Advertisement
Banyak Warga Gunungkidul Ingin Jadi TKI, Tapi Sayang Tak Tahu Bahasa Asing

Advertisement
Harianjogja.co, GUNUNGKIDUL- Minat warga Indonesia untuk bekerja di bidang formal (non-ART) di luar negeri dinilai tinggi. Namun kendala yang dihadapi adalah masih minimnya kemampuan berbahasa asing.
Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Pusat, Elia Rosalina Sunityo mengatakan minimnya kemampuan berbahasa asing memang menjadi kendala warga Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri.
Advertisement
"Inilah yang menjadi konsen kami untuk mengoptimalkan berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris," kata Elia seusai pembukaan program peningkatan kompetensi calon migran Indonesia di Marine Cruise, Desa Gading, Kecamatan Playen, Selasa (14/8/2018).
Elia menjelaskan pihaknya secara rutin mengadakan kegiatan harmonisasi dan upgrading skill guna menyesuaikan kualitas pekerja lokal di luar negeri. Segala bentuk pembiayaan mulai dari fasilitas dan pelatihan telah ditanggung pemerintah sejak 2017 lalu.
"Kami telah memberangkatkan 1.165 pekerja lokal ke berbagai sektor dan jabatan, mulai dari hospitality, pengelasan, dan lain sebagainya ke luar negeri," jelas dia.
Adapun Elia menargetkan, pihaknya mampu melatih 2.000 orang pada 2018 ini. "Hingga akhir Agustus ini kami sudah melatih 1.400 calon pekerja, semoga tahun ini target bisa tercapai," kata dia.
Adapun pekerja formal non pembantu rumah tangga dari DIY yang telah bekerja di luar negeri sebanyak 1.500 per tahunnya.
Kepala Balai Pelayanan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Yogyakarta, Suparjo menyatakan dari 1.500 tersebut, sedikitnya 150 orang bekerja di kapal pesiar. "Ini tergolong tinggi sebab salah satu yang jadi daya tarik bekerja di luar negeri adalah gaji tinggi, minimal Rp8 juta per bulan," kata Suparjo.
Tingginya gaji yang diterima tersebut berdampak langsung pada meningkatnya perekonomian yang bersangkutan. Dan secara umum juga meningkatkan perekonomian di DIY. "Rata-rata dalam setahun ada sekitar pemasukan 200 juta pokok tiap orang," kata dia.
Disinggung mengenai minat warga Gunungkidul untuk bekerja di bidang formal di luar negeri, Suparjo mengatakan masih minim. "Penempatan per tahun kisaran 250. Harapannya untuk warga Gunungkidul pintar untuk memilih kerja terserah mereka. Kami akan dorong mereka sesuai prosedur yang benar," kata dia.
Terkait minimnya kemampuan berbahasa asing di Gunungkidul, Direktur Marine Cruise yang menaungi pekerja lokal ke luar negeri khususnya di bidang pelayanan Rahmat Prajoko, mengatakan kemampuan berbahasa asing masyarakat Gunungkidul dinilai masih rendah. Akibatnya meski memiliki skill dan keuletan, kendala ini menyulitkan para pekerja untuk berkembang dan mampu bekerja di luar negeri.
"Kendalanya memang adalah bahasa inggris. Padahal untuk bekerja di luar negeri selain memiliki skill, kemampuan berbahasa asing sangat berpengaruh,"
Dua mengatakan pihaknya memiliki metode khusus dengan memberlakukan English area di sini Marine Cruise. "Syukurlah kalau yang dari Gunungkidul dari total siswa kami sudah 30% pergi bekerja. Kemampuan bahasa dan skill yang bersangkutan mulai meningkat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Diduga Ditembak, Kepala Keamanan Dewan Kepresidenan Libya Abdul Ghani Tewas di Tripoli
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Sleman Blacklist Kontraktor Proyek Pembangunan Gedung SMPN 2 Mlati
- Ini Ketentuan SPMB DIY 2025 Jalur Domisili Pengganti Zonasi, KK Famili Lain Tak Bisa Daftar Sekolah Terdekat
- Kasus Perusahaan Tahan Ijazah Karyawan Terjadi di Bantul, Dinas Upayakan Mediasi
- 5 Warga Sleman Gagal Berangkat Haji di 2025, Ini Penyebabnya
- Pungutan Liar oleh Petugas Rutan Kelas II A Jogja, Kepala Kanwil Ditjenpas DIY: Pelaku Ditindak Tegas
Advertisement