Advertisement
Software Jenis Ini Dipercaya Bakal Berjaya di Era Revolusi Industri 4.0
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Masa depan software open source diyakini semakin berjaya di era revolusi industri 4.0. Selama ini perangkat lunak tersebut masih menjadi alternatif untuk menghadapi penetrasi software komersial berlisensi yang dinilai memonopoli pasar.
Pakar Teknologi Informasi yang juga CEO PT. Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang mengatakan revolusi industri dunia dari versi pertama hingga saat ini selalu dimotori oleh para technopreneur. Mereka bekerja menciptakan berbagai aplikasi otomatisasi lewat software software open source. "Terjadinya revolusi industri hanya bisa terjadi dengan bantuan perangkat lunak berbasis open source. Kami meyakini revolusi industri 4.0 akan menjadi panggung software open source," kata dia di sela-sela kampanye penggunaan software open source di Hotel Harper Jogja, Sabtu (24/11/2018).
Advertisement
Dia mencontohkan, saat ini semua pelaku bisnis rintisan hanya mau menggunakan software tersebut. Selain karena biayanya murah, investasi yang dilakukan tidak akan menimbulkan kerugian dalam jumlah besar.
Saat ini pun sejumlah perusahaan besar seperti manufaktur dan perbankan berangsur beralih ke software open source. Hal itu dilakukan demi efisiensi biaya produksi. "Peralihan dari software komersial berlisensi ke open source bisa menghemat ratusan juta hingga miliaran rupiah. Terutama untuk fungsi vital seperti penataan manajemen database perusahaan," ujar dia.
Menurut Julyanto, piranti lunak dengan lisensi berbayar bikin pengguna kerepotan. Ketika muncul masalah, yang bisa mengatasi hanya perusahaan pemegang lisensi karena mereka yang mengetahui letak permasalahannya.
Akibatnya biaya pemeliharaan software berlisensi itu besar lantaran dimonopoli oleh perusahaan pemilik lisensi perangkat lunak itu.
Oleh karena itulah dia mendorong perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga itu untuk melahirkan para technopreneur dan menggunakan software open source. "Keuntungan menggunakan software open source adalah kemandirian," katanya.
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM Prof. Triyono mengatakan kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi informasi (TI) di Indonesia diperkirakan tetap tinggi seiring tumbuhnya perusahaan rintisan teknologi dan e-commerce.
Namun muncul kesenjangan karena tingginya kebutuhan tenaga ahli TI tersebut tidak dapat sepenuhnya dipenuhi sehingga banyak perusahaan merekrut tenaga ahli dari luar negeri. "Kendala dalam mengadopsi teknologi selalu ada karena hal itu merupakan proses perubahan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Mengalami Era Baru Koneksi Internet dengan Izzi Life dari Life Media
- Digugat Vendor Snack Pelantikan KPPS yang Sempat Viral, Ini Tanggapan KPU Sleman
- PPP Incar Posisi Calon Wakil Wali Kota Jogja
- Calon Perseorangan Pilkada DIY 2024 Harus Mengantongi Ini
- BKK DANAIS 2024: Rp29,4 Miliar Digulirkan untuk Padat Karya 160 Kalurahan di DIY
Advertisement
Advertisement