Advertisement

Hingga Akhir April, 12 Warga Sleman Terserang Leptospirosis, 1 Orang Tewas

Yogi Anugrah
Rabu, 08 Mei 2019 - 17:17 WIB
Arief Junianto
Hingga Akhir April, 12 Warga Sleman Terserang Leptospirosis, 1 Orang Tewas Ilustrasi leptospirosis, - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat hingga akhir April, sudah ada 12 kasus leptospirosis di Sleman. Satu dari 12 kasus tersebut mengakibatkan penderitanya meninggal dunia.

Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Sleman, Dulzaini mengatakan pada peralihan musim hujan ke musim kemarau ini, penyakit Leptospirosis masih harus diwaspadai. “Untuk kasus yang meninggal karena terlambat penanganan. Penderita sudah kena, namun tidak segera periksa, dan saat sudah diperiksa ke fasilitas kesehatan, kondisinya sudah terlambat,” kata Dulzaini, Rabu (8/5).

Advertisement

Untuk itu, kata dia, masyarakat harus menerapkan perilaku hidup sehat dalam kesehariannya. Pasalnya bakteri leptospira interrogans yang menyebabkan penyakit leptospirosis ada di lingkungan persawahan maupun di lingkungan rumah. “Kalau ke sawah usahakan saat sinar matahari sudah keluar. Pakai sepatu bot. Cuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas. Untuk dirumah kalau banyak tikus bisa dibersihkan dengan disiram lisol ke titik yang sering dilewati tikus, itu bakterinya bisa mati,” jelas dia.

Dia juga mengimbau jika masyarakat mengalami gejala demam, pusing, mual, nyeri otot terutama di daerah kaki agar segera periksa ke puskesmas.

“Karena bisa langsung dilakukan tes cepat leptospirosis. Setiap puskesmas di Sleman sudah bisa untuk tes itu. Kalau sudah diketahui bisa diobati. Kalau sudah terlambat sulit teratasi. Karena biasanya terjadi kegagalan organ,” kata dia.

Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Heru Saptono, mengatakan jajarannya bekerja sama dengan Dinkes Sleman selalu memberikan pemahamanan kepada petani agar menjaga kebersihannya sehingga bisa terhindar dari bakteri yang berasal dari kencing tikus tersebut. "Kami mengimbau kepada para petani untuk menjaga kebersihan agar terhindar dari virus yang umumnya berasal dari kencing tikus. Biasanya petani banyak menumpuk jerami di pematang sawah, dan hal itulah yang menjadi tempat kencing tikus," ujar Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement