Kemampuan Bahasa Inggris Rendah, Kandidat Penerima Beasiswa Luar Negeri Minim
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Kementerian Agama kerap mengalami kesulitan dalam mencari kandidat calon penerima beasiswa yang akan dikirim di sejumlah perguruan tinggi di negara barat salah satunya dalam program 5.000 doktor. Musababnya, kemampuan bahasa Inggris akademisi di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) tergolong rendah dan tidak memenuhi standar.
Kenyataan itu terungkap dalam seminar Peran Ujian Kemampuan Berbahasa Inggris dalam Pengembangan Kapasitas Insan Akademik dan Institusi Pendidikan PTKIN di UIN Sunan Kalijaga, Selasa (17/7/2018). Forum itu diikuti 57 perwakilan baik pimpinan maupun dosen perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian Agama.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Profesor Yudian Wahyudi menjelaskan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama memiliki program mencetak 5.000 doktor yang beberapa persennya diharapkan menempuh pendidikan di negara barat. Sayangnya, untuk tujuan perguruan tinggi di barat kekurangan pelamar karena kemampuan bahasa Inggris rendah.
"Salah satu kelemahan PTKIN adalah bahasa Inggris. Kegiatan ini salah satunya untuk merespons hal itu, agar ada pembibitan sejak awal dalam kemampuan berbahasa Inggris," kata Yudian, Selasa (17/7/2018).
Lulusan Amerika Serikat ini mengatakan, kenyataan itu mungkin disebabkan karena PTKIN sering berorientasi ke Timur Tengah dalam proses pendidikan sehingga lebih mengutamakan bahasa Arab. Padahal, kata dia, harus diakui banyak ilmu yang bisa didapatkan di barat. Indonesia justru lebih banyak mengirim mahasiswa untuk belajar agama di Timur Tengah dalam jumlah banyak.
"Kalau ke Timur Tengah memang sebaiknya belajar agama, tetapi yang dikirim ke sana sudah terlalu banyak," kata dia.
Ia mengatakan kegiatan seminar dan pelatihan itu sebagai jembatan bagi seluruh PTKIN di Indonesia untuk memperbaiki kemampuan bahasa Inggris. Selain mendaftar beasiswa di negara barat kemampuan bahasa Inggris bisa mendaftar di berbagai negara di dunia. Karena syarat utama untuk bisa ke negara barat penguasaan toefl harus tinggi, belum lagi untuk tingkatan doktor akan lebih ketat.
"Kalau tidak digerakkan, ke depan kita akan terus kekurangan yang akan dikirim ke negara barat," ujarnya.
Direktur Indonesian International Education Foundation (IIEF) Diana Kartika menilai lemahnya kemampuan berbahasa Inggris sebenarnya tidak hanya terjadi di PTKIN tetapi juga perguruan tinggi umum lainnya. Menurut dia, minimnya kemampuan bahasa itu harusnya menjadi masalah besar sebagai negara besar yang paling banyak mendapatkan jatah beasiswa dari luar negeri.
"Tetapi penyerapannya susahnya setengah mati mencari kandidat untuk bisa diterima beasiswa. Program 5.000 doktor itu dalam pantauan kami termasuk susah mencari kandidat, masalahnya apa? kemampuan bahasa Inggris," jelas dia.
Diana menilai masalah itu harus segera direspons pemerintah. Mengingat, banyak orang-orang hebat yang terganjal tidak bisa lolos ke luar negeri hanya karena kemampuan bahasa Inggris tidak memenuhi standar.
"Mungkin karena banyak masyarakat menganggap remeh bahasa, kemudian saat butuh persyaratan skor toefl baru kelabakan mencari dan berlatih bahasa," kata dia.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Sekda Kota Semarang Diperiksa KPK Terkait Dugaan Pungutan kepada Pegawai
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- Sepekan Belum Ditemukan, Pencarian Korban Sungai Mbelik Bantul Dihentikan
- DPRD DIY Gelar Wayang Kulit Duryudana Gugur, Ajak Masyarakat Renungkan Nilai Kepemimpinan
- Jadwal KRL Jogja Solo Selama Libur Nataru, 21 Desember 2024-5 Januari 2025, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Sabtu 21 Desember 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Sabtu 21 Desember 2024
Advertisement
Advertisement