Advertisement
Perwakilan Pelajar SMP dan SMA se-DIY Beradu Hebat Baca Macapat

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Museum Benteng Vredeburg menggelar Lomba Macapat Perjuangan bagi pelajar SMP dan SMA perwakilan dari kabupaten dan kota di DIY, Rabu (24/10). Kegiatan itu sebagai salah satu upaya mengenalkan sekaligus mentradisikan macapat di kalangan generasi muda di era milenial.
Plt Kepala Museum Benteng Vredeburg Zaimul Azzah mengakui tidak mudah untuk membiasakan minat macapat terhadap generasi saat ini atau dikenal dengan era milenial. Pasalnya anak muda lebih familiar dengan budaya luar dan perkembangan teknologi informasi.
Advertisement
Padahal, kata dia, warisan budaya lokal seperti macapat yang seharusnya digeluti karena menyimpan nilai positif. Oleh karena itu pihaknya berupaya konsisten setiap tahun menggelar kompetisi macapat sebagai salah satu wadah untuk menarik minat generasi milenial tampil dengan macapat.
"[Tantangan] Ini tugas kita semua di era milenial, anak jangan hanya tahu budaya luar karena kita punya budaya yang sangat luhur, adiluhung yang harus dilestarikan seperti macapat," katanya di sela-sela acara, Rabu (24/10).
Wanita yang juga menjabat sebagai Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY ini menegaskan, berbagai upaya harus dilakukan untuk melestarikan macapat. Terlebih saat ini tembang macapat telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dan disertifikatkan oleh Pemerintah Pusat.
Dengan begitu pelestarian harus dilakukan dengan beragam upaya di tengah derasnya perkembangan teknologi. Pelajar menjadi salah satu objek strategis dalam membumikan macapat pada generasi milenial.
"Melalui kompetisi ini kami berusaha menanamkan nilai positif di macapat kepada generasi muda. Generasi muda harus menjadi ujung tombak pelestarian budaya ini ke depannya, sekaligus menguatkan karakter mereka," kata dia.
Pihaknya membatasi jumlah peserta dengan jumlah total 50 pelajar yang sebelumnya telah diseleksi oleh kabupaten/kota. Sehingga para peserta merupakan pilihan yang dinilai terbaik di level kabupaten/kota.
Dia mengakui jumlah itu ke depan perlu ditambah agar gaung macapat lebih meningkat. "Karena keterbatasan anggaran, mungkin ke depan harus ditambah jumlahnya," ujarnya.
Ahmad Rizki Maulana, salah satu peserta lomba macapat mengakui belum lama belajar macapat. Bahkan ia mengikuti lomba tersebut mempersiapkan hanya beberapa pekan terakhir.
Lomba macapat yang diikutinya merupakan pertama kali diikuti meski beberapa kali ia kerap mengikuti lomba menyanyi dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Rizki mengakui tidak mudah dapat menampilkan macapat dengan baik. "Terutama paling sulit itu bagaimana cengkok jawanya itu tepat, enak didengar, itu agak susah," ujar pelajar SMAN 2 Banguntapan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Momentum May Day, Ahmad Luthfi Berdayakan Buruh Melalui Koperasi
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Kecelakaan Lalu Lintas, Pengendara Vario Menabrak Pejalan Kaki di Jalan Affandi Depok Sleman
- Demo Hari Buruh 1 Mei 2025 di Jogja: Massa Aksi Mulai Penuhi Simpang Tugu Jogja
- Bupati: Warga Yang Punya Masalah Tanah, Silakan Lapor ke Bagian Hukum Pemkab Bantul
- Polda DIY Sudah Periksa 8 Orang Terkait Kasus Mafia Tanah yang Menimpa Mbah Tupon
- Tim Pembela Mbah Tupon: Pekan Depan Sudah Ada Tersangka
Advertisement