Kasus Antraks, Sultan: Pemkab Gunungkidul Harus Lebih Tegas
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA–Gubernur DIY, Sri Sultan HB X meminta pengawasan lalu lintas hewan dapat diperketat. Hal ini menanggapi maraknya kasus antraks di Gunungkidul. Selain itu Sultan meminta Pemkab Gunungkidul harus lebih tegas.
“Di Gunungkidul pengawasannya juga harus teliti, tapi juga dari daerah lain kalau memang ada kecenderungan antraks ya jangan dijual dan dikirimkan,” kata Sultan saat ditemui di kompleks Kepatihan, Rabu (5/7/2023).
Advertisement
Menurut Sultan dengan pengetatan pengawasan yang ada di setiap daerah, maka dapat menghindarkan dari persebaran penyakit antraks di DIY. Sultan pun berkaca pada penyebaran pengulangan kasus antraks yang sempat terjadi di DIY pada tahun 2019 dan 2020. Sultan pun berharap, dengan pengetatan pengawasan lalu lintas hewan dapat meminimalisasi persebaran kasus antraks di DIY.
“Kalau mengetahui antraks, namun tetap dikirimkan, lalu kita juga kurang cermat, akhirnya ya tidak hanya sekarang, dua tahun lalu juga begitu,” katanya.
Sultan pun menyayangkan kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul sejak Juni lalu. Sultan memahami masyarakat menyayangkan hewan yang dipelihara mati secara tiba-tiba. Meski begitu, menurut Sultan, masyarakat perlu waspada terhadap penyakit yang mungkin ada dalam hewan tersebut.
“Saya tidak mengerti literasi apa yang perlu diberikan kepada masyarakat. Gejala antraks ada, gejala pada sapi seperti apa yang harus [diperhatikan], dengan kelengkapan [apa] untuk mengobati dan untuk tidak dimakan dagingnya. Ning [tetapi] kalau eman-eman [sayang], kan pengalaman di Gunungkidul begitu,” katanya.
Kejadian seperti itu menurut Sultan dapat menjadi penyebab penanggulangan persebaran antraks di DIY. “Sudah tahu antraks ya dimakan bersama, eman-eman [sayang] kalau terus dipendam. Ini kan masalah, mungkin literasinya jalan, tapi mungkin kurang teliti memeriksa, ya sulit, selalu terulang hal yang sama, malah korban makin banyak kira-kira begitu,” katanya.
Dia pun berharap masyarakat dapat menguburkan hewan yang mati secara tiba-tiba tersebut, bukan malah mengonsumsinya.
“Kemarin kan juga akhirnya tahu-tahu mati akhirnya disembelih terus dimakan bersama, kenapa hal ini selalu terulang. Saya kira masyarakat sendiri ya sering ngemingke [menyepelekan] saja. Kalau saya lebih senang ya masyarakatnya begitu [menguburkan hewan yang mati tiba-tiba], Pemdanya [Pemkab Gunungkidul] ya harus bisa lebih tegas lagi,” katanya.
Dia pun berharap pos lalu lintas hewan yang ada di tiap daerah dapat diperketat. “Sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti, kalau kurang tenaga ya ditambah, kalau cukup ya kalau mengawasi tidak sekadar mengawasi, tetapi diperiksa betul sapi yang lewat,” katanya.
BACA JUGA: 1 Warga Bergejala Antraks Dirawat di Rumah Sakit di Gunungkidul
Sultan pun mengkhawatirkan masyarakat yang memang mengetahui hewan peliharaannya tersebut mengalami gejala antraks, namun tetap menjual hewan tersebut agar kerugian yang dialami tidak terlalu tinggi.
“Karena saya khawatirkan itu tahu kalau sapi itu kena antraks daripada mati rugi, lebih baik dijual. Biarpun harganya lebih murah,” katanya.
Dalam jual beli hewan, menurut Sultan, masyarakat juga perlu waspada terhadap harga hewan yang cenderung lebih murah daripada harga pasar.
“Sekarang tanya saja, harga yang kena antraks itu harganya sama dengan [harga pasaran hewan] yang dijual enggak harganya? Kalau dijual lebih murah, berarti sebenarnya dia sudah tahu kalau sapi itu terkena antraks. Loh iya wong biasanya Rp20 juta hingga Rp30 juta, tapi iki kok mung Rp15 juta, nah bisa jadi. Hal seperti itu kita bisa antisipasi, pengawasannya harus ketat, jangan menganggap [hewan yang ] lewat itu mesti sehat,” katanya.
Menggencarkan Literasi
Melihat masih terjadinya masyarakat yang terpapar antraks karena memakan hewan yang mati tiba-tiba, Sultan pun terhadap dinas terkait dapat menggencarkan literasi kembali kepada publik.
“Petugas perlu memberikan literasi yang baik terhadap publik. Kami kan tidak mungkin menutup [lalu lintas hewan], masa lewat ora oleh [masa hanya lewat tidak boleh], meh ngedol barang ora oleh [mau menjual barang tidak boleh], jadi ya tergantung pengawasannya. Karena lalu lintasnya memang lewat situ,” katanya.
Selama ini, menurut Sultan lalu lintas hewan tergolong tinggi. Sehingga Sultan berharap pengawasan lalu lintas hewan di daerah lainnya juga dapat diperketat, sehingga hewan yang melalui DIY dapat juga dijaga keamanannya.
“Lalu lintasnya tinggi, sekarang tergantung daerah lain juga, bagaimana mengantisipasi antraks itu merupakan sesuatu yang penting karena kalau perdagangan ternak seperti ini tidak ketat, antraks ya pasti tidak pernah bisa diselesaikan. Seharusnya cara penanganannya sama,” kata Sultan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Sita Rp7 Miliar dari OTT Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tugas Resmi Berakhir, Ini 5 Keberhasilan yang Diraih PJs Bupati Sleman
- Update Terbaru Pembangunan Tol Jogja-Solo, Konstruksi Ruas Trihanggo-Junction Sleman Capai 39,11 Persen
- Satpol PP Sleman Fokus Bentuk Omah Jaga Warga di Tiap Kalurahan
- Jalur Lengkap Trans Jogja: Malioboro, Kraton Jogja hingga Prambanan
- Hindari Kerusakan, Distribusi Logistik Pilkada 2024 Dibungkus Plastik Berlapis
Advertisement
Advertisement