Advertisement

Yenny Wahid: Kami Tak Setuju Jika Mural Diberangus

Sunartono
Kamis, 02 September 2021 - 06:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Yenny Wahid: Kami Tak Setuju Jika Mural Diberangus Yenny Wahid. - Harian Jogja/Sunartono

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Aktivis sosial Zannuba Ariffah Chafsoh atau biasa disapa Yenny Wahid menyatakan ketidaksetujuannya jika ada pihak yang mencoba memberangus karya seni mural. Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid ini menilai mural masih dibutuhkan sebagai ungkapan kritik di tengah masyarakat yang demokratis.

Yenny menilai mural merupakan suatu bentuk karya seni yang bersifat klandestin atau dibuat secara sembunyi sebagai bentuk ekspresi penciptanya. Ekspresi ini biasanya mewakili sekaligus cerminan dari gejolak yang ada di tengah masyarakat.

Advertisement

“Mural itu kan sifatnya klandestin itu artinya sembunyi-sembunyi mengekspresikan perasaan yang ada di masyarakat dan itu cerminan gejolak di masyarakat,” katanya kepada wartawan di sela-sela penyerahan bantuan ambulans oleh Wahid Foundation, Rabu (1/9/2021) sore.

Ia menambahkan baginya pribradi saat ini berada di tengah masyarakat yang demokratis. Sehingga perlu untuk terus merefleksikan sekaligus mengingatkan pemimpin akan tugasnya agar sejalan dengan suasana kebatinan masyarakat. Mural selama ini menjadi salah satu wahana ekspresi seni yang kadang berisi kritik berasal suasana kebatinan masyarakat ditujukan kepada pemerintah.

Oleh karena itu Yenny tidak setuju jika mural berusaha diberangus. Mural justru sangat dibutuhkan agar nurani bangsa ini bisa tetap terjaga. “Mural itu menjadi salah satu alat, salah satu cara untuk kita melakukan refleksi diri terus menerus agar masyarakat betul-betul bisa terus didengar perasaanya. Jadi kalau ada yang mencoba memberangus mural, saya tidak setuju, justru mural itu kita butuhkan agar bangsa ini tetap terjaga nuraninya,” katanya.

Menurutnya pemimpin atau siapa pun tidak perlu takut dengan mural, sehingga tidak perlu ada mural yang harus dihapus, kecuali mural tersebut secara tata bahasa berisi ujaran kebencian. Selama masih bersifat kritik, Yenny menilai sah-sah saja.

“Kalau kita takut pada mural, artinya ada sesuatu yang salah pada masyarakat kita. Kecuali mural bersifat menganggu, sifatnya ujaran kebencian saya tidak setuju. Tetapi kalau sekadar ungkapan kritis, cuma sekadar kreativitas yang menyentil nurani kita, menurut saya sah-sah saja,” ujarnya. 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Prabowo Ingin Membangun Koalisi Kuat

News
| Rabu, 24 April 2024, 09:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement