Advertisement

Selain Covid-19, Dinkes Kulonprogo Imbau Masyarakat Waspada Malaria

Andreas Yuda Pramono
Rabu, 19 April 2023 - 18:27 WIB
Jumali
Selain Covid-19, Dinkes Kulonprogo Imbau Masyarakat Waspada Malaria Ilustrasi - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulonprogo mengimbau masyarakat, utamanya pemudik dan memiliki keluarga yang punya komorbid untuk lebih berhati-hati dalam masa libur Lebaran.

BACA JUGA: Enam Kasus Malaria Ditemukan di Kulonprogo

Advertisement

Selain terkait Covid-19, malaria juga masih menjadi ancaman utamanya kepada pemudik yang berasal dari daerah endemis malaria.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulonprogo, Rina Nuryati mengatakan bahwa pemerintah daerah telah menyampaikan kepada panewu, lurah dan seluruh puskesmas di Kulonprogo untuk waspada terhadap penyakit malaria pada saat libur Lebaran ini. Surveilans migrasi harus benar-benar diperkuat, kata Rina.

“Tentu masih terkait malaria mengingat banyak pemudik yang datang ke Kulonprogo dan mungkin berasal dari daerah endemis malaria. Kami meminta kepada lurah dan panewu untuk melaporkan apabila ada pemudik yang berasal dari daerah endemis malaria,” kata Rina dalam konferensi pers hari Selasa (18/4/2023).

Rina menambahkan bahwa pada pekan ke kedua bulan April 2023, dinkes menemukan kasus malaria yang dibawa seseorang dari Papua. Sementara total kasus selama triwulan pertama tahun 2023 mencapai lima kasus tanpa kematian.

Selain malaria, Rina meminta masyarakat untuk waspada terhadap kasus leptospirosis. Guna mengatasi kasus tersebut, dinkes bersama Bagian Kesra dan Kementerian Agama (Kemenag) Kulonprogo berkoordinasi untuk menyampaikan hal tersebut di sela-sela khotbah.

“Kemarin sudah kami minta untuk menyisipkan materi kewaspadaan leptospirosis dalam khotbah. Angka leptospirosis di Kulonprogo ini kendati tidak banyak, tapi masih lebih tinggi dari tahun 2022. Terlebih ada delapan orang yang sampai meninggal dari 33 kasus,” katanya.

Masyarakat dapat mendeteksi dini apabila terjangkit bakteri leptospira seperti mengalami demam, badan linu, pusing, mual, muntah, nyeri betis, warna mata kuning, dan penurunan jumlah air kencing. Kata Rina, masyarakat kerap tidak sadar bahwa ciri-ciri tersebut dapat mengarah kepada leptospirosis.

“Kami sudah menekankan kepada teman-teman di fasilitas kesehatan (faskes) untuk menanyakan kepada pasien yang mengalami gejala tersebut terkait faktor risiko; apakah dua minggu sebelumnya bekerja atau ke tempat-tempat berisiko penularan leptospira,” ucapnya.

Tidak berhenti di situ, tes deteksi dini leptospirosis tersebut baru dapat dilakukan pada hari ke lima paska terjangkit leptospira. Karena itu kewaspadaan masyarakat dan faskes penting untuk disadari.

“Nah, kalau jumlah air kencingnya menurun itu kemungkinannya harus dibantu dengan cuci darah. Kalau segera ditangani, maka [nyawa] akan tertolong, tapi kalau terlambat ya akan berdampak pada terganggunya organ penting. Bisa gagal ginjal juga. Menurut pengalaman, cuci darah dua kali sudah dapat menyelamatkan orang, tapi memang harus cepat,” lanjutnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kulonprogo, Theodola Baning mengatakan bahwa terjadi peningkatan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir.

“Dalam sepekan terakhir ini terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Kulonprogo. Per tanggal 11 April ada 17 kasus dengan dua orang meninggal. Tanggal 12 ada enam kasus, tanggal 13 ada sembilan, tanggal 14 ada 20, dan tanggal 15 ada 21 kasus dengan dua kematian,” kata Baning.

Dengan adanya prediksi peningkatan pemudik, Baning meminta masyarakat sangat waspada utamanya terdapat penemuan Covid-19 sub varian Arcturus atau XBB 1.1.6. Kasus tersebut telah terkonfirmasi ditemukan di Jakarta beberapa hari belakangan.

“Masyarakat harus berhati-hati mengingat arus mudik mulai meningkat. Kita tidak tahu kondisi para pemudik. Orang yang sangat rentan seperti memiliki komorbid tidak terkontrol atau lansia harus diperhatikan. Soalnya orang berkomorbid tidak terkontrol sangat berisiko mengalami keparahan pada penyakitnya,” katanya.

Baning menegaskan bahwa puskesmas masih memberikan layanan vaksin sesuai jadwal meskipun Lebaran.

Sub varian Arcturus tersebut memiliki gejala seperti halnya Omicron lain kendati tingkat keparahan cenderung lebih ringan. Meskipun demikian, penyebaran sub varian baru tersebut lebih cepat dibandingkan dengan Omicron.

“Pada anak akan menimbulkan konjungtivitis atau sakit mata atau belekan. Selain itu ya ada demam, batuk, pilek, dan beberapa kasus terjadi sesak nafas,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement