Advertisement

INSTALASI IRIGASI: Pompa Air Tanpa Motor, Sekali Berarti Sudah Itu Mati

David Kurniawan
Selasa, 05 Februari 2019 - 20:55 WIB
Budi Cahyana
INSTALASI IRIGASI: Pompa Air Tanpa Motor, Sekali Berarti Sudah Itu Mati Ratmono menunjukkan bak penampungan air dari penganggkatan air dengan menggunakan model pompa tanpa motor di aliran sungai Kalisuci, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, Selasa (29/1/2019). - Harian Jogja/David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Instalasi pompa air tanpa motor yang terpasang di sepanjang aliran Sungai Kalisuci, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul menumbuhkan harapan peningkatan produktivitas pertanian. Sayang mimpi itu sekarang musnah. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, David Kurniawan. 

Sekitar satu kilometer dari kawasan wisata Gua Kalisuci, terdapat bendungan kecil yang dilengkapi dengan 21 pipa yang saling terhubung. Pipa-pipa ini dipasang untuk mengangkat air hingga ketinggian 134 meter.

Advertisement

Udara dari dalam pipa yang dirangkai sedemikian menimbulkan tekanan yang dapat mengangkat air. Instalasi ini dikenal dengan pompa air tanpa motor.

Pipa-pipa dengan daya turbin ini tersambung ke sebuah tabung yang terdapat saluran pipa utama. Air disedot mengikuti jalur pipa sepanjang satu kilometer menuju bak penampungan dengan panjang 15 meter kali lebar 10 meter dan dengan tinggi dua meter.

Setelah sampai di bak penampungan, air disalurkan ke pipa-pipa menuju ke lahan pertanian milik warga. Sayangnya, proyek yang diprakarsai oleh mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moledoko di 2016 lalu, sekarang menjadi bangunan mangkrak.

Bak penampungan hingga jalur pipa untuk irigasi masih terlihat dari bendungan hingga ladang pertanian.

Di awal program, proyek pembangunan senilai Rp3,5 miliar ini dapat mengairi lahan 300 hektare. Produktivitas pertanian pun melonjak. Sayangnya, rencana tinggalah rencana karena kenyataan di lapangan berbeda.

Ada beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program sehingga petani merasa dirugikan dengan kerja sama tersebut. Selain itu, dampak Badai Cempaka di akhir 2017 lalu masih terasa. Seluruh instalasi pompa terendam lumpur dan banjir.

Salah seorang warga Desa Pacarejo, Yatino mengatakan sebelum banjir pada akhir 2017, saluran irigasi tanpa motor yang ada di aliran Kalisuci masih bisa beroperasi. Namun, setelah bencana datang, turbin tak lagi diurusi sehingga bangunan menjadi mangkrak. “Sampai sekarang sudah tidak digunakan lagi,” kata Yatino kepada Harian Jogja, Selasa (29/1/2019) pekan lalu.

“Itu masih bisa dilihat, tapi kalau air sudah tidak keluar lagi.”

Persoalan senada diungkapkan Ratmono, salah seorang petani dari Dusun Jetis Wetan, Desa Pacarejo. Menurut dia, petani hanya sekali memanfaatkan saluran irigasi pompa air tanpa motor. “Kami hanya sekali pakai untuk satu kali panen pada saat awal irigasi difungsikan,” katanya.

Menurut dia, salah satu penyebab petani enggan memanfaatkan fasilitas ini karena ketidakjelasan kerja sama. Ratmono tidak menampik banyak fasilitas yang diberikan oleh perusahaan mulai dari benih, pupuk hingga upah tenaga kerja. Namun, ada beberapa masalah yang muncul pada saat program dilaksanakan.

Salah satunya upah tenaga yang kurang sesuai sehingga pemilik lahan harus menutupi kekurangan biaya untuk pemeliharaan. Selain itu, permasalahan juga muncul pada saat panen tiba.

“Yang memanen bukan kami dan setelah selesai kami hanya diberi bagian sedikit,” kata dia.

Petani merasa rugi dengan pola kerja sama itu. Ia mencontohkan lahan yang miliknya. Ratmono bisa mendapat 12 karung gabah ketika mengelolanya sendiri. Begitu bekerja sama dengan perusahaan, dia hanya mendapatkan dua karung gabah. “Ini yang membuat kami rugi sehingga petani enggan bekerja sama lagi,” tuturnya.

Saluran irigasi memang memberikan meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, hasil yang diterima petani perlu dipikirkan. “Ya kalau akan dihidupkan lagi tidak masalah, tapi harus ada kejelasan sehingga petani untung, perusahaan juga untung,” ujarnya.

Akan Dihidupkan Lagi

Kepala Desa Pacarejo, Suhadi mengaku telah mengidentifikasi program pertanian yang memanfaatkan air dari Kalisuci. Menurut dia, ada dua permasalahan yang muncul, yakni menyangkut kerja sama dengan petani dan keberlangsungan objek wisata Kalisuci. “Memang sekarang sudah tidak beroperasi lagi, tetapi ada rencana saluran irigasi ini akan dihidupkan lagi,” katanya.

Suhadi mengatakan pemilik perusahaan harus benar-benar memperhitungan masalah yang berkaitan dengan petani.

“Aspirasi dari petani harus ditangkap sehingga ada solusi terhadap permasalahan yang muncul. Yang jelas, kami berharap ada kerja sama yang baik dan saling menguntungkan,” ungkapnya.

Mengenai objek wisata Kalisuci, Suhadi meminta kepada perusahaan agar mau berbagi pemanfaatan air sehingga pengembangan sektor pertanian dan pariwisata bisa berjalan beriringan. “Memang debit air di Kalisuci tidak pernah kering, tetapi kalau bendungan ditutup untuk irigasi jelas berdampak terhadap keberlangsungan wisata di Kalisuci. Jadi solusinya, harus dibagi kalau siang dimanfaatkan untuk wisata dan sedang untuk malam dimanfaatkan untuk irigasinya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jogjapolitan | 4 hours ago

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang DPO Kasus Korupsi Pembangunan Pasar Rakyat Ditangkap di Papua

News
| Sabtu, 20 April 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement