Advertisement
Warga Sekitar Tol Jogja Bawen di Tempel Sulit Cari Tanah Pengganti, Ini Saran Pemerintah

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sejumlah warga penerima ganti rugi Tol Jogja Bawen di Banyurejo, Tempel, Sleman, kesulitan mencari tanah pengganti karena harga tanah sudah mahal, dari awalnya Rp500.000 per meter persegi menjadi Rp2 juta. Pemerintah Kalurahan (Desa) Banyurejo menganggap harga tanah naik karena banyak warga yang enggan melepas tanah mereka.
Sejumlah warga Gangsiran, Banyurejo, mengeluhkan tingginya harga lahan pengganti di sekitar Banyurejo setelah proses pembayaran pembangunan jalan tol Jogja-Bawen dimulai.
Advertisement
BACA JUGA: Lahan Tol Jogja Bawen Dibersihkan Bulan Depan, Dimulai dari Tirtoadi
Nasyiah kehilangan lahan pekarangan sekitar 1.000 meter persegi untuk proyek tol dan menerima miliaran rupiah, sedangkan Murih menerima ganti rugi untuk 200 meter persegi dari 900 meter persegi lahan miliknya. Ia menerima ratusan juta rupiah.
“Tapi sampai saat ini saya belum dapat lahan pengganti. Harganya malah naik, kalau sebelumnya biasa Rp500.000 per meter saat ini bisa sampai Rp2 juta per meter. Pusing saya,” kata Murih.
Dia berharap, pemerintah bisa membantu menekan harga tanah yang mulai tak terkendali. Jika harga tanah naik drastis, warga yang tergusur tol tidak memiliki keuntungan meskipun sudah kehilangan lahan untuk pembangunan jalan. “Ya kalau harga tanah tinggi sesuai yang diterima kami, terus untuk bangun rumahnya dari mana? Nilai historis rumah itu kan tidak bisa dinilai oleh rupiah,” katanya.
Sukamto, warga Desa Banyurejo lainnya, mengaku belum mendapatkan calon lahan pengganti untuk tanahnya yang tergusur Tol Jogja Bawen. Sukamto enggan menyebut uang ganti rugi yang dia terima akibat pembangunan jalan tol tersebut.
“Saya masih kesulitan mencari lahan pengganti. Luas lahan sawah saya yang terdampak sekitar 1.000 meter persegi,” katanya.
Lurah Banyurejo Saparjo mengatakan naiknya harga tanah di wilayah Banyurejo masih wajar. Kenaikan itu akibat hukum pasar. Pemerintah, lanjutnya tidak bisa melakukan intervensi karena jual beli lahan merupakan urusan masing-masing individu.
Kenaikan harga tanah di Banyurejo, lanjut dia, juga terjadi karena banyak warga yang juga enggan untuk menjual lahannya. Kondisi tersebut sedikit banyak bisa memengaruhi kenaikan harga karena lahan yang dijual pemiliknya menjadi terbatas.
BACA JUGA: Dihuni 8 Keluarga, Kampung Ini Bakal Dikepung Tol Jogja Solo & Sungai
“Misalnya kalau ada satu lahan yang dicari tiga sampai empat orang, ya otomatis ada tawar menawar dan kenaikan harga. Itu hukum pasar, kami tidak bisa mengintervensi karena urusan orang per orang,” kata Saparjo.
Dia berharap warga terdampak tidak hanya mencari lahan pengganti di wilayah Banyurejo. Mereka bisa membeli lahan di luar Desa Banyurejo yang harganya masih terbilang murah. Bisa di Tambakrejo maupun wilayah Kulonprogo yang jauh dari Tol Jogja Bawen. “Ya itu salah satu strateginya agar warga bisa kembali membeli tanah,” harap Saparjo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR RI Desak Mendagri Tito Hentikan Efisiensi Dana Transfer ke Daerah
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Wabup Sleman Tegaskan UMKM Jadi Pilar Ekonomi Kerakyatan
- Warga Kotabaru Budi Daya Maggot untuk Tangani Sampah Organik
- Polda DIY Perpanjang Operasi Aman Nusa I Progo Selama Sepekan
- Pemkab Bantul Salurkan Lima Ton Pupuk untuk Petani Lahan Pasir
- Antisipasi Banjir, Pemkot Jogja Bangun Sumur Resapan di Tiga Ruas Jalan
Advertisement
Advertisement