Advertisement
Puslatpur Paliyan Jadi Alternatif Tempat Isolasi Massal
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemkab Gunungkidul menyiapkan lokasi baru untuk karantina massal bagi pasien reaktif Covid-19. Penyediaan tempat isolasi baru ini sebagai langkah antisipasi pelaksanaan rapid test massal yang melibatkan sekitar 2.000 orang.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, mengatakan mulai Selasa (12/5) Pemkab melakukan tes massal terhadap 2.000 warga yang berpotensi tertular virus Corona. Antisipasi dari pelaksanaan tes ini juga dilakukan pencarian lokasi baru untuk karantina.
Advertisement
Saat ini Pemkab sudah menyiapkan Rumah Sakit (RS) Saptosari sebagai tempat isolasi. Hanya, dengan adanya pelaksanaan rapid test massal, maka berpotensi menambah jumlah warga yang reaktif tes Corona. Hal inilah yang harus diantisipasi sehingga potensi penyebaran bisa ditekan sejak awal. “Kapasitas di RS Saptosari terbatas. Jadi harus ada lokasi karantina lain sehingga warga yang reaktif Corona tetap bisa ditampung,” kata Kelik kepada wartawan, Rabu (13/5/2020).
Dia menjelaskan pencarian lokasi alternatif karantina sudah dilakukan sejak beberapa hari lalu. Awalnya, lokasi yang dipilih yakni gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Gunungkidul di Desa Logandeng, Kecamatan Playen. Namun pemilihan lokasi ini mendapatkan penolakan warga sekitar sehingga Pemkab mencari tempat lain. “Setelah melalui koordinasi internal di Gugus Tugas, maka dipilih Pusat Latihan Tempur [Puslatpur] Paliyan sebagai lokas karantina alternatif selain di RS Saptosari,” katanya.
Pemilihan Puslatpur ini juga sudah dikoordinasikan dengan Kodam IV Diponegoro selaku pemilik. “Kami mendapat lampu hijau untuk menggunakan Puslatpur. Teknisnya nanti kalau RS Saptosari penuh maka lokasi karantina diarahkan ke Puslatpur Paliyan,” kata mantan Sekretaris Camat Rongkop ini.
Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty. Menurut dia, lokasi karantina massal tetap di RS Saptosari. Namun demikian, harus ada lokasi alternatif untuk mengantisipasi membeludaknya pasien reaktif Covid-19.
Menurut Dewi, pemberian fasilitas karantina massal dilakukan karena tidak semua warga bisa melakukan karantina secara mandiri. Hal itu erat kaitannya dengan kondisi di lingkungan rumah sehingga diputuskan adanya karantina bersama. “Sebenarnya bisa karantina mandiri dengan catatan menyediakan ruangan khusus hingga alat makan minum dan mandi secara sendiri. Tetapi kalau itu tak bisa disediakan di rumah, maka harus ikut karantina massal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Meski Berbahaya, Pengendara Motor Masih Nekat Lewati Jembatan Jurug A
- BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit
- Politikus Muda Partai Gerindra Wawan Pramono Ramaikan Bursa Pilkada Karanganyar
- Ini Kata Pelatih Pelita Jaya Jakarta Setelah Timnya Menang atas Prawira Harum
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Budayawan di Jogja Dilibatkan Pembuatan Maskot Pilkada 2024
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Muncul Aksi Unjuk Rasa di Kantor KPU DIY
- Danais Kembali Dikucurkan untuk Mendukung Program Becak Listrik di 2024
- Heroe Poerwadi Kumpulkan Berkas Pendaftaran Cawali ke DPD Golkar Kota Jogja
- Kereta Api Terlambat, Daops 6 Yogyakarta Minta Maaf
Advertisement
Advertisement