," katanya.
Menurutnya ciri-ciri terduga TB yang utama adalah batuk berdahak lebih dari dua minggu. Sedangkan ciri yang lain adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari satu bulan.
"Yang perlu diketahui oleh masyarakat bahwa penyakit TB bukan penyakit keturunan namun penyakit yang disebabkan oleh kuman TB. Penyakit ini dapat menular dari penderita kepada orang lain menular langsung melalui percik renik diudara," katanya.
Sumber penularan adalah dahak yang mengandung kuman TB, maka pada waktu batuk atau bersin penderita TB diharapkan dengan menutup dengan tisu atau pelindung lain misalnya masker. Pengobatan TB memakan waktu cukup lama dan tidak boleh terputus. Pada tahap awal sekurang-kurangnya enam bulan atau empat bulan setelah konversi biakan. "Lama pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan paling sedikit 18 bulan setelah terjadi konversi biakan, dan lama pengobatan berkisar 19 – 24 bulan yang terdiri dari pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan," katanya.
Keterkaitan TB dan angka kematian pada perempuan adalah angka kematian ibu akibat persalinan mencapai 10.488/tahun atau 228/100.000 persalinan, sedang TB juga penyebab kematian ibu nomor tujuh dan nomor satu untuk indirect obstetric death.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Ajukan Praperadilan, KPK: Silahkan, Itu Hak Tersangka
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Golkar DIY Bakal Terima Nama Calon yang Dijaring di Pilkada 2024, Berikut Nama-nama Kandidatnya
- Harga Bawang Merah di Jogja Masih Stabil Tinggi, Ini Penyebabnya
- Ini Rencana Pemda DIY Setelah TPA Piyungan Ditutup
- Pilkada 2024, Heroe Poerwadi Hingga Singgih Raharjo Ambil Formulir Pendaftaran Calon Walikota di Partai Golkar
- Semula April, Kesiapan Pengolahan Sampah di Kota Jogja Mundur hingga Awal Mei
Advertisement
Advertisement