Advertisement

Jalan di Desa Wisata Srikeminut Kerap Ambles, Begini Hasil Kajian UGM

Andreas Yuda Pramono
Kamis, 16 Februari 2023 - 16:37 WIB
Arief Junianto
Jalan di Desa Wisata Srikeminut Kerap Ambles, Begini Hasil Kajian UGM Tim UGM bersama Bupati Bantul di ruang kerjanya dalam konferensi pers jalan Mojohuro-Kedungmiri, Kamis (15/2/2023). - Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL — Universitas Gajah Mada (UGM) menyampaikan sebab amblesnya jalan di Desa Wisata Srikeminut. Setelah melakukan serangkaian penelitian, UGM juga memberikan rekomendasi dalam pembangunan jalan selanjutnya.

Dosen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, Ali Awaludin mengatakan bahwa segmen ruas jalan longsor di Sriharjo berada di morfologi lembah perbukitan.

Advertisement

“Di atas lereng Sungai Oya, di Selatan segmen ruas jalan longsor, aliran Sungai Oya berbelok ke arah Utara, sehingga cenderung menggerus lereng sungai pada segmen ruas jalan longsor. Konstruksi ruas jalan ini berada di atas endapan aluvial lanau yang dialasi oleh batuan breksi andesit formasi Nglanggeran,” kata Ali ditemui di Ruang Kerja Bupati Bantul, Kamis (16/2/2023).

Jelasnya, kata dia, tanah lanau lengkungan di segmen ruas jalan longsor memiliki ketebalan hingga 12 meter dan memiliki sifat plastisitas tinggi.

Mengacu pada penelitian terdahulu, Ali mengatakan bahwa Sriharjo dan sekitarnya berada pada zona patahan aktif sesar Opak, sehingga rentan mengalami goncangan akibat gempa.

“Tanah lanau lengkungan berplastisitas tinggi di segmen ruas jalan longsor memiliki tingkat kejenuhan penuh. Dalam arti seluruh pori-pori tanah terisi oleh air. Tingginya kadar air diakibatkan penjenuhan oleh hujan yang telah berlangsung lama sebelum kejadian. Kadar air yang tinggi menyebabkan tanah bersifat sangat lunak, dan memiliki daya dukung yang rendah dan sangat mudah bergerak,” katanya.

BACA JUGA: Perbaikan Jalan Menuju Destinasi Wisata Srikeminut Tunggu Rekomendasi Pakar

Hal tersebut menyebabkan konstruksi turab beton pracetak yang berada di ruas jalan tersebut tidak dapat menahan gerakan tanah yang terjadi. Agar kejadian tersebut tidak terjadi berulang, Ali menegaskan perlu perencanaan yang komprehensif, mempertimbangkan berbagai aspek seperti geomorfologi sungai, geologi, air tanah, curah hujan, kegempaan, geoteknik dan tata guna lahan.

“Sebagai langkah awal kami rekomendasikan untuk melakukan pekerjaan stabilisasi lereng sungai yang dapat ditempuh dengan cara pembangunan dinding penahan tanah pondasi dalam. Pondasi dalam tersebut berarti ada struktur yang masuk ke dalam lapisan breksi andesit tadi. Itu masuk ke dalam, sehingga cukup untuk bisa menahan tanah di atas lapisan breksit tadi untuk tetap diam dalam posisinya. Lalu, bisa juga ditambahkan konstruksi beronjong di sisi Selatan pondasi dalam tadi. Tujuannya untuk mendapatkan dukungan lawan dari tanah yang akan bergerak dari Utara menuju Selatan,” ucapnya.

Lebih lanjut Ali menjelaskan bahwa beronjong tersebut juga berfungsi untuk mengurangi dampak gerusan air sungai. UGM juga merekomendasikan untuk mengganti tanah atau replacement di badan jalan untuk meminimalkan deformasi jalan akibat beban kendaraan.

“Kemudian tentu saja bagaimana saat ini kami memitigasinya. Karena posisi turab saat ini sudah membuka, sudah tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, maka kami perlu mengupas badan jalan, mengurangi tinggi badan jalan ini supaya tidak membuat kelongsoran berikutnya. Kami kupas, kurangi, lalu kami ganti turab tadi dengan pondasi dalam yang kemudian ditambahkan beronjong. Setelah itu baru menimbun badan jalan dengan lapisan jalan yang lebih baik,” lanjutnya.

Sementara itu, dosen lainnya yang juga di Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, Fikri Faris membenarkan bahwa tanah di ruas jalan longor sangat mudah bergerak.

“Tanah yang berada di lokasi [longsor] merupakan tanah alluvial atau endapan yang jenisnya lanau plengkungan dengan plastisitas tinggi. Artinya sangat mudah bergerak ketika kadar airnya cukup tinggi,” kata Fikri, Kamis.

Fikri memberi rekomendasi untuk melakukan penataan air, sehingga air hujan dan air dari perbukitan tidak menyebabkan penjenuhan berlebihan pada tanah. Katanya, selain membuat konstruksi secara struktural, direkomendasikan juga agar membuat drainase yang lebih baik.

Sebelumnya, jalan sepanjang 50 meter di Desa Wisata Srikeminut, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri ambles secara bertahap hingga 1,5 meter pada Desember 2022 lalu.

Padahal, jalan tersebut baru saja selesai diperbaiki dan akan diserahterimakan dari kontraktor pembangunan ke Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Bantul.

Aris mengakui bahwa jalan tersebut sudah tiga kali diperbaiki namun tidak lebih dari seminggu setelah perbaikan selalu muncul masalah. “Sebelumnya, itu juga gitu, tiga kali diperbaiki selalu ambles. Tetapi, kali ini yang paling dalam amblesnya sampai sekitar 1,5 meter,” kata Aris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement