Advertisement

Promo November

Lestarikan Sandiwara Bahasa Jawa di Tanah Mataram, Ini yang Dilakukan Kelompok Sedhut Senut

Ujang Hasanudin
Rabu, 03 Mei 2023 - 19:37 WIB
Arief Junianto
Lestarikan Sandiwara Bahasa Jawa di Tanah Mataram, Ini yang Dilakukan Kelompok Sedhut Senut Suasana sarasehan yang digelar Kelompok Sedhut Senut, Rabu (3/5/2023). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Sandiwara berbahasa Jawa sempat tenar pada era 1970-an. Seiring perkembangan zaman, kesenian itu kian meredup, bahkan kalah pamor dengan seni tradisi yang juga sama-sama berbahasa Jawa, seperti ketoprak, wayang, dan jatilan.

Atas dasar itulah, kelompok seni Sedhut Senut mencoba mengidupkan kembali eksistensi sandiwara berbahasa Jawa melalui kegiatan Festival Melankori.

Advertisement

Kelompok Sedhut Senut merupakan kelompok sandiwara berbahasa Jawa yang mulanya bernama Komunitas Sego Gurih. Kelompok ini berdiri sejak 1998 di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) di Bantul.

Kemudian pada 2017 berubah nama menjadi Kelompok Sedhut Senut. Kelompok seni ini bisa dibilang sebagai referensi sekaligus percontohan terkait dengan esksistensi sandiwara berbahasa Jawa di DIY.

Ketua Kelompok Sedhut Senut, Fajar Murdiyanto mengatakan sandiwara berbahasa Jawa merupakan salah satu tradisi yang kini mulai redup eksistensinya di DIY. Itulah sebabnya, pihaknya mencoba membangkitkan kembali popularitas sandiwara berbahasa Jawa melalui Festial Melankori yang akan diselenggarakan pada September mendatang.

BACA JUGA: 11 Bahasa Daerah di Indonesia Sudah Punah, Bahasa Jawa Termasuk Rentan

Namun, sebelum festival digelar digelar sejumlah kegiatan sejak Mei ini hingga Juli mendatang mulai dari pelatian hingga lokakarya. “Secara konsep, ini adalah upaya kami untuk mentradisikan tradisi, karena untuk pegiat sandiwara bahasa Jawa itu masih sangat minim dan jarang. Masalahnya hanya pada geliat,” katanya dalam acara sarasehan bertajuk Posisi dan Eksistensi Sandiwara Bahasa Jawa dan Gaya Pertunjukan Kelompok Sedhut Senut yang digelar di Markas Kelompok Sedhut Senut di Jalan Karangati, Dusun Jetis, Kalurahan Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Bantul, Rabu (3/5/2023).

Sarasehan yang dihadiri puluan orang tersebut mengadirkan narasumber seniman Ong Hari Wahyu dan akademisi seni Sri Kuncoro.

Fajar mengatakan dalam proses pelatihan menuju festival tersebut dipandu langsung oleh Kelompok Sedhut Senut dengan peserta yang sudah ditentukan sehingga pihaknya tidak menerima pendaftaran peserta umum.

Ada delapan kelompok pesrta yang ditunjuk. Tujuannya supaya fokus dan tidak asal menggelar festival. “Lokasinya juga kita serahkan kepada kelompok peserta mau di mana tempatnya, nanti dewan juri yang mendatangi langsung ke lokasi. Ini memang tidak lazim, biasanya festival digelar di gedung tertentu. Tapi ini lokasinya yang menentukan peserta,” ucapnya.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Sakijo ini mengatakan untuk tema besar festival adalah jelajah desa. Tetapi subtemanya akan diserahkan kepada desa-desa yang menjadi peserta. Bisa mengangkat tema tentang isu sosial di masyarakat, kehidupan sehari-hari, bahkan dinamika politik.

“Untuk temanya nanti kami bebaskan, tetapi yang biasa ditampilkan dalam sandiwara berbahasa Jawa itu tema realis. Seperti tentang realita masyarakat sehari-hari,” tandasnya.

Sebelum Festival Melankori atau puncak acara digelar, sudah ada pelatihan sandiwara berbahasa Jawa yang dipandu oleh Kelompok Sedhut Senut yang dilakukan di Gunungkidul, Bantul, dan Kota Jogja.

Sementara itu Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Bantul, Tri Jaka Suhartaka mengaakui sejauh ini pihaknya belum pernah menggelar festival sandiwara berbahasa Jawa karena anggaran terbatas.

Pihaknya baru bisa menggelar festival teater dan ketoprak. Untuk festival sandiwara berbahasa Jawa yang memang belum banyak dilakukan sebenarnya sempat direncanakan untuk digelar pada 2019 lalu, tetapi pada 2020 terkendala Covid-19. “Namun, untuk lokakarya sandiwara berbahasa Jawa pernah kami lakukan di Kalurahan Gilangharjo pada 2019 lalu,” katanya.

Karena sandiwara berbahasa Jawa masih belum familier di masyarakat, pihaknya mendukung kegiatan tersebut digelar oleh kelompok seni.

“Maka kegiatan ini untuk menggugah kembali, Dinas juga akan menghidupakan sandiwara bahasa jawa.  Karena bahasa Jawa sudah ditinggalkan generasi muda,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Jogjapolitan | 5 hours ago

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Ini Motifnya

News
| Minggu, 24 November 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement