Ada-Ada saja! Buku Sejarah Perjuangan Jadi Mas Kawin Nikah Massal Gratis di Jogja
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Memasuki bulan Agustus, kreativitas warga Jogja mulai bermunculan dalam merayakan momen Kemerdekaan RI yang ke-77. Berbagai kegiatan mulai diselenggarakan dengan keunikan dan ciri khas tertentu yang menarik untuk disaksikan. Salah satunya adalah nikah massal gratis dengan tema perjuangan.
Tri Sahri Romadhon, 29, tampak gugup saat duduk bersanding dengan pasangannya, Enomalia Hartanti, 20. Berkali-kali ia mengacuhkan setiap pasang mata dan jepretan kamera dengan memperbaiki busana yang dikenakannya.
Advertisement
Tri merupakan salah satu dari tiga pasangan yang ikut serta dalam acara nikah massal gratis dengan tema perjuangan. Acara ini sekaligus dalam rangka merayakan Bulan Kemerdekaan RI.
Di hadapannya, para saksi dan penghulu telah bersiap untuk memimpin prosesi akad nikah. Pasangan didudukkan berdekatan dengan Monika (Mobil Internet dan Perpustakaan Kewilayahan) yang merupakan fasilitas layanan perpustakaan mobil keliling berbasis teknologi informasi milik Pemkot Jogja. Tak hanya sebatas dekorasi, panitia punya alasan khusus dalam menghadirkan mobil itu.
BACA JUGA: Pedagang Pasar Ngasem Full Senyum Saat Penyuluhan Laporan Keuangan
Setelah pembacaan ijab kabul selesai, raut muka Tri dan pasangannya berubah semringah. Dengan mantap, dia memegang buku nikah sambil bergaya di depan kamera.
Dia tak mau momen bahagia itu luput untuk diabadikan. Berkali-kali, pengunjung yang hadir serta sanak saudara mengucapkan selamat dan mengajak swafoto lantaran busana unik yang digunakannya. Dia dibalut pakaian serupa Sultan Hasanudin, sementara pasangannya dengan Sultanah Safiatuddin.
"Saya merasa bersyukur sudah dibantu panitia dan rekan-rekan. Saya bahagia sekali bisa ikut serta dalam acara ini," kata Tri ditemui di sela-sela acara, Minggu (7/8/2022).
Dia mengaku sedikit canggung karena pernikahannya dikonsep dengan tema yang berbeda dan sedikit unik. Rencananya untuk melangkah ke jenjang pernikahan akhirnya terwujud.
Tri yang merupakan warga Sleman ini sehari-hari bekerja di bengkel. Dia mengenal pasangannya sudah dua tahun terakhir dan satu tahun terakhir telah berpikir untuk menikah. Lantaran biaya yang tidak sedikit dan kewajiban administrasi yang menurutnya cukup ribet, pernikahan itu urung terlaksana.
"Memang sudah lama niat untuk lanjut menikah tapi belum terlaksana, sempat terkendala karena mengurus surat yang susah sehingga lewat acara ini urusan suratnya gampang, karena difasilitasi semua," ujar dia.
Acara nikah massal ini dikonsep dengan tema perjuangan dan perayaan kemerdekaan. Sebelum tiba di Balai RW 13, Malangan, Kelurahan Giwangan, Kemantren Umbulharjo yang menjadi lokasi acara, keempat pasangan pengantin dikirab oleh rombongan sepeda onthel dan pejuang yang menggunakan enggrang. Di depan rombongan para pasangan, pemuda setempat juga membawa miniatur Tugu Jogja yang ditampilkan sebagai ikon.
Empat pasangan yang menikah juga menggunakan mas kawin yang berbeda yakni buku bertema perjuangan dengan seperangkat alat salat. Masing-masing pasangan menggunakan busana yang menarik sesuai dengan tema kemerdekaan. Ada yang menyerupai Bung Karno dengan setelan jas bergaya militer, busana pengantin pejuang lurik atau mengenakan pakaian dengan warna merah putih.
Ketua Fortais dan Nikah Bareng Nasional, Ryan Budi Nuryanto menyebut, gelaran ini merupakan puncak acara setelah sebelumnya para pasangan mengikuti prewedding vaksinasi booster sekaligus fashion show on the street. Sejak diselenggarakan pada 2006 lalu untuk ajang Golek Garwo dan 2011 silam pada acara nikah massal, sebanyak 15.040 pasangan telah berpartisipasi dalam perayaan ini.
"Kami ingin mengampanyekan bahwa bagi yang terkendala biaya, menikah itu tidak harus di gedung atau hotel tapi bisa di fasilitas umum yang ada di setiap kampung. Tinggal konsepnya saja yang dibuat menarik," kata Ryan.
Menurutnya, sesuai dengan bulan kemerdekaan yang saat ini sedang berlangsung, setiap pasangan dan masyarakat Indonesia hendaknya mengetahui sejarah tentang perjuangan bangsa. Di sisi lain bentuk perjuangan di masa sekarang juga tidak lagi sama dengan cara bertempur fisik dan saling angkat senjata.
Perjuangan di masa sekarang lebih mengarah pada perkembangan teknologi dan peningkatan literasi. "Penekanan di masa sekarang adalah bagaimana membangun bangsa dengan literasi dan teknologi. Kemudian kami juga bagikan buku sejarah karena pengantin itu harus tahu sejarah bangsa dan bagaimana mengisi kemerdekaan itu dengan menghilangkan perbedaan untuk Indonesia menjadi satu dan bersama," jelas dia.
Semua pasangan nikah massal yang ikut serta juga tidak dipungut biaya. Ryan menyebut, mereka sebelumnya telah melewati sejumlah prosedur mulai dari seleksi berkas lewat pendaftaran yang dibuka sampai penentuan tanggal pernikahan. Ongkos pernikahan mulai dari busana, mas kawin, cincin, dan lain sebagainya ditanggung oleh penyelenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Satu-satunya yang Gelar Kampanye Akbar, Heroe-Pena Gandeng 15.000 Kawula Muda
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Jumat 22 November 2024
- Heroe-Pena Optimistis Kantongi 40 Persen Kemenangan
- Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Jumat 22 November 2024: Berangkat dari Palur Jebres, Stasiun Balapan dan Purwosari
Advertisement
Advertisement