Advertisement
Pererat Kesetiakawanan lewat Restorasi Sosial
Advertisement
BANTUL—Dinas Sosial (Dissos) DIY menggelar kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Kesetiakawanan Sosial melalui Restorasi Sosial Berbasis Budaya Jawa Mewujudkan Kesejahteraan Sosial. Kegiatan yang digelar di Balai Kalurahan Guwosari, Pajangan, Bantul, Kamis (10/8/2023) ini bertujuan merekatkan kesetiakawanan di masyarakat yang mulai memudar.
Kepala Dinsos DIY, Endang Patmintarsih mengatakan pada era globalisasi perkembangan teknologi yang pesat tidak hanya berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif yang harus ditanggulangi sehingga tidak memudarkan ciri khas dan identitas di masyarakat. Alhasil, ada dampak buruk dari globalisasi dan perkembangan teknologi, salah satunya adalah sikap individualis dan egois."Dampak negatif ini yang harus ditanggulangi sehingga tidak memudarkan ciri khas dan identitas di masyarakat," katanya.
Advertisement
Padahal, ciri dari masyarakat di DIY selama ini dikenal mengedepankan kesetiakanawan sosial, sopan santun hingga kegotongroyongan. “Untuk itu kami punya kewajiban untuk mengembalikan ciri khas dan identitas ini," paparnya.
Menurut dia, keberadaan nilai-nilai sosial di masyarakat yang kini telah terdegradasi butuh dikembalikan sebagai identitas di DIY. Salah satu cara dilakukan dengan menggelar kegiatan Penguatan Nilai-Nilai Kesetiakawanan Sosial tersebut. Dengan kegiatan ini, dia berharap relasi yang merenggang bisa kembali direkatkan, sopan santun maupun budi pekerti tetap dimiliki oleh masyarakat. “Setelah kegiatan ini kami harapkan akan ada aksi nyata, untuk mengembalikan nilai-nilai budaya di masyarakat yang mulai memudar," ujar dia.
BACA JUGA: Cegah Masalah Sosial dan Remaja Melalui Wayang Cakruk
Ketua Karang Taruna DIY GKR Hayu sekaligus Penghageng Tepas Tandha Yekti Kraton Yogyakarta mengungkapkan, ada banyak sekali filosofi Jawa yang bisa dijadikan pegangan. Hanya saja, banyak yang belum paham mengenai filosofi tersebut, utamanya filosofi mengenai Sangkan Paraning Dumadi, Memayu Hayuning Bawono dan Manunggaling Kawulo Gusti. Jika ketiga filosofi ini dipahami, maka persoalan pemudaran ciri khas dan identitas DIY akan mampu ditanggulangi.
"Untuk itu saat ini yang harus difokuskan adalah apa yang ada di kuasa manusia. Budaya ngrumangsani dan nguwongke harus terus ditingkatkan. Tidak hanya generasi muda tapi juga generasi atasnya," ujar dia.
Praktisi kesejahteraan sosial Winardiyanto menekankan terkait dengan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak harus sama. Selain itu, masyarakat juga harus tetap memiliki budaya malu dan harus diikuti dengan gerakan nyata. "Untuk menumbuhkan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang,” katanya.
Sedangkan Lurah Guwosari Masduki Rahmat berharap kegiatan ini mampu menyegarkan kembali nilai kesetiakawanan sosial di kalurahannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement