Advertisement

Pementasan Wayang Hadirkan Problematika Sosial di Lingkungan Kumuh

Siti Halida Fitriati (ST 19)
Selasa, 03 Maret 2020 - 03:17 WIB
Nina Atmasari
Pementasan Wayang Hadirkan Problematika Sosial di Lingkungan Kumuh Pementasan Wayang Cakruk dari Dinas Sosial DIY, Minggu (1/3/2020). - Harian Jogja/Siti Halida Fitriati

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-- Lakon Cakruk yang tampil di malam acara "The Jumputan", Kelurahan Tahunan Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, untuk yang kedua kalinya, Minggu (1/3/2020), ini menyajikan pementasan terkait masalah lingkungan. Namun, semangat persatuan dan kesatuan antar masyarakat menjadi modal utama dalam mencapai kesejahteraan.

Kampung Harapan, itulah nama kampung yang berada dalam pementasan wayang Cakruk. Kampung ini dihuni oleh penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai pemulung, hingga buruh kasar. Setiap masyarakat hidup secara individual, lingkungan sekitar menjadi terabaikan. Kumuhnya desa menjadi alasan utama bagi pemerintah setempat untuk melakukan penggusuran.

Advertisement

Kabar penggusuran pun sampai ke telinga penduduk. Kampung harapan yang berada di bantaran sungai akan tinggal nama. Warga menjadi resah dan bingung, sebab mereka tak punya tempat tinggal selain di kampung tersebut.

Hingga kemudian, datanglah Fadliya, selaku Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan. Ia mengajak remaja di kampung tersebut untuk melakukan perubahan. Akhirnya, masyarakat secara bergotong royong mulai menghias dan mengecat tembok di berbagai sudut kampung.

Tak disangka, Kampung Harapan sering mendapat kunjungan, terutama dari para wisatawan. Kampung Harapan yang dulunya terkenal sebagai kampung kumuh kini berubah menjadi kampung wisata dengan nama Kampung Warna Obar Abir.

Gerakan membangun kampung wisata terus bergulir. Masyarakat memiliki penghasilan baru tidak hanya menjadi pemulung dan buruh kasar, tetapi bergerak ke sektor yang lebih menjanjikan dan menguntungkan. Di sisi lain, kabar gembira datang dari pemerintah setempat bahwa penggusuran tak jadi dilakukan.

Semangat kebersamaan, saling menghargai, rasa senasib sepenanggungan, itulah yang menjadi modal utama untuk memperoleh kesejahteraan sosial. Seperti yang dikatakan oleh Sugiarti, selaku Lurah Tahunan.

"Adanya wayang Cakruk memberikan pesan-pesan moral tentang kebersamaan, pentingnya gotong royong membangun wilayah bersama, karena tanpa sinergitas antara stakeholder dengan tokoh masyarakat sehingga tidak mungkin untuk bisa mewujudkan kampung tahunan yang maju," ujarnya ketika pementasan wayang tengah berlangsung.

Sementara di Kelurahan Tahunan sendiri polemik permasalahan lingkungan semacam ini juga masih terjadi. Seperti yang disampaikan oleh Sugiarti bahwa meskipun Kelurahan Tahunan bukan termasuk kategori desa kumuh, akan tetapi masih banyak warga yang tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

Hal ini lah yang mendorong nya untuk terus melakukan gerakan peduli lingkungan. Kini, lahan yang dulunya dipenuhi sampah telah dibersihkan dan menjadi kebun tanaman jahe, cabe, dan berbagai jenis sayuran lainnya.

"Pastinya Tahunan bukan daerah kumuh akan tetapi masih ada warga masyarakat dan mahasiswa yang kurang peduli dalam menjaga kebersihan lingkungan," kata Sugiarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement