Rektor UGM Bicara Soal Gagal Ginjal Akut: Jangan Panik, Tetap Waspada
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penyebab munculnya kasus gagal ginjal akut akut atau acute kidney injury (AKI) sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Rektor UGM Prof. Ova Emilia pun angkat bicara mengenai kasus gagal ginjal akut ini.
Mantan Dekan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) ini mengajak masyarakat untuk tenang namun tetap waspada. Indikasi gagal ginjal akut mulai muncul di Indonesia sejak Agustus 2022.
Advertisement
Pada Oktober 2022 muncul 66 kematian anak di Gambia, dikaitkan dengan sirop obat batuk yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) tinggi. Investigasi masih dilakukan di Indonesia untuk mencari tahu penyebab pasti dari gagal ginjal akut ini.
"Gagal ginjal akut memang sudah merebak, dan saya kira ini satu pelajaran bagi kita semua. Bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi, tidak perlu heboh, namun tetap waspada. Sampai 26 Oktober 2022 ada 269 kasus dengan kematian 157 tersebar di 27 provinsi," ucapnya dalam diskusi daring bertajuk MyHealth Diary: Waspada Gagal Ginjal Akut pada Anak, Selasa (1/10/2022) malam.
Dia menjelaskan investigasi awal yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 17 Oktober 2022 melaporkan tujuh dari 11 pasien menunjukkan keberadaan EG dan DEG dalam darah mereka, diduga dari obat sirop. Atas dugaan ini penggunaan obat sirop dibatasi.
Lalu pada 23 Oktober 2022 BPOM melaporkan lima produk yang mengandung EG dan DEG tinggi. "Lalu pada 27 Oktober BPOM umumkan bahwa 198 sirup yang lain dinyatakan masih aman dari pencemaran, karena tidak mengandung pelarut EG dan DEG. Ini masih akan tetap berlanjut investigasinya, ini hal yang dinamis akan dipantau bersama," kata Ova.
Dia menyarankan masyarakat yang membeli obat-obatan yang bebas terbatas tanpa resep menanyakan ke apoteker, yang memiliki kompetensi dan sudah teredukasi. Vitamin pun sebaiknya cukup dari makanan sehat yang dikonsumsi sehari-hari, sehingga sumbernya alami.
"Kecuali kondisi khusus perlu dosis lebih besar, kalau perlu vitamin bisa tablet hisap, kalau sirop harus yang aman dan sesuai dengan petujuk pemakaian. Vitamin enggak harus digunakan setiap hari."
BACA JUGA: Menkes: Sampai Kemarin, Ada 325 Kasus Ginjal Akut di Seluruh Indonesia
Jika telanjur mengkonsumsi obat dengan EG dan DEG di atas batas aman, masyarakat tak perlu panik apabila tidak ada gejala mengarah ke keracunan. "Perbanyak minum saja untuk mempercepat eliminasi cemaran. Jika muncul gejala lain maka segera ke rumah sakit. Gejala yang perlu dicermati mual muntah, kejang, dan kesadaran menurun. Napas mulai cepat dan jantung berdebar, sulit kencing 8-12 jam dan lemah lesu perlu evaluasi," lanjutnya.
Pejabat di Divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKKMK UGM Retno Palupi menyarankan orang tua yang punya anak balita agar memperhatikan produksi urine anaknya. Jika dalam kurun 6-8 jam tidak ada produksi urine apalagi sakit, anak perlu diperhatikan.
"Ikatan Dokter Anak Indonesia [IDAI] juga mengimbau tidak beli obat tanpa rekomendasi tenaga kesehatan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
Advertisement
Advertisement