Advertisement

Promo November

Indahnya Bersama-sama Merajut Perbedaan lewat Tradisi Ruwahan

Andreas Yuda Pramono
Minggu, 12 Maret 2023 - 20:17 WIB
Arief Junianto
Indahnya Bersama-sama Merajut Perbedaan lewat Tradisi Ruwahan Tradisi Ruwahan yang digelar di Padukuhan Sorowajan, Banguntapan, Banguntapan, Bantul, Minggu (12/3/2023). - Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL — Padukuhan Sorowajan, Kalurahan Banguntapan, Kapanewon Banguntapan, Bantul menggelar Merti Dusun dan Ruwahan di Balai Padukuhan Sorowajan, Minggu (12/3/2023).

Panewu Banguntapan, I Nyoman Gunarsa mengklaim bahwa Merti Dusun dan Ruwahan tersebut dapat menjadi rol model bagi padukuhan lain untuk diterapkan karena memuat toleransi dan keberagaman. “Masyarakat dapat melihat ketokohan para tokoh lintas iman yang hadir itu membawa ketenteraman dan keharmonisan dalam kemajemukan. Niatan kita itu sama yaitu membangun persatuan dan kesatuan utamanya warga di Padukuhan Sorowajan,” kata Nyoman ditemui seusai acara.

Advertisement

Nyoman berharap dengan adanya doa lintas agama dalam acara Merti Dusun dan Ruwahan tersebut dapat membawa warga Padukuhan Sorowajan kepada moderasi beragama.

Sementara itu, Lurah Banguntapan, Basirudin menegaskan hal terpenting dari Merti Dusun dan Ruwahan adalah kebersamaan dalam keberagaman. “Keanekaragaman itu indah bagi saya. Monggo, tradisi yang baik terus kita lestarikan. Doa bersama ini menegaskan kesatuan Bangsa Indonesia,” kata Basirudin ditemui selesai acara pada Minggu (12/3/2023).

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Bantul, Slamet Pamuji mengatakan bahwa ruwahan merupakan tradisi yang bernuansa agama. “Kalau bernuansa agama, ya bukan berarti hanya untuk satu agama saja. Karena ini tradisi, maka menjadi budi dan daya manusia dalam rangka mengamalkan ajaran agama. Nah, semua agama itu kan mengajarkan kebaikan,” kata Slamet ditemui selesai acara pada Minggu (12/3/2023).

Salah satu kebaikan yang diajarkan agama, menurut Slamet adalah budaya guyub dan rukun. Dengan melakukan doa lintas agama, acara Merti Dusun dan Ruwahan tersebut menjadi lebih semarak. Selain itu, tradisi merupakan milih semua orang, bukan hanya segelintir orang.

“Poin pentingnya itu semua warga dapat berkumpul menjadi satu dan berdoa bersama. Acara Merti Dusun dan Ruwahan di Padukuhan Sorowajan ini menjadi salah satu contoh bahwa perbedaan tidak mengoyak agama dan ras yang berbeda-beda,” katanya.

BACA JUGA: Ruwahan Bikin Wisata Bantul Ramai di Akhir Pekan

Ketua Acara Merti Dusun dan Ruwahan Padukuhan Sorowajan, Antonius Maryanto mengatakan bahwa doa lintas agama tersebut bukan merupakan hal yang langka atau jauh dari masyarakat. Menurut Maryanto, berkumpulnya berbagai umat beragama memang sudah seharusnya. “Berkumpulnya tiap orang dari berbagai agama itu bukan hal yang langka. Itu memang seharusnya begitu. Dengan begitu bisa menjadi contoh bagi kampung-kampung lain,”  kata Maryanto ditemui selesai acara pada Minggu (12/3/2023).

Doa dari agama Hindu dipimpin oleh Wasi Akir Murtihadiwiyono, lalu Katolik dipimpin Prodiakon Petrus Mujiyana, kemudian Kristen dipimpin oleh Pendeta Aditya Chris Nugroho, dan Islam dipimpin oleh Ustad Zuhkri.

Acara Merti Dusun dan Ruwahan tersebut dihadiri oleh sekitar 200 warga dari 20 RT dalam satu Padukuhan Sorowajan. Sebelum doa bersama dilakukan, sebanyak 51 orang yang tergabung dalam pasukan bregodo mengarak gunungan yang berisi sayur dan buah-buahan sejauh 500 meter ke Balai Padukuhan Sorowajan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hadapi Tantangan Kesehatan, Ini yang Dilakukan IDI Kabupaten Lombok Tengah

News
| Rabu, 27 November 2024, 21:02 WIB

Advertisement

alt

Merasakan Lumernya Cokelat dari Jogja

Wisata
| Senin, 25 November 2024, 08:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement