Advertisement

Gincua & Kimcua Sebagai Penghormatan pada Leluhur

Herlambang Jati Kusumo
Kamis, 04 April 2019 - 09:17 WIB
Mediani Dyah Natalia
Gincua & Kimcua Sebagai Penghormatan pada Leluhur Warga keturunan Tionghoa membersihkan makam leluhurnya, menjelang peringatan Cheng Beng, di Pemakaman Gunung Sempu, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan, Rabu (27/3)./ Harian Jogja - Herlambang Jati Kusumo

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Berbagai persembahan pada tradisi Cheng Beng atau Qing Mingyang mewujudkan rasa hormat pada leluhur dan dipercayai leluhur masih ada di sekitar keluarga yang masih hidup.

Pada prosesi tradisi ini pula biasanya ada pembakaran gincua atau uang kertas perak dan kimcua kertas emas. “Jadi chua itu kertas. Ada kertas emas dan yang perak ibaratnya uang dikirim kesana dengan cara dibakar. Maknanya memberi uang,” kata Ketua I Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) Jimmy Sutanto, Rabu (3/4).

Advertisement

Jimmy menjelaskan hal tersebut mewujudkan pula seolah-olah para leluhur tersebut masih di dunia yang sama. Selain itu juga ada yang membuat rumah-rumahan dengan kertas, kayu atau bambu itu dan dibakar.

Selain itu dalam Cheng Beng itu biasanya juga ada dupa, bunga tabur, ataupun makanan. Ia menjelaskan sebenarnya inti dari Cheng Beng sendiri hanya pada membersihkan dan mendoakan para leluhur yang sudah meninggal.

“Sebenarnya yang utama hanya membersihkan makam dan kirim doa. Kadang kan ada yang orang tuanya meninggal sejak kecil anaknya. Jadi biar tahu. Saat ini terus diwariskan itu,” ucapnya.

 

Tempat Khusus

Pelaksana pemakaman di Gunung Sempu, Pariman mengungkapkan dalam pembangunan pemakaman Tionghoa memang di bagian depan ada tempat khusus untuk menempatkan berbagai makan persembahan atau meletakkan dupa. “Ada juga kalau yang masih menjaga tradisi itu di sisi depan kirinya ada tempat untuk membakar uang-uangan itu. Itu menandakan untuk pengiriman doa kepada para leluhurnya. Biasanya ya pas Cheng Beng itu ramai sekali, pada bersih-bersih kirim doa,” ucapnya.

Meski begitu ia mengatakan saat ini banyak pemakaman Tionghoa yang sudah tidak sesuai dengan tradisi-tradisi yang ada. Meski begitu ia mengatakan masih mencoba membantu dalam pembuatan dengan menjelaskan, termasuk ukuran-ukuran yang digunakan dengan meteran khusus untuk penghitungan.

“Sedikit sekali hanya beberapa persen yang tahu mungkin tentang itu, ada ukuran-ukuran [tempat khusus untuk persembahan atau dupa] yang harus sesuai, tetapi bagaimanapun saya mencoba memberitahu itu,” ucapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

P&G Bakal PHK 7.000 Karyawan

News
| Jum'at, 06 Juni 2025, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI

Wisata
| Jum'at, 06 Juni 2025, 16:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement