Advertisement
Kerusuhan Suporter, Sekolah Diminta Data Siswa Penyuka Sepak Bola

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL--Balai Pendidikan Menengah (Dikmen) Bantul sudah meminta kepada sekolah untuk mendata siswa penyuka sepak bola. Nantinya, data tersebut akan dijadikan bahan untuk mengambil kebijakan terkit perlu tidaknya sekolah menggelar nonton bareng (nobar) jika ada pertandingan sekala besar di stadion.
Upaya tersebut sebgai tindaklanjut dari sejumlah peristiwa kerusuhan yang menyertai pertandingan sepak bola yang berujung pada jatuhnya korban nyawa. Bahkan sejumlah pelajar disinyalir banyak yang bolos hanya untuk menyaksikan pertandingan sepak bola.
"Kami sudah minta sekolah dan wali murid untuk mengidentifikasi siswa yang suka sepak bola. Nantinya akan diarahkan bagaimana hobi mereka tersalurkan tetapi tanpa harus datang ke lokasi [stadion]," kata Kepala Balai Dikmen Bantul, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY, Suhirman, saat dihubungi Senin (30/7/2018).
Suhirman mengatakan kerusuhan suporter sepak bola yang melibatkan pelajar menjadi bahan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang. Sebelumnya diberitakan kerusuhan suporter terjadi dalam laga derbi antara PSS Sleman dan PSIM Jogja di Stadion Sultan Agung, Kamis (27/7/2018) sore.
Kerusuhan tersebut memakan korban jiwa, yakni Muhammad Iqbal, 16, warga Balong, Timbulharjo, Sewon. Pelajar SMK 1 Pleret itu mengalami luka di bagian kepala dan wajah setelah dikeroyok sejumlah orang dan meninggal dunia di RS Permata Husada Pleret. Polisi sudah menangkap dua orang yang diduga pelaku pengeroyokan Iqbal, yakni LGF, 21, warga Sewon dan WTP, 19, warga Banguntapan.
Suhirman menduga pelajar yang menjadi korban pengeroyokan suporter tersebut tidak memahami medan, melainkan murni hanya ingin menonton pertandingan sepak bola. Karena itu, menurut dia, perlu upaya untuk menyelamatkan anak-anak yang hobi sepak bola agar terhindar dari kekerasan suporter.
Ia sepakat dengan ide Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Kadarmanta Baskara Aji agar sekolah memfasilitasi siswa untuk menonton bola agar tidak pergi ke stadion. Kendati demikian, kata dia, nonton bareng yang difasilitasi sekolah juga tidak boleh dilakukan saat jam pelajaran. "Ini kan terkait teknis, kami masih menunggu dari Disdikpora DIY," ujar Suhirman.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Wamensos Pastikan Sekolah Rakyat Hanya untuk Keluarga Tidak Mampu
- Kisah Taufik, Pelopor Kuliner Bakso Ukuran Besar di Jogja
- Jalan 5 Kilometer Setiap Hari Jadi Persiapan Fisik Jemaah Calon Haji
- Kulonprogo Tunggu Juknis Terkait Transmigrasi Pola Baru, Syaratnya Wajib Ikut Komcad TNI
- Akhirnya Tanah Tutupan Jepang di Bantul Kini Sudah Bersertifikat
Advertisement