Advertisement

Promo November

UGM Gelar Kongres Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia #4 2022

Media Digital
Rabu, 09 Maret 2022 - 14:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
UGM Gelar Kongres Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia #4 2022 Kongres Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia 4 yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta - Ist

Advertisement

Laboratorium Hidrolika dan Lingkungan Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan kegiatan Kongres Gerakan Memanen Air Hujan (KGMAHI) 2022 yang bekerja sama dengan River and Ecology Club Departemen Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Madadan Himapsili Universitas Sebelas Maret serta didukung oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak.

Melalui acara ini ratusan peserta dari berbagai kalangan komunitas dan instansi yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia antusias mengikuti Kongres Gerakan Memanen Air Hujan 2022 ini.

Advertisement

Dengan mengusung tema “Gerakan Memanen Air Hujan untuk Kemakmuran Masyarakat Indonesia dalam Menyongsong Kebangkitan Pasca Pandemi Covid-19”, kegiatan Kongres Gerakan Memanen Air Hujan 2022 yang berlangsung selama dua hari ini dibuka oleh Dr. -Ing. Ir. Agus Maryono selaku Dekan Sekolah Vokasi UGM dan dimeriahkan oleh kehadiran H. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP., selaku Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada, Ir. Dyah Murtiningsih, M. Hum selaku perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc. Ph.D., selaku Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng. selaku Rektor Universitas Gadjah Mada serta pembicara–pembicara luar biasa yang berasal dari instansi pemerintahan, akademisi serta komunitas di Indonesia.

Adapun tujuan diadakannya kegiatan Kongres Gerakan Memanen Air Hujan 2022 ini adalah sebagai wadah instansi, industri, komunitas, akademisi, dan praktisi untuk bertemu, berdiskusi, dan bekerjasama dalam mendukung Pemberdayaan Gerakan Air Hujan di Indonesia. Kongres Gerakan Memanen Air Hujan (KGMAHI) sudah terlaksana sebanyak empat kali dengan mengusung tema yang berbeda-beda. Pada kegiatan Kongres Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia 2022 ini diharapkan dapat menciptakan rencana aksi yang membuahkan regulasi dalam tata kelola pemanfaatan air hujan yang berkelanjutan sehingga dapat mampu membuka wawasan bagi masyarakat terkait maupun peserta kegiatan mengenai penerapan program gerakan memanen air hujan serta merealisasikan capaian dalam program Sustainable Development Goals di Indonesia.

Dalam sambutan yang disampaikan Ketua Keluarga Alumni UGM, H. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP., beliau mengatakan, “Pemanenan air hujan merupakan salah satu inovasi yang harus dilakukan mengingat banyak daerah di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam mencari air. Pertama kali saya menemukan implementasi pemanenan air hujan berawal dari pengalaman waktu mahasiswa menjadi ketua mapala dan menemukan sumber air yang besar dan kondisi daerah di atasnya kekeringan, setelah itu menginap di rumah warga dan mempersilakan untuk mandi menggunakan air yang banyak, ternyata warga memanen air hujan sedari lama yang mana menandakan bahwa pemanenan air hujan sudah lama terjadi di desa pelosok sekalipun".

Sebenarnya, lanjut Ganjar, jika semua pihak mau bergerak dan melakukan pasti akan berjalan dengan baik, kemudian UGM diharapkan dapat menjadi pusat data kemudian aplikasinya dapat ditujukan di wilayah yang terdampak dengan mencari daerah yang kekurangan air kemudian masing masing daerah akan diberikan fasilitas untuk mempermudah akses air. "Selain itu apabila Jawa Tengah ingin dibangun laboratorium maka akan sangat didukung penuh oleh saya,” lanjut Ganjar.

Kegiatan ini dimeriahkan juga oleh acara Pagelaran Tari DTS SV UGM, serta orasi budaya oleh Slamet Rahardjo. Ia menyampaikan bahwa Kegiatan memanen air hujan harus terus di literasikan kepada masyarakat, Beliau mengingatkan pentingnya kita semua untuk mencintai alammenjadi hal termahal yang harus dimiliki semua orang.

Gerakan memanen air hujan hal penting untuk kita simak karena telah berlangsung lama secara alami tanpa harus dikomandoi oleh siapapun. Menerima turunnya air hujan tetapi memanenya secara alami tidak dibarengi dengan sebuah kesadaran cara mengelola air menyebabkan bencana alam masih terus terjadi, untuk itu perlu ditumbuhkan ke masyarakat untuk mencintai lingkungan, hidup, menyatu dalam semangat memberikan penghargaan atas hujan yang turun dipanen secara alami maupun dipanen secara buatan. Ilmu untuk bertahan hidup salah satunya dengan memanen air hujan perlu diliterasikan kepada masyarakat. "Untuk itu jagalah tanah kita manfaatkanlah air hujan yang sementara ini kita lupakan," kata dia.

Dari keseluruhan pembahasan pada kegiatan Kongres Gerakan Memanen Air Hujan 2022 ini dapat disimpulkan bahwa Gerakan Pemanenan Air hujan telah memperoleh dukungan dari berbagai aspek seperti pemerintah dan industri - industri terkait. Pemerintah sendiri telah berupaya untuk mengimplementasikan sumber daya air melalui pemberdayaan wilayah sungai dan penerapan alat pemanen air hujan yang dapat mendukung ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Selain pemerintah, industri juga mengambil peran dalam optimalisasi program pengelolaan air hujan seperti zero run off yang meminimalisasi air hujan sedemikian sehingga air hujan tidak terbuang dengan percuma. Sehingga diharapkan kedepannya makin banyak inovasi yang bermunculan terkait produk/kegiatan pengelolaan air hujan serta kepedulian masyarakat akan pentingnya keberadan air hujan semakin tertanam. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement