Advertisement

Batan Manfaatkan Limbah Jadi Baterai Nuklir

Sunartono
Jum'at, 20 April 2018 - 20:10 WIB
Laila Rochmatin
Batan Manfaatkan Limbah Jadi Baterai Nuklir Kepala Batan Prof. Djarot Sulistio Wisnubroto. - Harian Jogja/Sunartono

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Sejumlah ilmuwan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sedang mengkaji pemanfaatan limbah radioaktif untuk diubah menjadi baterai nuklir. Penggunaan baterai nuklir harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan aspek keamanan karena berkaitan dengan dampak radiasi.

Kepala Batan Prof. Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan  potensi limbah radioaktif yang bisa dimanfaatkan di Indonesia tergolong besar. Saat ini mencapai sekitar 3.000 sumber radiasi dari limbah radioaktif yang tersimpan di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Serpong.
 
Di Indonesia lebih dari 15.000 pemegang izin pemanfataan sumber radioaktif mulai dari perusahaan hingga rumah sakit di seluruh Indonesia. Sampahnya, ada yang dibuang di PTLR Serpon, tak sedikit pula limbah itu dikembalikan ke negara asal atau pengeskpor. Selain limbah dari berbagai pemegang izin, tiga reaktor nuklir milik Batan juga turut menghasilkan limbah serupa.

"Kami sedang meneliti untuk pemanfaatan limbah radioaktif ini menjadi baterai nuklir," katanya di sela-sela Rapat Koordinasi Pemanfaatan Limbah Radioaktif di STTN Batan Jogja, Kamis (19/4/2018).

Ia mengakui baterai nuklir memiliki ketahanan yang ampuh di berbagai kondisi. Kenyataan itu, seperti dilakukan Lembaga Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA mengirim wahana ke Mars dengan menggunakan baterai nuklir yang bisa tahan dari berbagai cuaca. Pemanfaatan di Indonesia bisa diterapkan di daerah terpencil atau perbatasan sebagai sumber energi, terutama bagi aparat negara yang sedang bertugas di area tersebut.

"Salah satu yang merespons penelitian ini adalah Kementerian Pertahanan. Karena ini memang bisa dipakai sebagai baterai, misal dimanfaatkan militer yang bertugas di perbatasan," ujarnya.

Namun, memproduksi baterai nuklir tidak mudah. Djarot sendiri belum bisa memastikan, kapan Indonesia mampu melakukannya. Namun, tugas utama Batan meneliti masih berjalan hingga saat ini. Kajian itu sekaligus untuk mendapatkan data valid dari sumber ilmiah agar pemanfaatan limbah radioaktif menjadi baterai nuklir tidak menjadi berita bohong yang berseliweran di tengah masyarakat.

Pertimbangan keamanan menjadi sangat penting diulas dalam penelitian itu, karena baterai tersebut menyimpan radiasi yang dapat memancar dan membahayakan bagi manusia. Salah satu ilmuwan Batan yang secara khusus meneliti baterai  nuklir Sudaryanto menegaskan selain aspek keselamatan, aspek sosial juga harus dipertimbangkan dalam penggunaan baterai nuklir.  Masyarakat masih memiliki rasa takut semisal baterai nuklir dipakai untuk ponsel. Kenyataan sosial itu menjadi alasan keamanan dalam penelitian baterai nuklir.

Ia mengatakansalah satu limbah radioaktif yang bisa digunakan sebagai baterai nuklir adalah alat pengukur ketebalan kertas yang biasa digunakan pabrik rokok dan disebut strontium 90 yang dapat memancarkan sinar beta. “Tetapi di dalam alat itu membawa zat lain juga, jadi harus memilah untuk mengambil sinar beta. Strontium 90 ini secara teori limbahnya bisa jadi bahan baterai nuklir," kata dia.

Selain itu,ada plutonium-238 yang merupakan pemancar alfa yang lebih tajam radiasinya. Setiap kilogram plutonium-238 mampu menghasilkan daya radiasi 560 watt. Zat ini dapat dipakai sebagai baterai nuklir jenis radioisotope thermoelectric generator (RTG) antara 24 sampai 40 watt. Dalam pemakaian, radiasi dari plutonium akan berkurang setengahnya setelah dipakai 88 tahun. "Penelitian secara literatur sudah kami lakukan sejak lima tahun terakhir, kemudian ke praktik di baterainya sekitar setahun terakhir [sejak 2017]," kata dia.

Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir Batan Suryantoro mengatakan baterai nuklir merupakan alat yang mengubah energi radiasi yang dipancarkan zat radioaktif menjadi listrik. Zat itu memancarkan energi dalam bentuk gelombang yang biasa disebutan sinar gama serta partikel alfa. "Dalam penelitian ini kami akan berusaha mencari ini [baterai] membahayakan masyarakat atau tidak, merugikan atau tidak," ujar dia.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Program Desa Bersih Narkoba Bisa Menggunakan Dana Desa

News
| Selasa, 23 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement