Advertisement

Peternakan Itik Turi Terus Berkembang

Ujang Hasanudin
Kamis, 04 April 2019 - 20:47 WIB
Arief Junianto
Peternakan Itik Turi Terus Berkembang Nobertus Kaleka, selaku penulis buku Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon saat memaparkan isi buku kepada masyarakat di Dusun Paduresan, Imogiri, Imogiri, Bantul, Kamis (4/4/2019). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan (DP2KP) Bantul menyebut peternakan itik Turi atau itik khas Bantul semakin berkembang. Meski begitu populasinya memang masih belum mencukupi kebutuhan daging dan telur itik di Bantul.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, D2KP Bantul, Joko Waluyo mengatakan itik Turi atau sering disebut itik Mataram merupakan itik unggulan asal Bantul. Itik tersebut udah diakui melalui Surat Keputusan (SK) dari kementerian Pertanian pada 2014 lalu dengan nomor 665/Kpts/SR.120/2014.

Advertisement

Disebut itik Mataram karena awalnya dibudidayakan oleh para abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Dusun Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro. Sehingga itik Mataram juga disebut itik Turi.

Joko mengatakan awalnya itik Mataram dikembangkan di wilayah Bambanglipuro, namun kini udah menyebar ke kecamatan lainnya seperti Sanden, dan Kretek, Srandakan, Jetis, Pandak, Pajangan, sampai Sedayu.

Ia mengklaim itik Turi memang lebih unggul di banding itik lainnya, "Tidak mudah stres, biasanya itik pada umumnya kalau dibawa kemana-mana stres dan roduksi telur menurun. Itik Turi ini enggak," kata Joko dalam diskusi dan bedah buku Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon di Balai Dusun Paduresan, Desa Imogiri, Kecamatan Imogiri, Bantul, Kamis (4/4/2019).

Joko mengaku instansinya terus memantau populasi itik Turi dan memberikan bimbingan dan pelatihan kepada para peternak. Ia juga menyatakan bahwa peluang beternak itik di Bantul maih cukup tinggi, karena terbukti belum mampu memenuhi permintaan daging maupun telur itik. "Masih banyak daging dan telur yang didatangkan dari luar Bantul untuk memenuhi kebutuhan kuliner, karena memang peternak kami belum mencukupi," ujar Joko.

Nobertus Kaleka, selaku penulis buku Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon mengapresiasi Bantul yang sudah memiliki plasma nutfah atau peranakan itik unggulan sendiri. Menurut dia, itik lokal adalah kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya dan juga oleh pemerintah.

"Harapan saya wakil rakyat bisa menginisiasi plasma nutfah itik ini melalui perda sebagai bentuk perlindungan agar tetap bertahan. Perda itu nantinya juga menjadi bentuk perlindungan bagi masyarakat yang akan mengembangkan agar tidak diambil alih oleh penusaha besar atau investor," kata Nobertus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Alasan Kepolisian Hentikan Penyidikan Kasus Aiman Witjaksono

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 15:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement