Sleman Genjot Produksi Padi Sembada Merah & Hitam
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemkab Sleman berupaya menggenjot pemasaran beras varietas lokal, yakni Sembada Merah dan Sembada Hitam yang merupakan produk lokal Sleman. Kedua produk unggulan tersebut melengkapi produk beras asal Sleman yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa mengatakan penerapan teknologi di sektor pertanian dinilai penting, salah satunya untuk tanaman padi. Menurut Danang, penerapan teknologi selama budi daya padi dinilai efektif dan efisien baik dari sisi tenaga, waktu hingga biaya. Hasilnya juga menguntungkan bagi petani.
Advertisement
"Sektor pertanian sangat penting, karena merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan. Oleh karena itu harus terus dikembangkan dan ditingkatkan menjadi pertanian modern," katanya seusai panen padi organik merah di Sumberharjo, Prambanan, akhir pekan kemarin.
Dalam kegiatan tersebut, Danang juga menyaksikan penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Koperasi Milenial Petani Kreatif Yogyakarta (Kompak Yo) dan PT Telkomsel dalam mengujikan pertanian presisi dengan pengaplikasian pesawat nirawak atau drone saat budi daya padi.
Menurut Danang, petani harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi baik untuk mendongkrak produktivitas, menjaga kualitas produk, menjamin kontinyuitas produk yang dihasilkannya, serta mampu mengakses pasar digital. "Upaya untuk mengembangkan potensi bidang pertanian di Sleman pada saat ini membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang andal, unggul kreatif, inovatif, profesional dan berdaya saing, demi mendukung terwujudnya industri pangan berbasis pertanian modern," kata Danang.
Direktur PT Fajar Jaya Revolusi, Sigit Waskito menyampaikan teknologi pertanian yang diterapkan di Sumberharjo, Prambanan dimulai dengan penggunaan pupuk organik cair BIO Konversi. Kegiatannya dilakukan mulai dari pratanam atau pembenahan tanah, pembenihan, pemupukan, hingga panen raya.
Penerapan teknologi pertanian organik ini dapat menaikkan produksi panen yang awalnya enam ton per hektare menjadi sembilan ton per hektare. Hal ini tidak lepas dari kerja keras yang dilakukan oleh semua pihak.
“Mulai dari konsep mapping dengan drone, pengukuran unsur hara tanah, pemupukan, penyemprotan pestisida dengan drone yang sangat terukur dan tepat penggunaan volume pupuk dan lain-lain. Drone ini dilengkapi dengan sensor dan GPS sehingga bisa menjangkau semua sudut area tanaman," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement