Belajar dari Turki, Ini Wilayah di Jogja yang Dilewati Sesar Aktif Rawan Gempa
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA–Gempa Turki-Suriah yang menewaskan belasan ribu jiwa belakangan ini mengingatkan kembali akan keberadaan sesar aktif di kerak bumi yang menjadi penyebab munculnya gempa. Di DIY, keberadaan sesar aktif itu memberi pengalaman buruk gempa dahsyat 2006. Itu sebabnya penting mengetahui di mana saja wilayah di DIY yang dilalui sesar aktif yang rawan terjadi bencana gempa bumi.
Belum lama ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan fenomena tectonic escape sebagai penyebab gempa Turki berkekuatan Magnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023).
Advertisement
Fenomena tectonic escape itu terjadi saat Lempeng Anatolia bergeser ke barat karena Lempeng Arab menekan Lempeng Anatolia ke arah barat laut dalam dinamika tektoniknya. "Wajar jika Sesar Anatolia Timur dengan laju geser 16 mm/tahun ini mampu mengakumulasi tegangan kulit bumi dan rilis energi sebagai gempa dahsyat yang merusak [destructive] dan mematikan [deadly]," kata BMKG dikutip dari Instagram @infobmkg, Rabu (8/2/2023) lalu.
Sesar aktif selama ini seolah membayangi akan adanya gempa dan bencana di wilayah-wilayah yang dilaluinya. Di Jogja sendiri, keberadaan sesar aktif ini pernah diulas pakar geologi dari UGM saat diwawancarai Harianjogja.com, beberapa waktu lalu.
DIY dan Jawa Tengah punya sejarah gempa pada 2006. Daerah yang punya sejarah kegempaan, di masa yang akan datang berpotensi diguncang gempa lagi.
Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Gayatri Indah Marliyani mengatakan sampai saat ini masih terus dilakukan identifikasi garis-garis sesar untuk dilakukan pemetaan sehingga lebih akurat.
Di DIY sendiri ada beberapa sesar seperti opak, subduksi, progo, dengkeng, dan oya. Sesar yang sudah dipastikan aktif menurutnya adalah sesar opak. Sesar ini sejak 2006 konsisten memproduksi gempa meski kecil.
Sesar opak membentuk zona yang cukup lebar dari arah Parangtritis sampai ke Prambanan. Dari daerah Parangtritis kemudian ke Pleret, Piyungan, Prambanan semuanya dilewati zona sesar.
"Secara konsisten sesar opak terus bergerak. Tentu saja di area tersebut, di sekitar zona sesar ini harus tetap waspada karena sesar tersebut masif aktif," ucapnya kepada Harianjogja.com, Rabu (23/11/2022).
Kemudian ada zona subduksi yang berada di lepas pantai. Di zona tersebut ada sumber gempa yang bisa dirasakan getarannya. "Kalau ada gempa yang cukup besar kita bisa terdampak."
Sementara untuk patahan Oya sampai saat ini masih coba dipetakan. Menurutnya sistem patahan Oya dan Opak berdekatan dan saling berinteraksi.
"Untuk progo terus terang datanya masih kurang. Dengkeng juga, saya sendiri masih belum punya bukti yang kuat bahwa dia adalah sesar individu yang bisa aktif."
Lebih lanjut dia mengatakan siklus kegempaan harus dilihat jauh ke belakang. Tidak bisa hanya dari dua atau tiga kejadian lalu mengambil kesimpulan. Sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut lagi.
Gempa yang terjadi di DIY 2006 merupakan gempa darat sehingga memiliki daya rusak yang kuat. Hal ini dikarenakan hiposenter dari gempa berada di lokasi dangkal di bawah 10 km.
Energinya masih kuat untuk menghasilkan goncangan sehingga jika di lokasi tersebut banyak permukiman maka akan menyebabkan kerusakan yang signifikan. "Kalau lebih [10 km] kayak 50 km, 60 km dia sudah dianggap tidak terlalu dangkal," jelasnya.
Pakar geologi UGM Wahyu Wilopo mengatakan daerah yang sudah terpetakan oleh Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN), sebagian besar yang aktif adalah sesar opak, memanjang dari Kretek ke Prambanan. Terindikasi juga patahan yang menerus dari Prambanan ke arah Barat.
BACA JUGA: Jalan Rusak Akibat Proyek Tol Jogja, Begini Solusi dari Pemkab Sleman
"Di mana dulu pada gempa 2006 menyebabkan kerusakan di daerah Gantiwarno, Bayat dan Cawas klaten," paparnya.
Daerah yang rawan terjadi gempa adalah yang dilewati sesar aktif, di antaranya wilayah Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Jetis, Pleret, Piyungan, Berbah, Prambanan, Gantiwarno, Bayat, hingga Cawas. Sementara untuk sesar-sesar lainnya, kata Wahyu, belum terverifikasi sesar aktif.
"Namun demikian mungkin mereka juga bisa menjadi sesar aktif. Hal ini karena belum ada penelitian detail tentang sesar-sesar tersebut," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
18 Polisi Terlibat Kasus Pemerasan di DWP, Pengamat: Harus Disanksi Pemecatan
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- DPRD DIY Gelar Wayang Kulit Duryudana Gugur, Ajak Masyarakat Renungkan Nilai Kepemimpinan
- Jadwal KRL Jogja Solo Selama Libur Nataru, 21 Desember 2024-5 Januari 2025, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Sabtu 21 Desember 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Sabtu 21 Desember 2024
- Jadwal DAMRI ke Malioboro, Pantai Parangtritis, Pantai Baron, Candi Prambanan dan Borobudur Magelang
Advertisement
Advertisement