Advertisement

Sleman Kembali Dilanda Hujan Es, Begini Penjelasan BMKG

Abdul Hamied Razak
Selasa, 02 Maret 2021 - 20:07 WIB
Bhekti Suryani
Sleman Kembali Dilanda Hujan Es, Begini Penjelasan BMKG Foto ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Fenomena hujan es kembali terjadi di wilayah Sleman, Selasa (2/3/2021). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena serupa masih akan terjadi hingga April mendatang.

Masyarakat Bangunkerto, Kapanewon Turi, dikejutkan dengan fenomena hujan es yang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Hujan es sebesar kelereng tersebut hanya terjadi sesaat. "Terjadi sekitar 5-10 menit saja. Tidak ada dampak yang ditimbulkan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan, Selasa (2/3/2021).

Advertisement

Sebelum hujan es terjadi, sebagian kawasan Barat Baya lereng Merapi dilanda angin kencang. Dilaporkan sejumlah pepohonan tumbang seperti terjadi di Dusun Bangunsari, Bangunkerto, Turi. Beberapa pohon juga dilaporkan tumbang di Kopen Lumbungrejo, Tempel.

"Ada pohon yang tumbang menutup akses jalan dan menimpa jaringan listrik. Atap rumah terbang terbawa angin Lumbungrejo. Masih dilakukan pendataan," kata Makwan.

Selain di wilayah Tempel dan Turi, pohon tumbang juga dilaporkan di Dusun Jurangjero, Harjobinangun, Pakem. "Pohon yang tumbang sempat menimpa warga, sudah terkondisikan," katanya.

Fenomena hujan es sebelumnya melanda wilayah Argomulyo, Cangkringan pada Sabtu (27/2/2021) sore. Selain di Argomulyo, fenomena hujan es juga dirasakan warga Bimomartani, Ngemplak. Waktunya juga bersamaan dan terjadi pada sore hari. Sebelum fenomena hujan es terjadi, kedua wilayah tersebut dilanda hujan lebat disertai angin kencang. Selang beberapa menit hujan lebat berubah menjadi butiran-butiran es sebesar kelereng.

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas mengatakan hujan es merupakan fenomena alam biasa yang terjadi bersamaan dengan hujan lebat. "Saat udara hangat, lembab dan labil terjadi di permukaan bumi maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas/atmosfer dan mengalami pendinginan," jelas Reni.

BACA JUGA: Kapan Warga Umum di DIY Dapat Vaksin Covid-19? Begini Penjelasan Pemda DIY

Menurut Reni, setelah terjadi kondensasi akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb). Karena kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi maka puncak awan sangat tinggi hingga sampai freezing level. "Freezing level ini terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar," katanya.

Saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, terjadi hujan lebat disertai es. "Es yang turun ini bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil," papar Reni.

Ke depan, lanjutnya, potensi hujan es masih akan terjadi hingga berakhirnya masa pancaroba sekitar April mendatang. Dia menghimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat/es disertai petir dan angin kencang/puting beliung. "Selalu memperhatikan perubahan cuaca dan update informasi cuaca dari BMKG DIY Stasiun Klimatologi Sleman," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

9 Daerah di Jateng Berstatus Tanggap Darurat Bencana, Pj Gubernur: Tingkatkan Kesiapsiagaan

News
| Selasa, 19 Maret 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement