Depok Sleman Bikin Gerakan Pilah Sampah Lewat Gede Lampah
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemkab Sleman terus berupaya dalam mengatasi permasalah sampah. Terutama karena ditutupnya TPA Piyungan. Salah satu upaya ini dengan inovasi Gerakan Depok Memilah Sampah (Gede Lampah) yang diinisiasi oleh Pemerintah Kapanewon Depok.
Panewu Depok, Wawan Widiantoro, menjelaskan saat ini telah ada 65 Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) di Kapanewon Depok. Jumlah tersebut menurutnya melebihi jumlah padukuhan yang ada di Kapanewon Depok yakni sejumlah 58 padukuhan.
Advertisement
KPSM ini memiliki kegiatan pengelolaan sampah yakni dengan memilah sampah dari rumah tangga, mengolah sampah organik dan menyalurkan sampah anorganik ke penerima rosok. Pemerintah Kalurahan pun diminta turut berkontribusi mendukung kegiatan di KPSM.
BACA JUGA : Jogja Darurat Sampah: Jangan Hanya Mau Terima Uangnya
"Kami juga minta pak lurah di setiap kalurahan untuk bisa berkontribusi, kalau bisa nanti membeli alat atau mesin untuk mengolah sampah," ujarnya dalam peluncuran Inovasi Gede Lampah, di kantor Kapanewon Depok, Jumat (11/8/2023).
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, mengatakan program ini sejalan dengan Peraturan Bupati Sleman No. 22/2022 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. "Memilah sampah secara mandiri mulai dari rumah tangga. Kapanewon Depok menjadi penggerak pertama melalui Gede Lampah ini," katanya.
Inovasi yang digagas Pemerintah Kapanewon Depok ini dapat menjadi inspirasi bagi kapanewon lainnya dalam rangka menanggulangi permasalahan sampah di wilayahnya masing-masing. “Dengan begitu, harapannya permasalahan sampah di Kabupaten Sleman dapat di selesaikan di lingkup kapanewon atau bahkan kalurahan,” paparnya.
Dengan pemilahan dan pengolahan ini, diharapkan volume sampah yang dihasilkan di Sleman bisa semakin ditekan. Sebelumnya, Kustini menyampaikan Depok menjadi salah satu wilayah yang menghasilkan sampah paling bannyak di Sleman.
BACA JUGA : Duh! 95 Ton Sampah Jogja Masih Belum Punya Solusi
“Sampah yang paling banyak ada di Depok, Mlati, Ngaglik, sebagian Kalasan, Sleman dan Gamping. Sedangkan yang pinggir-pinggir seperti Minggir, Cangkringan, sudah bagus semua [pengolahan sampahnya],” ungkapnya.
Dari data terakhir, sampah dari Sleman yang diangkut ke TPA Piyungan sekitar 300 ton per hari. Selama penutupan TPA Piyungan, sampah di Sleman diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Tamanmartani yang hanya berkapasitas 50 ton per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Minat Berwisata Milenial dan Gen Z Agak Lain, Cenderung Suka Wilayah Terpencil
Advertisement
Berita Populer
- Ribuan Rokok Ilegal Disita Satpol PP Jogja dan Bea Cukai hingga Oktober 2024
- Lebih Dekat Lebih Hangat, Donnie Sibarani Siap Hadirkan Malam Nostalgia di GRAMM HOTEL by Ambarrukmo
- PJs Bupati Sleman Salurkan Bantuan untuk Masyarakat Terdampak Bencana Hidrometeorologi
- Eksplorasi Budaya di Pameran Pawukon Prayungan
- Ratusan Pemilih di Pilkada Bantul 2024 Mengajukan Pindah Memilih
Advertisement
Advertisement