Advertisement
Kualitas Lingkungan Menurun, PSLH UGM Rekomendasikan Wisata Berkelanjutan

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyoroti tentang degradasi lingkungan di sektor pariwisata. Pembangunan sektor wisata didorong untuk tetap memperhatikan aspek keberlanjutan.
Degradasi lingkungan merupakan penurunan kualitas lingkungan diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh tidak berfungsi secara baik fungsi-fungsi komponen lingkungan sebagaimana mestinya.
Advertisement
Kepala PSLH UGM, M. Pramono Hadi mengatakan di masa pandemi Covid-19 banyak yang beraktivitas secara daring. Namun khusus untuk sektor wisata tidak bisa dialihkan ke daring. Menurutnya saat orang merindukan Jogja, maka harus datang ke Jogja, tidak cukup hanya menonton lewat YouTube.
BACA JUGA : Tiga Fokus DIY untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan
Sehingga harus ada fasilitas dibangun untuk menyambut datangnya wisatawan. Kondisi ini menjadi dilema karena akan berdampak ke degradasi lingkungan.
"Kami bersama teman-teman di bidang lingkungan konsen mengawal. Sehingga pembangunan yang mendukung wisata berkelanjutan tetap bisa dilakukan," paparnya dalam diskusi 'Urun Rembug Manusia dan Lingkungan: Green Investment dalam Pembangunan Wisata Berkelanjutan' melalui YouTube PSLH UGM, Selasa (14/3/2023).
Pemerintah saat ini telah membuka keran investasi lebar-lebar demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dia berharap pemikiran tentang pembangunan berkelanjutan bisa diimplementasikan.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong menyampaikan sektor pariwisata alam menjadi tulang punggung dari ekonomi hijau. Pandemi Covid-19 menurutnya menyadarkan manusia bahwa harus kembali ke alam.
Konsep pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk kepentingan manusia. Baik generasi sekarang dan generasi yang akan datang. "Kita sering lupa bahwa pembangunan juga harus ada aspek-aspek keberlanjutan. Keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan menghadirkan sustainable tourism," ucapnya.
BACA JUGA : Jumlah Wisatawan Berkunjung ke Sleman Melonjak di Awal
Di Indonesia menurutnya kecenderungannya ke pariwisata massal, sehingga kuantitas tinggi tapi nilainya rendah. Contohnya banyak wisata alam dengan tarif masuk yang murah dampaknya ke peningkatan jumlah sampah. Sementara tarif masuk yang murah tidak bisa merampungkan masalah sampah yang ada.
"Kombinasi mass tourism, dengan alternatif ke medium dan premium supaya ada keseimbangannya. Ada sumber daya alam bagus kalau dorong mass tourism maka dampak ke lingkungan besar."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Dukono Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Letusan Tercatat 1,1 Km
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Gempa Bumi Magnitudo 2-2,7 Guncang Wilayah Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul pada Kamis Pagi Ini
- Petani di Bantul Kesulitan Produksi Garam, Ini Penyebabnya
- Keputusan MK 135 Belum Jadi Solusi Persoalan Demokrasi Elektoral
- Sempat Alami Darurat Sampah, Kampung Suryoputran Jogja Sukses Olah Sampah Nyaris 1 Ton Per Bulan
- Ubah Sampah Menjadi Energi Alternatif, Solusi Bangun Indonesia dan dan Got Bag Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Pantai Teluk Awur Jepara
Advertisement
Advertisement