1 Juta Meter Kubuk Kubah Lava Merapi Berpotensi Runtuh & Hasilkan Erupsi Besar
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Setelah erupsi besar pada Rabu (9/3/2022) malam hingga Kamis (10/3/2022) pagi lalu, suplai magma ke dua kubah lava Gunung Merapi masih terus berlangsung. Kedua kubah masih terus tumbuh dan potensi erupsi yang lebih besar masih tetap ada.
Advertisement
Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan (BPPTKG), Agus Budi Santoso, menjelaskan setelah erupsi pekan lalu, BPPTKG menerbangkan drone untuk mendapat visual kubah tengah, tetapi tidak teramati karena tertutup asap.
“Kondisi persisnya di bekas runtuhan itu kami enggak tahu, saat ini sepertinya memang masih aktif di situ, artinya guguran lava pijar itu masih sering teramati di malan hari,” ujarnya, Senin (14/3/2022).
Pada erupsi 9-10 Maret itu, 646.000 meter kubik material dimuntahkandari kubah tengah, sehingga pada pengamatan terakhir setelah erupsi tersebut, kubah tengah kini bervolume 2,5 juta meter kubik. Adapun volume kubah lava barat daya 1,5 juta meter kubik.
“Suplai magma dari dalam terus berlangsung baik di tengah maupun di barat daya,” ujar dia.
Dengan sisa volume kubah lava saat ini, ia menegaskan masih ada potensi terjadinya awan panas sebesar erupsi minggu lalu. Dari total 2,5 juta meter kubik, yang punya potensi runtuh maksimal sepertiganya, yakni antara 500.000-1 juta meter kubik.
Berdasarkan hasil asesmen, potensi runtuhan tersebut dapat mencapai jarak paling jauh 5 km.
“Kalau yang di tengah tentu tidak akan kemudian runtuh semua sekaligus. Kecuali kalau ada desakan yang sangat kuat dari dalam,” katanya.
Jika terjadi desakan magma sangat kuat, pasti akan diawali dengan sejumlah tanda seperti meningkatnya aktivitas kegempaan dan deformasi secara signifikan. Ia mencontohkan erupsi 4 Januari 2021 diawali dengan krisis seismik dan deformasi.
Erupsi pada pekan lalu menurutnya masih dalam kategori normal, sehingga tidak ada tanda-tanda jelas sebelumnya dan waktunya pun tidak terprediksi.
Sebelum dan sesudah erupsi pada 9-10 Maret itu BPPTKG juga tidak mengubah rekomendasi potensi bahaya yang sudah ada, yakni pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
BACA JUGA: Ada Kasus Korupsi, Dana Desa di Getas Gunungkidul Belum Bisa Dicairkan
Setelah dipenuhi material awan panas, Sungai Gendol kini menyimpan potensi banjir lahar yang lebih besar.
“Ini tidak kalah berbahayanya dibanding dengan awan panas. Saran kami, masyarakat menjauhi sungai,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Gunungkidul City Run & Walk 2024: Olahraga, Pariwisata, dan Kebanggaan Daerah
- Resmi Diluncurkan, 2 Bus Listrik Baru Trans Jogja Bertahan hingga 300 Km Sekali Isi Daya
- Kemiskinan Sleman Turun Tipis, BPS Sebut Daya Beli dan Inflasi Jadi Biang
- Relawan Posko Rakyat 45 Kerahkan Dukungan ke Pasangan Afnan-Singgih
- Hiswana Migas DIY Dorong Pemilik 4 SPBU yang Ditutup agar Lakukan KSO untuk Kelancaran Distribusi BBM
Advertisement
Advertisement