Kasus DBD di Bantul Menurun, Masyarakat Diminta Tetap Waspada
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul menyebut kasus demam berdarah dengue (DBD) di Bantul selama tiga bulan terakhir atau Januari-Maret 2023 terus menurun. Meski demikian, Dinkes meminta masyarakat tetap waspada dengan menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
“Kewaspadaan tinggi tetap belum bisa diturunkan. Jadi PSN tetap harus dilakukan, bahkan kami juga berencana menggalakkan kembali Gertak PSN [Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk] seperti dulu,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul, Abednego Dani Nugroho, Senin (10/4/2023).
Advertisement
Pria yang akrab disapa Abed ini mengatakan sampai Maret tahun ini total kasus DBD mencapai 62 kasus dengan nol kematian. Dia merinci pada Januari lalu pihaknya mencatat ada temuan sebanyak 32 kasus DBD. Kemudian pada Februari menurun hampir 50% dibandingkan bulan sebelumnya dengan temuan 17 kasus.
BACA JUGA: Hanya 20 Kasus Demam Berdarah dalam Sebulan, Pegawai Dinkes Kota Jogja Diganjar Penghargaan
Lalu di Maret temuan kasus penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti tersebut kembali menurun empat kasus atau menjadi 13 kasus. “Jadi untuk kasus DBD di Bantul di tiga bulan pertama tahun ini memang terus mengalami penurunan. Kasus kematian karena DBD juga belum ada,” ujarnya
Adapun wilayah sebaran tertinggi masih di kawasan padat penduduk seperti Banguntapan mencapai 15 kasus. Lalu disusul Sewon dan Kasihan dengan masing-masing temuan delapan kasus. Kemudian kapanewon Sedayu dengan temuan lima kasus.
Untuk wilayah lain, di kapanewon Bantul ada temuan sebanyak empat kasus DBD. Kemudian Srandakan, Kretek dan Pandak dengan temuan di masing-masing wilayah sebanyak tiga kasus. Kapanewon Piyungan, Dlingo, Sanden, Imogiri , dan Bambanglipuro dengan temuan di masing-masing wilayah dua kasus. Serta kapanewon Pleret, Jetis, dan Pajangan dengan temuan di tiap wilayah sebanyak satu kasus.
Abed belum bisa menjelaskan secara rinci terkait keberasilan penurunan kasus DBD di Bantul ini. Namun ia menduga karena ada gerakan PSN di masyarakat. Selain itu juga karena ada perubaan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau.
Disinggung soal program Wolbachia Wes Masuk Bantul atau Wow Mantul, Abed menyatakan belum bisa dikaitkan program tersebut dengan penurunan kasus DBD saat ini karena membutukan studi lebih panjang.
“Perkiraan efektif untuk penilaian program Wow Mantul sekitar dua tahun setelah program selesai. Saat ini program Wow Mantul masih ada satu kali monitoring lagi,” tandas Abed.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Timses Pram-Doel Klaim Raih 2 Juta Lebih Suara, Pilkada Jakarta Satu Putaran
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pakar: Ajaran Agama Diharapkan Jadi Solusi Persoalan Global
- Sebelum Coblosan, Anggota KPPS di Sleman Diambil Sumpah
- Usai Nyoblos di TPS 02 Giwangan, Hasto Langsung Praktik di Klinik Madukoro
- Sultan dan Paku Alam X Berikan Suara pada Pilkada Jogja 2024
- Nyoblos di Pilkada Bantul, Haedar: Hal yang Mengganjal di Pemilu Harus Berakhir di Pilkada
Advertisement
Advertisement