3 Mutilasi dalam 4 Bulan di Sleman dan Sekitarnya: Utang Pinjol, Uang Rp20 Ribu, hingga Aktivitas Tak Wajar
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dalam empat bulan sejak Maret 2023, tiga mutilasi terjadi di wilayah Sleman dan sekitarnya.
Motif mutilasi bermacam-macam, mulai dari jeratan utang di pinjaman online atau pinjol, emosi lantaran dituduh mencuri Rp20.000, hingga berusaha menyamarkan kematian lantaran apa yang disebut polisi sebagai aktivitas tidak wajar.
Advertisement
Mutilasi pertama di Sleman terjadi pada Sabtu, 18 Maret 2023 di sebuah penginapan di Jalan Kaliurang, Pakem. Heru Prasetyo alias Putra Dewa, laki-laki 23 tahun asal Temanggung, Jawa Tengah, memutilasi AI, temen perempuannya yang sudah beberapa kali dia ajak berhubungan intim.
Heru membunuh dan memutilasi AI karena terlilit pinjaman online atau pinjol Rp8 juta. Jenazah AI yang sudah terpotong ditemukan pada Minggu keesokan harinya di kamar mandi penginapan.
Heru diringkus aparat Polda DIY di rumah saudaranya di Temanggung, Selasa (21/3/2023). Setelah memutilasi AI, Heru menulis surat penyesalan dan mengungkapkan utang-utangnya. Heru butuh uang karena terlilit pinjol sebanyak Rp8 juta.
“Alasan yang bersangkutan melakukan pembunuhan adalah menguasai harta milik korban, tersangka terlilit utang pinjol dari tiga aplikasi senilai Rp8 juta,” jelas Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda DIY saat itu, Kombes Pol. Nuredy.
BACA JUGA: Polisi Periksa Kondisi Kejiwaan Waliyin Pemutilasi Mahasiswa UMY di Sleman
Heru kemudian memutilasi tubuh AI yang sudah meninggal untuk menghilangkan jejak. Heru ingin menyembunyikan aksi kejinya dengan membuang potongan tubuh perempuan nahas itu ke septik tank atau ke toilet penginapan setelah selesai memutilasinya.
"Sedangkan tulang akan dibawa menggunakan ransel yang sudah dipersiapkan, ransel juga kami temukan di tempat kejadian perkara," jelas Nuredy.
Heru tak melanjutkan memutilasi tubuh teman perempuannya karena kesusahan dan membutuhkan waktu yang lama.
"Dan pada saat yang bersangkutan makan dan minum di warmindo sekitar pukul 20.00 WIB, dia berubah pikiran untuk meninggalkan pekerjaannya [memutilasi] dan kembali ke wisma dan kemudian melarikan diri," tutur Nuredy.
Dari tangan AI, Heru mencuri sepeda motor Honda Scoppy warna putih dan satu handphone yang dijual Rp600.000. "Uang di dompet pelaku ada Rp300.000, sepeda motor belum sempat dijual," ucap Kombes Pol. Nuredy.
Heru dan AI sejatinya sudah memiliki hubungan yang cukup dekat. Keduanya bahkan sudah bertemu sebelum akhirnya Heru menghabisi nyawa AI. Heru yang tercatat sebagai warga Temanggung ini bertemu dengan AI pertama kali pada November, 2022 silam. “Korban dan pelaku pertama berkenalan di media sosial Facebook pada November 2022 lalu,” kata Kombes Pol. Nuredy.
“Pelaku dan korban diketahui sudah beberapa kali berhubungan intim, soal jenis hubungan keduanya tidak bisa kami sampaikan.” ujarnya.
Mutilasi kedua terjadi di sebuah rumah kontrakan di Dukuh Dumung, Desa Nangsri, Manisrenggo, Klaten. Kecamatan Manisrenggo terletak di sebelah timur dan berbatasan dengan Kabupaten Sleman. Pembunuhan dan mutilasi itu gara-gara uang Rp20.000.
Pembunuhan sadis dilakukan Turah, pria berusia 40 tahun asal Wonosobo, Jawa Tengah. Korbannya berinisial R, perempuan 56 tahun yang menjadi rekan kerjanya dan tinggal dalam satu rumah kontrakan di Dukuh Dumung. Turah membunuh dan memenggal kepala R pada Kamis, 22 Juni 2023 dini hari sekitar pukul 01.30 WIB.
Dua pekan sebelumnya, Turah dituduh mencuri uang Rp20.000 oleh R. Rupanya, Turah sakit hati dan menaruh dendam. Empat hari lalu, Turah sudah berniat membunuh R. Dia kemudian melampiaskan dendamnya pada Kamis dini hari saat listrik di Dukuh Dumung mati.
Turah terbangun ketika lampu di rumah kontrakan yang dia tempati bersama R padam. Kemudian dia mendatangi R di dalam kamar untuk meminta lilin.
Setelah diberi lilin, Turah mencekik korban yang saat itu berdiri. R sempat berteriak meminta tolong. Turah kemudian membanting, mencekik, dan memukul korban hingga lemas lalu memenggal kepala korban.
“Sebenarnya tidak [berencana memutilasi]. Pisau [untuk membunuh korban] untuk membuka benang karung beras. Golok untuk mencari rumput. Golok sebelumnya disimpan di gudang,” kata Turah saat didatangkan polisi dalam jumpa pers di Mapolres Klaten.
BACA JUGA: Cerita Heru Memutilasi Teman Perempuan di Sleman: Berubah Pikiran di Warmindo
Setelah mencuci tangan dan berganti pakaian, Turah pergi ke Jogja dengan mengemudikan mobil. Dia kemudian kembali ke Klaten. Turah sempat mampir ke salah satu warung untuk membeli minum sebelum kemudian menyerahkan diri ke Polsek Klaten Kota.
“Di Klaten sempat berhenti kemudian datang ke kantor polisi. Sempat keluar [dari kantor polisi] kemudian datang lagi [menyerahkan diri],” kata Kasatreskrim Polres Klaten AKP Lanang Teguh Pambudi.
Turah menyerahkan diri sekitar empat jam setelah membunuh dan memutilasi R. Dia kembali ke Klaten untuk menyerahkan diri ke polisi seusai melarikan diri ke Jogja karena R sudah meninggal dunia. Turah mengaku tak menyesal dan bahkan merasa puas sudah membunuh korban.
R dan Turah sama-sama bekerja menjual beras. “Dua-duanya bekerja kepada seseorang. Korban berada di sana [tinggal di rumah di Nangsri] lebih dahulu daripada tersangka. Dari pengakuannya, tersangka baru tinggal di rumah itu tiga atau empat bulan ini,” kata Kasatreskrim.
Kasatreskrim mengatakan tidak ada motif asmara yang melatarbelakangi pembunuhan tersebut. Motif pelaku semata-mata sakit hati dan dendam karena dituduh mencuri uang dan mengaku sering diolok-olok oleh korban.
Tim Satreskrim Polres Klaten menyita sejumlah barang bukti berupa pisau dapur sepanjang 20 sentimeter, golok sepanjang 40 sentimeter, kaos, serta selimut. Sementara, jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY.
BACA JUGA: Rinaldi Korban Mutilasi Dimakamkan di Sleman, Bupati Berikan Penghormatan Terakhir
Sebulan kemudian pada Selasa, 11 Juli 2023, Waliyin, pria 29 tahun dari Magelang yang dikenal pendiam, dan temannya berinisial RD, memutilasi Redho Tri Agustian, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Waliyin berasal dari Kajoran, Magelang. Dia dan temanya yang oleh polisi hanya disebut sebagai pria 38 tahun berinisial RD yang berdomisili di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, memutilasi Redho Tri Agustian, mahasiswa 20 tahun asal Pangkalpinang, Bangka Belitung, yang berkuliah di UMY
Redho dimutilasi di rumah indekos Waliyin. Sebelum dimutilasi, Redho dan Waliyin serta RD melakukan apa yang disebut polisi sebagai aktivitas tak wajar disertai kekerasan berlebihan. Akibatnya, Redho meninggal dunia.
Lantaran panik, Waliyin dan RD memutilasi. Keduanya bahkan merebus tangan dan kaki Redho untuk mengaburkan sidik jari. Upaya tersebut gagal karena polisi berhasil mengidentifikasi Redho lewat sidik jari. Waliyin dan RD lantas membuang potongan tubuh Redho yang sudah dibungkus plastik ke lima tempat di Sleman.
Kepala korban dikubur di dekat Sungai Krasak, Merdikorejo, Tempel. Tulang dan organ dalam korban ditemukan di sungai di Bangunkerto, Turi. Daging dan organ dalam serta pakaian dan sandal korban ditemukan di Kali Nyamplung, Jlegongan, Margorejo, Tempel. Potongan daging korban lainnya ditemukan di Sungai Nglinting perbatasan Lumbungrejo-Merdikerejo. Selanjutnya ponsel milik korban ditemukan di Ngebong, Margorejo, Tempel.
Berdasarkan pemeriksaan polisi, Waliyin, Redho, dan RD berkenalan lewat sebuah grup di Facebook. Ketiganya kemudian membuat janji bertemu di rumah indekos Waliyin di Triharjo. Setelah bertemu, mereka melakukan aktivitas tak wajar disertai kekerasan berlebihan satu sama lain yang berujung kematian Redho.
Bergabungnya Waliyin, RD, dan Redho dalam satu grup yang berujung kematian dan mutilasi membuat tim penyidik Polda DIY menelusuri grup-grup di media sosial yang diikuti Waliyin dan RD. Grup-grup itu diselidiki lewat ponsel Waliyin dan RD yang sudah disita.
“Kami juga melakukan digital forensik terhadap ponsel milik para pelaku,” kata Wadirreskrimum Polda DIY, AKBP K. Tri Panungko Tri Panungko, saat jumpa pers di Mapolda DIY, Selasa (18/7).
“Di ponsel pelaku ada grup-grup WA [WhatsApp], grup-grup Facebook maupun media sosial lainnya, semuanya kami dalami.”
Polda DIY juga membentuk Satgas Siber untuk memantau hasil dari digital forensik untuk mengungkap isi pembicaraan dari grup-grup yang ada di ponsel pelaku.
“Kami membentuk Tim Satgas Siber untuk memantau hasil dari digital forensik yang kami lakukan. Ini [digital forensik] memang membutuhkan waktu,” katanya.
BACA JUGA: Bos Ojek Online Tewas Dimutilasi di New York
Tim penyidik sempat kesulitan mengungkap identitas korban, karena potongan tangan yang ditemukan sudah rusak. Namun berkat keuletan tim forensik, identitas korban akhirnya terkuak. Dari hasil identifikasi, sidik jari korban 99% identik dengan Redho, mahasiswa UMY yang terakhir kali terlihat oleh teman indekosnya di Kasihan, Bantul, pada Selasa (11/7/2023). Potongan tubuh Redho pertama kali ditemukan oleh warga di Sungai Bedog, Turi, Sleman, pada Rabu (12/7/2023) malam. Keluarga Redho kemudian membuat laporan orang kehilangan ke Polsek Kasihan pada Kamis (13/7/2023).
“Langkah yang kami lakukan melibatkan pemeriksaan Inafis. Kami membandingkan persamaan sidik jari yang kami temukan di lokasi kejadian dengan temuan orang hilang dan ternyata identik, nilainya 99 persen,” kata Dirreskrimum Polda DIY, Kombes Pol FX Endriadi.
Identitas Redho juga terungkap dengan cara pengenalan visual. Polisi menunjukkan sejumlah barang yang ditemukan di lokasi kejahatan kepada keluarga korban.
“Keluarga korban memastikan barang-barang yang ditemukan di lokasi seperti kaus, celana pendek, sandal gunung benar-benar milik korban,” ujarnya.
Polisi juga memeriksa DNA Redho dengan keluarganya. “Kami menunggu hasil uji DNA korban. Identitas sidik jari identik, tetapi ada item-item lain yang perlu kami kumpulkan,” katanya.
Tetangga Waliyin di rumah indekos di Krapyak, Triharjo, Sleman, mengenalnya sebagai sosok pendiam yang jarang bertegur sapa. Reno tinggal bersebelahan persis dengan kamar Waliyin. Pria asal Sumatra itu tak menyangka tetangga indekosnya menjadi pelaku pembunuhan.
“Enggak menyangka. Sebab dia [Waliyin] selama ini kan baik-baik saja,” ujarnya.
Waliyin cenderung tertutup dan pendiam. Reno hanya tahu Waliyin bekerja di sebuah restoran. Namun, Reno tak tahu persis di restoran mana Waliyin bekerja. “Dia sempat ngomong kerja di resto. Tapi enggak tahu resto daerah mana,” ujarnya.
“Memang tertutup orangnya.”
Interaksi Waliyin dan tetangga kos terbilang minim, hanya sebatas tegur sapa saat Waliyin akan berangkat kerja. “Kalau pulangnya sudah malam, jam 10 kadang-kadang,” ucap Reno.
“Iya [tegur sapa biasa saja], enggak lebih dari itu.”
Selesai kerja, Waliyin biasanya langsung masuk ke kamar, tidak pernah ikut kongkow bersama tetangga kos.
“Duduk-duduk di sini enggak pernah. Walaupun kami ramai-ramai, kalau pulang kerja dia pasti langsung masuk kamar. Enggak pernah gabung sama kami, makanya saya enggak tahu karakter yang selain itu,” ucap Reno.
Menurut ingatan Reno, Waliyin belum lama tinggal di indekos. “Paling satu tahun. Agustus nanti satu tahun,” tuturnya.
Reno sama sekali tak mendengar suara gaduh atau ribut-ribut dari kamar Waliyon pada pekan lalu. Padahal, menurut tim penyidik Polda DIY, Redho dimutilasi di kamar tersebut. “Enggak ada [kedengaran], enggak ada terdengar apa-apa di sini, enggak ada,” ujarnya.
Selain itu, baik Reno maupun keluarganya juga tidak mencium bau tertentu dari kamar Waliyin “Enggak ada [bau]. Khusus bagi aku kan, enggak ada [bau],” ucap dia.
“Keluarga juga enggak ada yang mengeluh [perihal bau].”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal DAMRI ke Pantai Baron Gunungkidul, Parangtritis Bantul, Candi Prambanan dan Bandara YIA
- Cek Cuaca di Jogja Sabtu 2 November 2024, Sebagian Wilayah Dilanda Hujan Ringan
- Jalur Trans Jogja ke Taman Pintar dan Malioboro
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 2 November 2024: Miras Jogja, Persiapan Menghadapi Potensi Bencana, Agenda Wisata Jogja
- Jadwal dan Lokasi SIM Keliling di Gunungkidul Sabtu Ini, 2 November 2024
Advertisement
Advertisement