Advertisement
Selain Dipicu Virus Corona, Desa Wisata Makin Sepi karena Pembatasan Outbond Pascakasus Susur Sungai Sempor
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Sejumlah desa wisata di Sleman saat ini terpukul. Selain wabah virus Corona, pembatasan kegiatan outbond di luar sekolah menyebabkan jumlah wisatawan yang datang menurun drastis.
Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Desa Wisata Sleman Doto Yogantoro mengatakan secara umum terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke desa-desa wisata. Kondisi tersebut tidak terlepas dari wabah virus Corona atau Covid-19 yang melanda dunia.
"Banyak yang rencana kunjungan wisatawan yang cancel. Kondisi ini hampir semua kena, baik lokal maupun nasional," jelasnya kepada Harian Jogja, Kamis (12/3/2020).
Menurut Ketua Desa Wisata Pentingsari ini, adanya Surat Edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait penanganan Virus Corona menyebabkan sejumlah sekolah di Jakarta membatalkan rencana kunjungannya.
Berdasarkan catatannya, terdapat enam grup rombongan wisata yang membatalkan kunjungan ke Pentingsari. Adapun lima group rombongan memilih untuk menjadwal ulang rencana kunjungan. Hal itu tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang tidak membolehkan studi wisata.
"Yang banyak cancel Maret ini, yang jadwal April masih melihat perkembangan. Kerugiannya sekitar Rp100 jutaan. Kami berharap kondisi ini segera berubah," katanya.
Menurut Doto, desa wisata yang paling terdampak kondisi saat ini adalah desa wisata yang menyediakan layanan susur sungai dan outbond. Desa Wisata ini tersebar di wilayah Turi seperti Desa Wisata Pancoh, Pulesari, Garongan, Grogol dan lainnya.
"Selain larangan kegiatan susur sungai dan wabah Corona, sebentar lagi mereka menghadapai Ramadan. Kalau yang di sekitar Turi kerugian yang ditanggung antara Rp200 juta hingga Rp500 juta," katanya.
Hal itu diakui oleh Ketua Desa Wisata Pulesari Didik Irwanto. Menurut Didik, jumlah wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Pulesari selama ini memang tidak banyak. Penderitaan muncul setelah tragedi Susur Sungai Sempor siswa SMP N 1 Turi yang menyebabkan 10 siswi tewas dan puluhan siswa lainnya terluka.
"Setelah peristiwa itu, banyak yang cancel. Jumlahnya lebih dari 10 group atau sekitar 1.500 orang," katanya.
Akibatnya, kata Didik, desa wisata tersebut mengalami kerugian hampir Rp200 jutaan. Kondisi tersebut berdampak semakin merosotnya pendapatan warga sekitar desa wisata tersebut karena tak ada lagi mendapat pemasukan.
Tidak adanya wisatawan ke lokasi, katanya, akibat kebijakan pemerintah yang gebyah uyah dengan melarang aktivitas susur sungai. Kebijakan tersebut sangat merugikan para pelaku wisata. Padahal, katanya, setiap sungai memiliki karakter berbeda-beda.
"Yang perlu dilakukan adalah peninjauan kebijakan. Tidak digebyah Uyah. Sebaiknya pemerintah meninjau kondisi di lapangan karena karakter sungai tidak semuanya sama," katanya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Patung Gajah Mada Diletakkan di Dasar Laut untuk Tarik Minat Wisatawan
Advertisement
Berita Populer
- Jalur Trans Jogja: Ke Destinasi Wisata, Rumah Sakit hingga Kampus
- Catat! Ini Jadwal dan Lokasi Layanan SIM Keliling Sleman Oktober 2024
- Beat Adu Banteng dengan N-Max, 3 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
- Rayakan Ulang Tahun ke-14, Whiz Hotel Malioboro Terus Berinovasi dan Berkontribusi untuk Masyarakat
- Egaliter dan Merakyat, Warga Girikerto Solid Dukung Harda Kiswaya-Danang Maharsa
Advertisement
Advertisement