Advertisement

Almarhum Buya Syafii Ternyata Sudah Memesan Makam Sejak Februari

Tim Harian Jogja
Sabtu, 28 Mei 2022 - 10:27 WIB
Bhekti Suryani
Almarhum Buya Syafii Ternyata Sudah Memesan Makam Sejak Februari Presiden Joko Widodo bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan sejumlah menteri melepas jenazah Ahmad Syafii Maarif di Masjdi Gedhe Kauman, Jogja, Jumat (27/05/2022)-Harian Jogja - Desi Suryanto\\r\\n\\r\\n

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif sempat dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, sebelum dinyatakan wafat pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB.

Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Gamping, Ahmad Faesol, mengatakan Buya Syafii mendapat perawatan di rumah sakit tersebut sejak 14 Mei lalu akibat serangan jantung. "Kurang lebih sudah 13 hari lalu ditangani tim medis RS PKU Gamping. Kami juga berkoordinasi dengan tim medis kepresidenan," katanya, Jumat.

Advertisement

BACA JUGA: Terjadi di Jogja, Pertama Kalinya di Indonesia Terpidana Pembunuhan Bayar Ganti Rugi

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS PKU Muhammadiyah Gamping, Evita Devi Noor Rahmawati, menjelaskan Buya Syafii mengalami serangan jantung yang kedua saat dirawat sejak 14 Mei di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sebelumnya pada Maret lalu, Buya Syafii juga mengalami serangan jantung (pertama) tetapi saat itu dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumah.

Sejak saat itu, lanjut Evita, tim medis dari RS PKU Muhammadiyah berkoordinasi dengan tim medis kepresidenan untuk mengupayakan tindakan kateterisasi terhadap jantung Buya Syafii. Hanya saja berdasarkan hasil pemeriksaan, terlalu banyak sumbatan pada pembuluh darah jantung Syafii dan kondisinya sudah mengeras. "[Dalam kondisi tersebut] tindakan operasi bypass ataupun pemasangan ring sulit dilakukan," kata Evita.

Pada akhirnya, lanjut Evita, tim medis RS PKU Muhammadiyah Gamping, dan tim medis kepresidenan sepakat melakukan proses pengobatan yang optimal terhadap Buya Syafii. Proses pengobatan sempat membuahkan hasil karena kondisi Buya Syafii sempat membaik. "Oksigen sempat dilepas pelan-pelan, sudah mulai mobilisasi, mulai fisioterapi," katanya.

Melihat perkembangan tersebut, tim dokter bahkan berencana mengizinkan Buya Syafii untuk pulang. Hanya saja, pada Kamis (26/5) sore, Buya Syafii mengeluhkan sesak nafas dan merasakan nyeri pada bagian dadanya. Buya Syafii ternyata kembali mengalami serangan jantung sehingga dilakukan tindakan penanganan oleh tim medis. "Setelah ditangani semalaman [Kamis], tadi pagi ]kemarin] beliau menghadapi henti jantung. Selama satu jam, kami lakukan resusitasi jantung dan paru serta pengobatan. Denyut jantung sempat kembali tetapi beliau kembali mengalami henti jantung 40 menit kemudian setelah resusitasi setelah itu dinyatakan meninggal dunia," ujar Evita.

Alami Kritis

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mendengar kabar Buya Syafii mengalami kritis pada Jumat pagi. Rencana menghadiri kegiatan di Bandung pun diurungkan, Haedar lebih memilih kembali ke Jogja mendampingi Buya Syafii. "Saya sempat mendampingi Buya sekitar setengah jam sebelum dipanggil Sang Khalik pukul 10.15 WIB. Buya Syafii meninggal dunia pada usia 87 tahun," katanya.

Haedar menyatakan Buya Syafii sebelumnya dua kali dirawat di RS PKU akibat gangguan jantung. Para dokter baik dari RS PKU Muhammadiyah Gamping maupun tim dokter dari kepresidenan sangat optimal menangani Buya Syafii. "Beliau [Buya Syafii] dikenal sebagai tokoh yang selalu menjunjung tinggi nilai etika moral dan akhlak dalam peradaban dunia baik di internal maupun di eksternal Muhammadiyah," katanya.

Haedar juga mengenal Buya Syafii sebagai tokoh yang humanis bahkan dengan orang-orang kecil juga sebagai tokoh bangsa yang wawasannya inklusif, menaruh perhatian pada pemikiran maju. "Suara beliau mengajak elite bangsa menjadi negarawan selalu dilakukan. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan beliau," katanya.

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengenal sosok Buya sebagai tokoh yang memegang teguh prinsip.

"Saya mengucapkan innalilahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga beliau diterima di sisi-Nya," kata Sultan.

Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengenal Buya sebagai orang yang memiliki wawasan sangat luas. Selain itu sangat lembut dalam membangun komunikasi dengan kearifannya.

"Bagi saya beliau orang yang punya wawasan sangat luas. Kedua saya kenal beliau punya prinsip yang teguh, tapi sangat lembut dalam membangun komunikasi dengan kearifannya," ujarnya.

Sultan menegaskan sosok seperti Buya patut diteladani, sehingga masyarakat Jogja tentu sangat kehilangan atas meninggalnya. "Jadi sebetulnya kami di Jogja kehilangan beliau itu, karena perlu diteladani," katanya.

 Pesan Makam

Sebelum meninggal dunia, Buya telah memesan makamnya sendiri. Hal ini dilakukan pada 24 Februari 2022. Hal ini diutarakan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanaan Republik Indonesia, Mahfud MD, seusai menyalatkan almarhum di Masjid Gedhe Kauman.

"Buya Syafii pemegang bintang mahaputra utama dan berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, negara mau memfasilitasi itu. Makam itu memang untuk pahlawan sekelas Buya Syafii," kata Mahfud MD. "Tapi kami koordinasi dengan keluarga dan Pak Haedar Nashir [Ketua Umum PP Muhammadiyah] bahwa 24 Februari lalu sudah memesan makamnya sendiri," kata Mahfud.

Pemakaman yang dipesan itu berada di Pemakaman Muhammadiyah, Dusun Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo. Mahfud MD juga mengenang masa kebersamaannya dengan almarhum. Dulu, saat Buya dan Mahfud MD muda, sebagai bagian dari pemuda Islam, menginginkan Indonesia dikuasai Islam. Hal ini merujuk pada jumlah penganut agama Islam yang mayoritas.

"Pada waktu itu ya. Tapi sesudah belajar, lama-kelamaan tidak harus negara bersimbolkan Islam. Pancasila merupakan pedoman yang kompatibel dan tidak mengganggu kelancaran umat Islam dalam bernegara," kata Mahfud MD yang dahulu sempat menjadi asisten Buya saat mengajar di kampus.

Mahfud mengajak masyarakat bangsa Indonesia untuk berdoa agar Buya Syafii mendapat tempat yang layak, sesuai amal baik untuk bangsa dan negara selama ini.  "Kita semua yang mencintai beliau perlu meneruskan ide dalam kehidupan bersama, bernegara dengan rukun, kompak, saling membantu dalam prinsip hubungan antar manusia," katanya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement