Sekda DIY: Jadi Pertunjukan Sepanjang Zaman, Wayang Beri Contoh Konkret Berbudi Luhur
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan meski memiliki pesona sebagai budaya kuno dari Indonesia, sama seperti tradisi lainnya, wayang sedang berjuang mempertahankan eksistensinya. Kunci eksistensi wayang terdapat pada loyalitas kaum tua, serta daya pikatnya pada kaum muda.
Demikian pula dalam memikirkan aktualisasi wayang, sehingga senantiasa relevan dengan realitas zamannya. Keterlibatan orang-orang muda adalah niscaya.
Advertisement
“Saya secara khusus menyampaikan apresiasi kepada Paguyuban Dalang Muda Sukrakasih serta seluruh seniman pendukung karena setia mengambil peran nyata dan menjaga eksistensi serta relevansi wayang," kata Beny dalam Pagelaran Wayang Adat Suran di Pendopo Wiyatapraja, Jumat (11/8/2023) malam.
BACA JUGA : Cegah Masalah Sosial dan Remaja Melalui Wayang Cakruk
Ia menambahkan merujuk pada pendapat tokoh agama Frans Magnis Suseno, seni pertunjukan wayang masih sangat relevan dengan era sekarang. Karena, setidaknya terdapat empat nilai yang tersirat dalam hakikat wayang.
Antara lain wayang bernafaskan keleluasaan pandangan yang mengedepankan dialog dalam mencari solusi atas perbedaan. Nilai yang kedua, wayang bernafaskan toleransi terhadap pluralitas, di mana toleransi adalah sikap dan kemampuan psikis untuk menerima komunitas yang berbeda adat, kebiasaan, agama, tata krama, sopan santun, dan pola-pola komunikasinya.
“Wayang pun seakan merupakan sekolah untuk belajar tentang keterbukaan, penerimaan dan penghormatan terhadap kualitas. Selanjutnya, nilai yang ketiga adalah yang dijunjung tinggi dalam wayang adalah kadar kemanusiaan dan bukan atas dasar asal usul,” katanya.
Adapun nilai keempat, wayang bukan sederet ajaran teoritis. Wayang berbicara lewat contoh-contoh konkrit yang berbudi luhur maupun yang berbudi rendah karena wayang tidak moralistik, di mana wayang tidak menggurui. “Wayang memperlihatkan dengan jelas kualitas internal, sikap-sikap positif dan negatif dari setiap sosok yang ditampilkan," ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, sesuai dengan tradisi Jawa ketika memasuki bulan Sura, kesederhanaan dan mengutamakan keprihatinan adalah salah satu bagian dari tradisi masyarakat Jawa. Pergelaran sebagai salah satu bentuk media umbul dungo dalam perayaan bulan Sura pada penanggalan Jawa.
BACA JUGA : Kemendikbud Luncurkan Film Nyantrik, Wayang Orang Diperankan Anak Milenial
"Perayaan ini untuk memohon semua kesehatan, kelancaran, keberkahan dan memohon perlindungan untuk kita semua, serta masyarakat DIY pada umumnya. Pergelaran ini diharapkan juga bisa memberikan satu berkah atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,” ucapnya.
Dalang Ki Mas Lurah Cermo Kartiko mengatakan pergelaran wayang ini berjudul Narasunya. Merupakan sosok satria yakni Baratasena atau Werkudara yang harus mengemban amanah menjadi bagian dari pemerintah. Werkudara berupaya menjadi pemerintah yang baik bagi masyarakatnya, meski menghadapi sejumlah tantangan dan rintangan.
"Menjadi pemerintah tentu tidak mudah, bahkan seringkali dihadapkan pada situasi di mana terjadi peperangan antara apa yang harus dijalankan dengan batinnya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kena OTT KPK, Gubernur Bengkulu Dibawa ke Jakarta untuk Pemeriksaan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- InDrive Dorong Perubahan Sosial lewat Festival Film Alternativa
- Pelaku Praktik Politik Uang Bakal Ditindak Tegas Polres Kulonprogo, Ini Hukumannya
- 3 Alasan Relawan Bolone Mase Mendukung Penuh Kustini - Sukamto di Pilkada Sleman
- KPU Bantul Petakan TPS Rawan Bencana Hidrometeorologi, Ini Lokasinya
- Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja
Advertisement
Advertisement