Konservasi Penyu Cuma Jadi Ajang Selebrasi dan Swafoto, Begini yang Dilakukan Komunitas Ini
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Menjaga ekosistem berarti sama dengan melindungi keberlangsungan kehidupan manusia. Hal inilah yang dilakukan sekelompok anak muda yang menamakan dirinya Reispirasi yang memilih untuk konsisten menjaga habitat penyu.
Pantai Samas di Bantul merupakan salah satu pantai di DIY yang menjadi wilayah pendaratan penyu. Jenis penyu yang dominan mendarat di sana merupakan jenis lekang atau nama latinnya Lepidochelys olivaceae. Di samping itu, ada pula jenis-jenis lain yang tidak begitu dominan, tetapi beberapa kali mampir ke Samas, seperti penyu belimbing, penyu sisik, dan penyu hijau.
Advertisement
Di sana, ada seorang konservator lokal yang sejak 1990-an aktif mengobservasi penyu, namanya Rujito. Sejak 2010, kegiatan konservasi yang dilakukan pria tua itu dibantu oleh sebuah komunitas bernama Reispirasi.
Komunitas yang didirikan oleh Deny Widyanto ini sejak awal membantu program konservasi penyu di Pantai Samas. Sebab, hewan yang jumlahnya makin menipis ini masih sering menjadi korban perburuan. Hadirnya konservasi penyu membuat telur penyu bisa diselamatkan dari pemburu untuk kemudian dipindah ke selter untuk sementara waktu hingga menetas.
BACA JUGA: Asyik... Hadiah Jutaan Rupiah Menanti Peserta BOB Sunset Run 2022 di Bantul
Seusai menetas, tukik atau anak penyu itu akan kembali dilepas ke laut. Deny mendirikan Reispirasi sejak masih kuliah. Sebagai mahasiswa yang menempuh studi Biologi, dia amat tertarik dengan kehidupan satwa dan program konservasi.
Dia pun jadi sering main ke pantai dan menemui kegiatan konservasi di sana, salah satunya ke Pantai Samas. “Kami bertemu Pak Rujito, dan beliau di mata kami tampak bekerja sendiri. Enggak ada perhatian dan bantuan dari mana-mana. Jadi kami bantu apa yang bisa kami bantu. Kami berkembang bareng dan jadi bagian terintegrasi,” kata Deny kepada Harian Jogja, Kamis (11/8/2022) lalu.
Dia dan sejumlah temannya kemudian membantu apa saja yang bisa mereka bantu. Mulai dari bersih-bersih kolam penyu, mengangkut pasir, hingga membuat pemetaan masalah sekaligus potensi di konservasi penyu tersebut.
Di sana, terdapat kolam yang difungsikan untuk selter perawatan penyu dewasa yang kena pancing, jaring, atau sakit. Selain itu, kolam itu juga bisa digunakan untuk menampung tukik yang baru menetas sebelum dirilis, sembari komunitas mempersiapkan acara dan materi edukasinya.
Tak Cuma Swafoto
Setelah dikukuhkan sebagai komunitas yang membantu program konservasi penyu di Pantai Samas, Reispirasi mengambil bidang dokumentasi, publikasi, dan edukasi sebagai fokus.
Dengan begitu, komunitas ini otomatis merancang sejumlah kegiatan untuk mengajak lebih banyak orang peduli dengan kelestarian penyu. Deny menjelaskan musim penyu bertelur terjadi setahun sekali, puncaknya sekitar Juni-Juli.
Dia dan anggota komunitas Reispirasi akan mengumpulkan telurtelur yang di selter alami yang persentase penetasan alaminya rendah, sehingga telur-telur itu akan direlokasi ke selter.
Masa dari penyu bertelur hingga menetas jadi tukik, kata Deny, bisa berlangsung sekitar 50 hari lamanya. Dari waktu itu, komunitas akan mereduksi tanggal penetasannya untuk kemudian dikemas menjadi acara perilisan untuk umum.
Diakui Deny, kegiatan perilisan tukik kembali ke lautan lepas merupakan kegiatan yang selalu ditunggu-tunggu publik. Oleh karena itu, ia pun membidik momen itu sebagai sarana edukasi dan diskusi.
BACA JUGA: Pembangunan Taman Budaya Bantul Tunggu Dokumen Amdal
Publik juga diajak untuk bersih pantai dan menanam tanaman pantai. “Waktu perilisan itu enggak cuma itu, tetapi juga bersih pantai. Jujur saja kami komunitas yang aktif cukup lama. Kami jadi risih kalau acaranya cuma pelepasan tukik saja, karena tampaknya orang-orang datang hanya untuk senang-senang aja. Sementara konservasi itu prosesnya kan panjang,” urai Deny.
Setelah 12 tahun berjalan, komunitas ini sudah kenyang dengan peserta acara perilisan tukik yang hanya antusias untuk berswafoto dengan tukik saat pelepasan.
Deny tak ingin konservasi hanya berhenti di swafoto atau konten semata, melainkan harus dijalankan dengan sepenuh hati. “Buat kami, mindset masyarakat soal konservasi masih sebatas selebrasi. Makanya, kami mendorong agar acara perilisan tidak berhenti sampai di situ, tetapi juga kegiatan yang berkelanjutan, seperti bersih pantai, tanam pohon seperti pandan laut dan mangrove. Kalau cuma merilis tukik saja, kami keberatan,” ucap dia.
Bahkan tak jarang Deny merasa hanya ingin merilis tukik hasil konservasi secara diam-diam saja tanpa selebrasi dan mengundang publik. Sebab, dia khawatir si tukik jadi stres karena justru dijadikan ajang ngonten dan tidak ada sisi positif yang didapatkan satwa dan lingkungannya.
Bahkan, dia pernah kesal karena banyak orang yang melakukan acara penanaman pohon di tepi pantai, tetapi setelah itu ditinggalkan begitu saja tanpa dirawat. “Dulu kami pernah bikin social experiment dengan titel Tanam Tinggal, karena banyak tanaman habis acara terus ditinggal. Bayangkan saja satu tahun itu setidaknya ada 20 komunitas yang melakukan penanaman di pantai, satu komunitas paling tidak menanam 1.000 pohon. Bagaimana bisa teman-teman Reispirasi yang hanya 8-10 orang itu merawat beribu-ribu pohon yang ditinggal,” ujar dia.
Deny berharap konservasi bisa menjadi prioritas masyarakat. Itulah mengapa hingga kini komunitas Reispirasi masih terus aktif mengedukasi publik soal pentingnya menjaga lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KAI Amankan 7.200 Barang Milik Penumpang, Total Senilai Rp11,4 Miliar
- Pekerja Kreatif Bertemu Calon Walikota Jogja Hasto Wardoyo, Bahas Apa?
- Hasil Pemetaan dan Rekomendasi dari Bawaslu Bantul Terkait Potensi TPS Rawan di Pilkada Bantul 2024
- Puluhan Pengumpul Sampah Datangi Rumah Cabup Sleman Harda Kiswaya, Sampaikan Keluhan dan Harapan
- Rutin Melakukan CSR, Kali Ini The Phoenix Hotel, Grand Mercure dan Ibis Yogyakarta Adisucipto Mengunjungi PAUD Stroberi
Advertisement
Advertisement