Advertisement
Budaya Jawa Perlu Direaktualisasi
Advertisement
SLEMAN—Budaya Jawa di tengah kencangnya arus globalisasi dan modernisasi tidak akan serta merta hilang. Meski demikian budaya Jawa harus direaktualisasi agar tetap relevan di masa sekarang dan masa depan.
Hal ini disampaikan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, dalam pembukaan Kongres Kebudayaan Jawa III, yang berlangsung di Hotel Alana, Sleman, Senin (14/11/2022) malam. Konfres yang melibatkan peserta dari wilayah DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur ini mengusung tema kabudayan Jawa Anjayeng Bawana.
Advertisement
Sri Sultan HB X menjelaskan jika budaya memiliki dinamika perubahan progresif untuk maju. Budaya berkembang sesuai tantangan zaman. “Setiap generasi saling memberi kontribusi pada kebudayaannya sendiri-sendiri, sehingga terjadi perubahan yang mestinya lebih progresif,” ujarnya.
Menurutnya, nilai-nilai budaya Jawa perlu direkatualisasi agar memiliki daya panggil, daya gerak dan daya ungkit dalam membangkitkan gumregah masyarakat. Hal ini seperti gagasan dalam Sapta Gati sebagai rumusan yang dihasilkan dalam Kongres Kebudayaan Jawa II pada 2018 silam. Sapta Gati dimaknai sebagai tujuh keutamaan budaya Jawa.
“Dengan menyandang unsur substansi jati diri, sendi pembangunan bangsa, pilar kesatuan, tuntunan perilaku kepemimpinan, benteng pelestari budaya, daya mental pemahaman nilai global dan daya mental spiritual tata pergaulan internasional,” katanya.
Ia berharap dari berbagai gagasan yang muncul dalam Kongres Kebudayaan Jawa III ini dapat menjadi jawaban atas tantangan zaman beserta dinamikanya. “Semoga seluruh agenda dalam kongres ini dapat terlaksana dengan lancar,” ungkapnya.
Kongres Kebudayaan Jawa pertama dilaksanakan pada 5-7 Juli 1918. Bertempat di Surakarta, kongres ini dicetuskan pertama kali oleh Batavia. Saat itu, pihak Batavia menghendaki diadakan Kongres Bahasa Jawa namun Pangeran Prangwadono, yang selanjutnya disebut Mangkunegara VII, menolak dan menghendaki pembahasan lebih luas dan menyeluruh.
Tercetuslah Congres voor Javaansche Cultuur Ontwikkeling. Kongres ini dilaksanakan untuk membahas pengembangan kebudayaan Jawa. Meskipun awalnya Batavia tidak setuju, namun karena keteguhan Mangkunegara VII maka KKJ dapat terlaksana.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menuturkan Tahun 2022 Pemda DIY mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah, menggelar Kongres Kebudayaan Jawa III, yang sebelumnya telah didahului pra-Kongres Kebudayaan Jawa III.
Kongres Kebudayaan Jawa III berlangsung pada 14-17 November 2022, yang melibatkan peserta dari berbagai unsur dan terdiri wakil delegasi utama dari wilayah Provinsi Jawa Tengah, DIY dan Provinsi Jawa Timur. Kongres Kebudayaan Jawa III ini diikuti sekitar 550-600 partisipan.
Pembagian komisi-komisi sidang pada Kongres Kebudayaan Jawa III 2022 didasarkan pada pengelompokan isu-isu yang berkembang dan tantangan apa saja yang bisa kebudayaan Jawa kontribusikan kepada dunia. Tiga Komisi dalam kongres ini meliputi Komisi I SAPTAGATI, Komisi II INOVASI dan Komisi III DIFUSI.
Kabudayan Jawa Anjayeng Bawana dipilih sebagai tema KKJ III Yogyakarta dengan harapan budaya Jawab isa mendunia. Tersebarnya masyarakat Jawa di berbagai tempat belahan dunia, tentu membuat mereka tidak melupakan budaya asalnya dan diharapkan budaya Jawa semakin mampu dirasakan keberadaannya ditengah masyarakat.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Sejumlah Kendaraan Hilang Tersapu Banjir Bandang di Sukabumi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal dan Tarif Bus Damri dari Bandara YIA ke Jogja, Parangtritis Bantul, dan Baron Gunungkidul
- Hujan Lebat Bongkahan Batu Berdiameter 2 Meter Menimpa Atap Rumah Warga di Gunungkidul
- UNISA Mulai Uji Coba Makan Bergizi ke Siswa TK Aisyiyah dan SD Muhammadiyah
- Anggota DPRD DIY Agus Sumaryanto Meninggal Dunia
- Triwulan Pertama 2025, Akses Jalan Masuk TPST Dingkikan Bantul Ditargetkan Sudah Siap
Advertisement
Advertisement