Advertisement
12 Warga Gunungkidul Dinyatakan Positif Antraks
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Sedikitnya 12 warga di Kapanewon Gedangsari dan Ponjong dinyatakan positif antraks. Meski demikian, Dinas Kesehatan Gunungkidul memastikan kondisi warga terpapar dalam keadaan baik.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, sudah menerima hasil laboratorium berkaitan dengan uji sampel antraks yang diduga menular ke manusia. Total ada 26 warga yang dites dan hasilnya ada 12 orang yang dinyatakan positif antraks, sedangkan 14 warga lainnya negatif.
Advertisement
“Sudah keluar hasilnya dan memang ada belasan warga yang dinyatakan positif terkena antraks,” katanya, Rabu (9/2/2022).
Dewi pun memastikan, seluruh warga yang terpapar dalam keadaan baik serta berada di rumah masing-masing. Upaya pengawasan juga terus dilakukan untuk memantau kondisi para warga ini. “Akan terus dipantau kesehatannya,” katanya.
BACA JUGA: Temui Warga Wadas, Ganjar Pranowo Bicara soal Ganti Rugi Tambang Material untuk Proyek Bendungan
Dewi menambahkan, antraks merupakan jenis penyakit zoonosis, yakni hanya menular dari hewan ke manusia, tidak antar manusia. Oleh karenanya, masyarakat diminta untuk tidak panik karena upaya penangulangan terus dilakukan.
“Upaya pencegahan juga butuh partisipasi dari masyarakat. Salah satunya selektif memilih daging yang segar dan pastikan dari hewan yang sehat,” imbuh dia.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro mengatakan, upaya pencegahan penularan antar hewan terus dilakukan. Salah satunya memperluas angkauan penyuntikan anti biotik untuk ternak warga.
Dia mencontohkan, kasus penularan di Gedangsari terjadi di Dusun Jetis. Meski demikian, upaya penyuntikan dilakukan di sejumlah dusun mulai dari Jatibungkus, Ngasinan, Pace A dan Pace B. “Akan kami optimalkan agar penularan bisa ditekan,” katanya.
Ia berharap, hewan ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi mati langsung dikuburkan. Hal ini dikarenakan risiko penularan antraks paling tinggi terjadi saat ternak sakit lalu disembelih. Kondisi tersebut menyebabkan bakteri antraks yang berdiam di darah akan kontak dengan udara dapat membentuk proteksi, sehingga lebih mudah menular.
“Janga dibrandu dan lebih baik dikubur. Memang dengan brandu bisa meringankan pemilik karena uang yang diberikan, tapi risikonya berahaya karena bisa menyebabkan penularan antraks,” katanya.
Kelik menambahkan, saat sekarang sedang mempersiapkan kebijakan memberikan santunan ternak yang mati akibat antraks. “Masih dikaji dan mudah-mudahan segera ada payung hukumnya untuk pelaksanaan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Gedung Hubdam Kodam IV Diponegoro Semarang Terbakar, Ini Total Kerugian
- Kisah Sukses Umbul Pelem Klaten, dari Ladang Cenil sampai Jadi Wisata Favorit
- Kemenhub Tambah Kuota Mudik Gratis dengan Bus untuk 10.000 Orang, Yuk Daftar!
- Sosok Irfan Jauhari, Winger Lincah Persis Solo yang Sumbang Emas SEA Games 2023
Berita Pilihan
Advertisement
Batas Jabatan Kian Dekati Ujungnya, Jokowi Berambisi Tambah Saham di PT Freeport
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Harga Tiket KA Bandara YIA Hanya Rp20.000, Berikut Cara Memesannya
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
- Jadwal Terbaru KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024
- Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja
Advertisement
Advertisement