Peneliti UGM: Tanpa Antisipasi Serius, Polusi Udara Akan Sangat Parah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Bappenas memprediksi pada 2045, sebesar 70% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Dengan laju pertumbuhan kendaraan bermotor dan masih dipakainya bahan bakar berbasis fosil, polusi udara akan semakin parah jika tidak diantisipasi dari sekarang.
Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, Agus Taufik Mulyono, menjelaskan prediksi ini akan berimplikasi pada beberapa persoalan, salah satunya densitas atau kepadatan kota semakin meningkat dan polutif. “Pada 2050, pergerakan penumpang naik lima kali lipat dari sekarang,” ujarnya, dalam webinar Permasalahan Polusi Perkotaan, Selasa (29/9/2020).
Advertisement
Pada 2019, jumlah pergerakan penumpang tercatat sebanyak 13,4 miliar penumpang. Pada 2050, jumlah ini akan meningkat menjadi 54,3 miliar penumpang. Peningkatan juga terjadi pada pergerakan barang. Pada 2019 pergerakan barang sebanyak 44,7 miliar ton. Pada 2050, jumlah ini akan meningkat menjadi 79,5 miliar ton.
Pada sektor transportasi, beberapa permasalahan yang akan timbul diantaranya percepatan proses motorisasi, penurunan kondisi transportasi publik dan ketidaktepatan solusi jenis transportasi massal. “Peningkatan motorisasi mengakibatkan meningkatnya kemacetan dan polusi udara,” katanya.
Peneliti Pustral UGM, Joewono Soemardjito, menuturkan laju motorisasi di Indonesia selama 1950-2017 mengalami pertumbuhan lebih dari 10% per tahun. Sepeda motor mendominasi pertumbuhan ini, dengan persentase sekitar 80%, serta mengalami pertumbuhan paling tajam setelah 2000.
Pada 2017, terdapat sebanyak 138,6 juta sepeda motor. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan dengan 2010 yang hanya sebanyak 76,9 juta dan 2000 sebanyak 19 juta. “Data motorisasi ini belum merepresentasikan kondisi riil motor yang turun ke jalan, karena basis datanya bersumber dari tanda registrasi kepemilikan kendaraan untuk urusan pajak,” katanya.
Dari sisi konsumsi energi, sektor transportasi mengalami peningkatan signifikan sejak 2012, melampaui konsumsi energi pada sektor industri yang justru mengalami penurunan. Pada 2017, sektor transportasi merupakan pengguna energi terbesar sebanyak 45,06%.
Guna menanggulangi semakin parahnya polusi akibat aktivitas masyarakat di perkotaan, Kabid Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Very Trijatmiko, mengatakan Pemkot melakukan beberapa langkah, meski masih terdapat sejumlah kendala seperti sempitnya lahan, pemangkasan pohon akibat kabel jaringan listrik dan lainnya.
“Penanggulangan yang dilakukan diantaranya mempertahankan dan menambah luasan lahan penghijauan perkotaan, gerakan mencintai dan menanam pohon, pengawasan pengelolaan lingkungan perusahaan yang menggunakan sistem pembakaran dalam proses produksinya, kampanye servis berkala kendaraan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Program WASH Permudah Akses Air Warga Giricahyo
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Jumat 22 November 2024: Di Kantor Kelurahan Godean
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 22 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal dan Tarif Tiket Bus Damri Titik Nol Malioboro Jogja ke Pantai Baron Gunungkidul Jumat 22 November 2024
Advertisement
Advertisement