Advertisement
Berumur Lebih dari Dua Abad, Kraton Jogja Harus Berperan Jaga Toleransi
Advertisement
Sejumlah kalangan menyampaikan kritikan dan masukan terkait peran Kraton Jogja.
Harianjogja.com, JOGJA--Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menginjak usia 271 tahun pada 2018 ini. Di usianya yang sudah matang tersebut, kerajaan yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi itu diharapkan bisa semakin memperkuat perannya sebagai pusat kebudayaan dan spiritualitas. Selain itu, Kraton juga didorong untuk terus menjaga kerukunan serta toleransi di Bumi Mataram.
Advertisement
Ketua Forum Persaudaraan Umat Beragama (FPUB) yang juga Pemimpin Pondok Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede, Jogja, Kiai Abdul Muhaimin menilai akhir-akhir ini otoritas Kraton sebagai pusat kebudayaan dan spiritual telah mengalami degradasi sedemikian rupa. Pasalnya, sebagian anggota keluarga kerajaan dinilai lebih fokus pada kegiatan yang berbau materi.
"Urusan spiritual dikesampingkan," ujar Kiai Abdul Muhaimin Jumat (16/2/2018). Menurutnya, indikator dari menurunnya peran Kraton dalam hal kebudayaan dan spiritual terlihat dari maraknya kasus intoleransi di Bumi Mataram. Tak hanya itu, rasio gini yang tertinggi di Indonesia, sambungnya, adalah contoh lain yang perlu mendapat perhatian.
"Dana keistimewaan Rp1 triliun, kok jurang antara yang miskin dan kaya semakin lebar. Saya kira Keluarga kerajaan secara perlahan harus mengurangi dominasinya di bidang ekonomi. Sultan yang sekarang kan yang ke-10, bagi orang Jawa itu artinya nol, nol itu artinya harus memulai kembali," imbuhnya.
http://m.harianjogja.com/?p=894683">Baca juga : Deklarasi Jogja Damai Jangan Hanya Jadi Macan Kertas
Penghageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Jatiningrat menyebut, Kraton harus mampu menjadi pelindung masyarakat, apapun agama dan keyakinannya. Ia menyatakan, Sultan HB X sebagai pemimpin tertinggi kraton harus bisa mempersatukan perbedaan yang ada sehingga ketentraman dan toleransi bisa terwujud.
Menurutnya, sikap mengayomi Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat terhadap semua pemeluk agama sudah dilakukan sejak lama. Salah satu contohnya adalah keputusan Sri Sultan HB VII yang memperbolehkan pembangunan Kelenteng Fuk Ling Miau, Gondomanan.
Romo Tirun, begitu ia bisa disapa, mengutarakan, semua anggota keluarga kerajaan harus mampu menjaga wibawa Kraton dengan menjadi contoh yang baik. "Bukan memberi contoh, tapi mampu menjadi contoh. Bukan hanya Sultan tapi semua anggota keluarga. Kalau tidak mampu, wibawa Kraton akan jadi merosot. Wibawa ini soalnya berhubungan dengan perlindungan masyarakat," jelasnya.
Peringatan hari jadi kerajaan yang terlahir dari rahim Kesultanan Mataram itu sendiri diperingati pada Kamis (15/2/2018). Pada hari itu digelar Pengetan 271 Tahun Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Kagungan Dalem Pagelaran Kraton.
Acara itu dihadiri Ketua Parampara Praja DIY Profesor Mahfud MD, Anggota DPD RI Muhammad Afnan Hadikusumo, Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri, Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi dan petinggi-petinggi lainnya. Selain itu, ribuan jamaah Majelis Tasyakur turut hadir dalam mujahadah akbar dan sema’an Al-Quran tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Inilah Negara Paling Awal dan Paling Akhir Rayakan Tahun Baru 2026
Advertisement
Musim Liburan, Wisata Jip Merapi Diserbu hingga 20 Ribu Orang
Advertisement
Berita Populer
- Libur Nataru 2025, Simpang Tempel Jadi Pintu Masuk Tersibuk ke DIY
- Pantai Glagah Ramai saat Nataru, Pelaku Usaha Kuliner Nikmati Kenaikan
- Libur Tahun Baru 2026, Petugas TPR Wisata Bantul Ditambah 3 Kali Lipat
- Pidana Kerja Sosial, Pemkab Gunungkidul Masih Tunggu Juknis
- Libur Natal 2025, Omzet Wisata Kuliner Mbak Pesta Naik 20 Persen
Advertisement
Advertisement



