Advertisement
Diskriminasi terhadap Kelompok Rentan & Minoritas Masih Terjadi

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Tindakan diskriminatif terhadap kelompok rentan dan minoritas masih saja terjadi. Media massa diharapkan memberikan edukasi dan advokasi agar toleransi di tengah masyarakat bisa terus terjalin dengan baik.
“Kami mendorong jurnalis menekankan pada edukasi untuk menghargai perbedaan. Harapannya, pertemuan seperti ini bisa terjalin komunikasi yang baik dengan komunitas dari kelompok rentan maupun minoritas,” kata pendiri Serikat Jurnalis Keberagaman (Sejuk) Tantowi Anwari saat berkunjung di Kantor Harian Jogja, Senin (8/11/2021) sore.
Advertisement
Sejuk menemani kelompok minoritas bertandang ke kantor media massa. Kunjungan ke Harian Jogja diterima oleh Pemred Harian Jogja Anton Wahyu Prihartono dan Redaktur Pelaksana Nugroho Nurcahyo. Selain Sejuk, komunitas lain yang turut mendampingi kunjungan itu antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jogja, Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel (Sigab), Komunitas Keluarga Besar Waria Yogyakarta (Kebaya), Rifka Annisa, Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Indonesia, Perwakilan Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan komunitas Cerebral Palsy.
Perwakilan Komunitas Kebaya Rully Malay menceritakan butuh waktu panjang untuk menghilangkan rasa trauma yang menimpa komunitasnya saat pernah menjadi korban persekusi. Ia berharap tindakan diskriminatif terhadap kelompok rentan dan minoritas tidak terjadi.
“NKRI akan kehilangan rohnya ketika mayoritas menunjukkan sikap ekstrem, termasuk merebut ruang publik dan media. Menjadi transpuan itu sama sekali bukan keinginan kami, saya sudah sejak kecil seperti ini. Kegelisahan ini sama dengan perasaan 30.000 transpuan di Indonesia,” ujarnya.
Aktivis Sigab Ajiwan Arief menilai upaya pemberian hak difabel agar tidak terjadi diskriminasi belum sepenuhnya dilakukan. Saat ini sudah banyak instansi atau lembaga peduli dengan fasilitas tetapi tidak komprehensif. Namun. pemberian fasilitas bagi difabel di kantor publik seringkali salah fungsi.
“Memang sarana prasarana untuk difabel itu semakin baik daripada yang dulu, tetapi seringkali salah fungsi, salah penggunaan karena tidak disosialisasikan ke masyarakat. Ini berusaha terus kami gaungkan,” katanya.
Ketua AJI Jogja Shinta Maharani dalam kesempatan itu menyebut komunikasi dan diskusi antara media dengan komunitas atau kelompok rentan menjadi penting untuk menghasilkan tulisan yang lebih edukatif bagi masyarakat sesuai dengan prinsip hak asasi manusia.
Pemred Harian Jogja Anton Wahyu Prihartono menyatakan komitmennya untuk terus mengedukasi masyarakat agar terjalin kehidupan yang toleransi. Ia sepakat bahwa intoleransi jangan sampai tumbuh subur di tengah masyarakat.
“Kami memiliki kepedulian tinggi terhadap kelompok rentan, minoritas yang mendapatkan perlakuan tidak adil. Teman yang minoritas punya hak dan tidak bisa dibenarkan mendapatkan perlakuan kurang baik dari mayoritas,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- SPMB 2025, Jalur Afirmasi Tambahan Sudah Terpenuhi, Sejumlah SMA/SMK di DIY Masih Kekurangan Siswa
- Harganas Harus Mengusung Semangat Inklusif dan Kolaboratif
- Tol Jogja-Kulonprogo, 1.187 Bidang Tanah Dibebaskan, Uang Ganti Kerugian Tembus Rp1,3 Triliun
- Penjelasan BMKG Soal Udara Dingin "Bediding" di Jogja
- Kalurahan di Gunungkidul Mulai Urus Pencairan Dana Desa Termin Kedua
Advertisement
Advertisement