Advertisement

Berkat Program Kotaku, Dusun Banaran Kini Tak Kumuh Lagi

Fahmi Ahmad Burhan
Minggu, 25 November 2018 - 19:15 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Berkat Program Kotaku, Dusun Banaran Kini Tak Kumuh Lagi Bupati Sleman Sri Purnomo meresmikan hasil penataan kawasan kumuh di Dusun Banaran, Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Minggu (25/11/2018). - Harian Jogja/Fahmi Ahmad Burhan

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Melalui program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), Dusun Banaran, Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, terus menata kawasan kumuh. Saat ini 70% kawasan yang sebelumnya kumuh sudat tertata rapi dengan berbagai pembangunan infrastuktur seperti ruang terbuka hijau (RTH). Ditargetkan pada 2020 di Sleman Kotaku bisa tercapai.

Ketua RW13, Dusun Banaran, Desa Sendangadi, Heru Sehana, mengatakan jajarannya memulai program Kotaku di tahap kedua untuk tahun ini dari Mei 2018. "Dari Mei sudah mulai pembangunan jalan, kami gunakan anggaran Kotaku untuk membangun infrastuktur seperti pemasangan paving block dan RTH," ujar Heru, Minggu (25/11/2018).

Advertisement

Anggaran untuk Kotaku di Dusun Banaran pada tahap kedua sebesar Rp1,25 miliar. Di tahap pertama, anggaran yang dikucurkan sebesar Rp500 juta. Menurut Heru, Dusun Banaran masuk pada kawasan kumuh. "Sebelumnya kondisi dusun tidak terawat. Di pinggir sungai sering jadi tempat pembuangan sampah oleh warga," katanya.

Dengan program Kotaku, Dusun Banaran bisa mengubah kawasan kumuh sampai 70%. Tidak hanya pembangunan infrastuktur saja, Heru mengatakan, ada juga pengelolaan pasca dibangunnya infrastuktur tersebut. "Tiap Minggu kami giatkan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan," katanya.

Berdasarkan SK Bupati Sleman No.14.31/Kep.KDH/A/2016 tentang Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan ditetapkan 45 kawasan kumuh di enam kecamatan, yaitu Depok, Mlati, Gamping, Ngemplak, Ngaglik, dan Godean. Tahun ini Dinas Pekerjaan Umum Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Sleman menargetkan penataan 16 lokasi melalui program Kotaku.

"Untuk penataan masing-masing kawasan anggarannya rata-rata Rp1 miliar sampai Rp1,5 miliar," ungkap Kepala Seksi Perumahan Formal DPUPKP Muhammad Nurrochmawardi, Minggu. Sumber anggaran program Kotaku berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, APBD DIY, dan APBD Sleman. Ia mengatakan, rata-rata di beberapa lokasi pemanfaatan anggaran tersebut untuk talut, tebing, drainase, pengelolaan IPAL, dan pengelolaan sampah.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, mengatakan setelah pembangunan melalui Kotaku, warga harus bisa menjaganya. "Butuh komitmen bersama, kesepakatan kesepahaman untuk mengelola infrastruktur yang ada dengan baik. Mudah-mudahan warga terus bebenah dan tidak buang sampah sembarangan," kata Sri Purnomo saat meresmikan hasil penataan kawasan kumuh di Dusun Banaran, Desa Sendangadi, Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ribuan Buruh Bakal Demo di Depan Istana Negara Besok, Ini 7 Poin yang Dituntut

News
| Selasa, 02 Juli 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement