Penanganan Stunting Butuh Kerjasama Seluruh Elemen
Advertisement
SLEMAN—Dinas Komunikasi dan Informatika DIY menggelar kegiatan Diseminasi Konten Positif di Kapanewon Kalasan. Bertajuk Cegah Stunting Itu Penting, para kader kesehatan dan masyarakat yang hadir sebagai peserta diharapkan dapat membantu pencegahan stunting di wilayahnya.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya, Anggota DPRD DIY, Rita Nurmastuti, Dokter Spesialis Anak RSUD Prambanan, Ahmad Lubaid dan Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Prambanan, Ratih Susila.
Advertisement
Dalam paparannya Rita menilai penanganan stunting tidak bisa diatasi oleh satu dua pihak saja. Melainkan membutuhkan kerja sama seluruh elemen yang ada. "Pencegahan ini harus melibatkan banyak pihak," tuturnya pada Senin (12/6/2023).
"Kenapa stunting itu menjadi penting, karena stunting ini rentetannya panjang. Jadi kalau kita bicara cegah stunting, ini kita kumpul siang ini menjadi salah satu kita berupaya agar stunting khususnya di Kalasan bisa semakin berkurang dan habis," tambahnya.
Baca juga: Mendikbudristek Nadiem Makarim Beri Beasiswa Putri Ariani
Rita menilai pencegahan stunting harus dimulai dari para calon ibu. Remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu, sejak awal harus mendapatkan edukasi terkait pencegahan stunting.
"Kalau kita mau bilang cegah stunting. Itu urut-urutannya harus dimulai dari siapa sih yang nanti punya bayi ini," ujarnya.
Terkait pemenuhan gizi, penting untuk mengatahui apalah para calon ibu sudah berdaya atau sudah bisa mencukupi kebutuhan gizinya. Faktor kemiskinan acap kali menghambat pemenuhan gizi bagi orang tua maupun bayi.
"Oleh karena itu kita harus bekerja sama, stunting ini tidak bisa diselesaikan oleh satu orang. Oleh satu kelompok saja. Tetapi harus ada komitmen bersama-sama," tegasnya.
Faktor Kemiskinan
Pemenuhan gizi yang tidak terpenuhi dengan baik dapat disebabkan faktor kemiskinan. Bila miskin, keseimbangan asupan gizi dari keluarga itu dikhawatirkan kurang.
"Pemerintah daerah melalui kader-kader di kelompok terkecil, Padukuhan, RT/RW melalui pak Lurah, pak Panewu harus memiliki data tentang kemiskinan di warganya masing-masing. Sehingga ini bisa kita berikan solusi, bisa kita carikan bantuan-bantuan agar warga masyarakat yang miskin ini menjadi lebih berdaya," jelasnya.
Sosialisasi stunting melalui beragam media baik luring dan daring dinilai mampu memperluas jangkauan edukasi perihal stunting agar sampai kepada masyarakat. Pasalnya kegiatan sosialiasi tatap muka tidak mesti dapat dilakukan ke seluruh sasaran.
"Masyarakat sekarang ini semuanya sudah digital. Kita tidak bisa menunggu sosialisasi berhadap-hadapan seperti ini terus. Tapi diharapkan semua masyarakat sudah bisa mencari tahu, dengan apa-apa yang ada di media-media," tegasnya.
Rita berharap para kader kesehatan dan masyarakat yang hadir dalam kegiatan ini dapat menyebarkan infomasi yang dapat ke warga lainnya di lingkungannya masing-masing.
Dokter Spesialis Anak RSUD Prambanan, Ahmad Lubaid menerangkan penanganan stunting sebenarnya melalui proses panjang. Setidaknya pencegahan stunting harus dilaksanakan pada empat fase, fase pra nikah, fase nikah, hamil dan pasca kehamilan. Sekarang anak mengalami stunting atau tengkes karena kekeringan gizi kronik. Sehingga penanganannya berkaitan erat dengan gizi.
"Kalau untuk pencegahan stunting itu, pra nikah, nikah, kehamilan terus nanti setalah lahirnya sampai katakan sebenarnya kalau kita mau menangani stunting itu ya kalau bisa sebelum umur dua tahun," tegasnya.
Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan pemantauan tumbuh kembang anak, pemantauan gizinya maupun asupannya. Serta yang paling gampang dipantau yakni mengukur berat badan anak. Bila ada gejala stunting, maka anak tadi akan diintervensi dengan asupan-asupan tertentu.
"Asupannya itu tergantung, biasanya gizinya, kalau dia di bawah enam bulan ya dengan ASI-nya. Kalau nanti enggak ada ASI ya dengan asupan yang lain yang dianggap perlu," terangnya.
Ahmad menambahkan 1000 hari kehidupan pertama sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Pada periode ini, tumbuh kembang anak harus terus dipantau dan diperhatikan.
"Karena stunting itu ada dua, karena kebutuhan meningkat atau karena asupannya kurang. Asupannya kurang itu bisa karena mohon maaf orang tuanya perlu kita edukasi. Yang kedua kebutuhan meningkat pada anak-anak sakit, anak sakit itu perlu kalori yang lebih, pada saat itu kita intervensi di sana," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 50 Kepala Dukuh Perempuan Kulonprogo Ikut Pendidikan Politik
- Ini Dia 3 Karya Budaya Indonesia yang Diusulkan Masuk Menjadi WBTb ke UNESCO
- Ini Kegiatan Kampanye Terakhir Ketiga Calon Wali Kota Jogja Jelang Masa Tenang
- Pasangan Agung-Ambar Tutup Kampanye dengan Pesta Rakyat
- Konstruksi Tol Jogja-Bawen Seksi 1 Ruas Jogja-SS Banyurejo Capai 70,28 Persen, Ditargetkan Rampung 2026
Advertisement
Advertisement