Advertisement

Promo November

Demi Pendidikan Berkualitas, Sukarelawan Komunitas Ini Terjun ke Desa

Lajeng Padmaratri
Senin, 07 Februari 2022 - 09:07 WIB
Arief Junianto
Demi Pendidikan Berkualitas, Sukarelawan Komunitas Ini Terjun ke Desa Keseruan di sela-sela kegiatan KPSP Jogja. - Istimewa/KPSP Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Sekumpulan anak muda yang tergabung dalam Komunitas Penggiat Sosial dan Pendidikan (KPSP) Jogja secara rutin terjun ke desa-desa di seputar DIY dan Jawa Tengah. Mereka tergerak membantu warga desa agar mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik.

Advertisement

Komunitas ini terbentuk dari sekumpulan anak muda yang tertarik membuat kegiatan sosial dan pendidikan untuk warga Jogja. Sejak 2016, mereka telah keliling ke berbagai desa di DIY-Jateng dan mengisi berbagai kegiatan sosial dan pendidikan.

Fokus kegiatan ini tercetus ketika salah satu pendiri komunitas ini, Hidayatul Mabrur, pernah dikirim ke salah satu pelosok di Indonesia. Selama setahun, dia mengajar di sana secara sukarela atas keikutsertaannya dalam lembaga nirlaba bernama Indonesia Mengajar.

Begitu pulang, dia pun tertarik meneruskan kegiatan itu dan membuat versi lokalnya di Jogja. Terlebih, pasca-Indonesia Mengajar melakukan roadshow ke Universitas Islam Indonesia (UII) pada 2015 lalu, antusiasme mahasiswa di sana untuk berkegiatan sosial semakin meningkat. Dia pun mengumpulkan teman-temannya yang memiliki minat serupa dengan merintis KPSP Jogja pada 2016.

"Mulanya memang anggotanya mahasiswa UII, tapi sekarang sudah banyak sukarelawan dari luar kampus itu, lebih umum dan lebih luas lagi jaringannya," ujar Titi, pengurus KPSP Jogja kepada Harianjogja.com, Kamis (27/1/2022).

Sebagai komunitas yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan, fokus utama kegiatan mereka berkaitan dengan literasi dan edukasi. Mereka memiliki program utama yaitu Terjun Desa ke sejumlah wilayah di DIY-Jawa Tengah untuk belajar bersama warga setempat.

"Memang kegiatan kami sosial, visi misinya ingin membantu dan mendukung kegiatan sosial di pelosok Indonesia sesuai nama komunitas ini," ujarnya.

Kini, siapapun bisa bergabung ke KPSP Jogja dari berbagai kalangan. Bahkan, anak muda dari latar belakang studi non-pedagogi pun dipersilakan. Namun, komunitas ini menetapkan syarat setidaknya minimal berusia 18 tahun dan paling tidak tinggal di Jogja.

Titi menambahkan bahwa selama ini mereka sudah melakukan perjalanan ke sejumlah desa, di antaranya di Kulonprogo, Gunungkidul, bahkan hingga ke Jawa Tengah, tepatnya ke Karanganyar, dan Boyolali. Biasanya mereka membuat program kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah sehingga program lebih bermanfaat dan tepat sasaran.

Beragam

Ada sejumlah subkegiatan yang dilakukan selama program Terjun Desa. Ada kelas parenting dan creative teaching yang menghadirkan sejumlah profesional untuk mengisi kelas.

Kelas parenting ditujukan kepada orang tua di desa, sementara kelas creative teaching ditujukan untuk para guru agar mencari metode belajar mengajar yang menyenangkan untuk para siswa.

Kemudian, ada kelas inspirasi yang ditujukan untuk para siswa sekolah dasar. Kelas ini diisi oleh sukarelawan mahasiswa yang memperagakan pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh program studi tempatnya belajar. Harapannya, anak-anak bisa mendapat pengalaman berinteraksi dengan orang dengan profesi yang berbeda dari yang biasa mereka lihat.

Salah satu pengurus KPSP, Dani menambahkan bahwa ia pernah punya pengalaman yang mengharukan ketika berinteraksi dengan siswa sekolah dasar dari salah satu wilayah dampingan mereka.

"Pernah di suatu desa, anak-anak ditanya mau jadi apa, mereka menjawab cita-citanya jadi supir truk karena hanya itu pekerjaan yang mereka tahu. Makanya kami adakan kelas inspirasi untuk memberi ruang bagi anak-anak mengenal profesi baru," kata dia.

Dibandingkan dengan komunitas sosial dan pendidikan serupa di Jogja, kegiatan KPSP Jogja pun menjadi lebih beragam lantaran sasarannya lebih beragam. Tak hanya menargetkan pendidikan untuk siswa sekolah, melainkan juga menyasar guru dan orang tua.

"Karena menurut kami pendidikan tidak hanya untuk siswa saja, tetapi orang tua dan guru pun berperan penting dalam pendidikan tersebut. Jadi kalau mengajar siswa saja maka akan sama saja, kurang optimal," kata Titi lagi.

Terlebih kegiatan parenting saat Terjun Desa seringkali menjadi kegiatan yang cukup mengharukan. Para orang tua diajak untuk mewujudkan pola pengasuhan yang lebih optimal untuk anak-anaknya. Pengasuhan pun tak hanya jadi tugas para ibu, melainkan juga ayah.

"Kami mengedukasi orang tua bahwa parenting itu bukan cuma tugas ibu, tetapi bapak juga punya hak dan kewajiban mengasuh anak. Bahkan pernah di suatu desa ketika orang tua diberi materi oleh pembicara, mereka menangis, menyadari selama ini mereka menerapkan respon yang kurang bagus kepada anak-anaknya," ucap Titi.

Selain Terjun Desa, KPSP Jogja juga banyak terlibat dalam kegiatan bakti sosial lain dan menyelenggarakan webinar di media sosial selama pandemi. Setelah di Jogja dan beberapa wilayah di Jawa Tengah, mereka berharap bisa memperluas kegiatan ke provinsi lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement