Pakar UGM: Persoalan Sampah di DIY Terus Berlarut, Bisa Timbulkan Kerusakan Lingkungan
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Penyelesaian permasalahan sampah dinilai harus dilakukan simultan, dari hulu ke hilir oleh pemerintah maupun masyarakat. Jika persoalan terus berlarut-larut, potensi kerusakan lingkungan dapat mengancam.
Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, Mohammad Pramono Hadi pada Kamis (27/7/2023) berpendapat pemusatan pengelolaan akhir sampah pada satu lokasi dengan adanya perubahan gaya hidup dari pedesaan menjadi perkotaan saat ini, memerlukan bantuan pihak ketiga dalam pengelolaannya. Gaya hidup manusia yang berubah turut mengubah karakteristik sampah yang dihasilkan.
Advertisement
Sekitar 40 tahun yang lalu sampah didominasi oleh organik, sejak tahun 1980-an mulai banyak dijumpai kemasan sehingga sampah di perkotaan didominasi oleh bahan anorganik terutama plastik. Sayangnya perubahan karakteristik sampah ini tidak diiringi dengan perubahan metode pengelolaan sampah di TPST Piyungan yang tetap mengaplikasikan metode sanitary landfill.
Padahal, material yang sebagian besar merupakan sampah plastik tersebut bila terus ditumpuk, proses dekomposisi atau penguraiannya tidak akan terjadi. Akhirnya eskalasi lima tahun sudah melebihi dari kapasitas. Jika terus menerus ditumpuk, bahaya longsor dapat terjadi di tempat penampungan.
Di sisi lain Pramono menambahkan, ketika TPA Piyungan ditutup dan pengelolaan sampah dikembalikan ke daerah-daerah masing-masing, daerah pasti akan kelabakan.
Pramono kini tengah mendesain sebuah riset untuk meneliti kualitas air di sungai-sungai yang ada. Dia memiliki praduga, nantinya lokasi-lokasi pembuangan sampah ilegal yang sudah tidak diperbolehkan akan muncul kembali yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan sekitarnya.
BACA JUGA : Rehabilitasi UPI di Kulonprogo Gunakan Danais, Segini Anggarannya
"Sehingga jangan disalahkan jika kualitas lingkungan menurun di perkotaan, karena memang belum ada solusi pengelolaan sampah akhir. Supaya efektif harus jadi satu kesatuan. Namun jangan sanitary landfill, melainkan harus ada teknologi," ungkapnya.
Penutupan TPA Piyungan bukan pertama kali terjadi. Penutupan pernah dilakukan oleh masyarakat yang melakukan protes maupun kini dilakukan pihak pengelola sampah TPA Piyungan. Penutupan seperti ini menurut Pramono akan terus bergulir jika tidak ada solusi yang konkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
Advertisement
Advertisement