Advertisement

Mengenang Rektor ISI Jogja Almarhum Timbul Raharjo, Kuda Kasongan Pewaris Jejak Pangeran Diponegoro

Ujang Hasanudin & Yosef Leon
Selasa, 05 September 2023 - 20:47 WIB
Budi Cahyana
Mengenang Rektor ISI Jogja Almarhum Timbul Raharjo, Kuda Kasongan Pewaris Jejak Pangeran Diponegoro Timbul Raharjo - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja Profesor Timbul Raharjo meninggal dunia pada Selasa (5/9) sore. Timbul adalah seniman besar, penerus pengikut Pangeran Diponegoro, yang punya pengaruh besar terhadap perkembangan Kasongan sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif di DIY. 

Di awal dekada 1990-an, Kasongan masih sepi. Hamparan sawah terlihat sejauh mata memandang. Berkat Timbul Raharjo, wilayah yang berjarak sekitar 10 kilometer di selatan Tugu Pal Putih Jogja itu menjadi destinasi wisata beken, dengan deretan toko gerabah dan kerajinan di sepanjang kiri kanan jalan.

Advertisement

Timbul adalah akamsi, anak kampung sini, yang lahir di Kasongan, Kalurahan Bangunjiwo, Bantul, pada 1969. Ia mendapat gelar sarjana dari Jurusan Seni Kriya, Institut Seni Indonesia ISI Jogja pada 1992. Semasa kuliah, Timbul sudah mengembangkan usaha gerabah dan mulai menunjukkan keberhasilan pada milenium baru. Bisnis ekspor gerabahnya untung besar, sebagian karena sejak 1996 nilai tukar rupiah anjlok di hadapan dolar.

Pada periode 2000-2005, saban bulan Timbul bisa mengirim belasan kontainer gerabah ke luar dengan nilai tak kurang dari Rp1 miliar. Timbul, yang terkenal dengan sebutan Kuda Egrang (dia bahkan membuat akun Facebook dengan nama Timbul Raharjo Kuda Egrang) karena banyak patung buatannya berwujud kuda, bisa mempekerjakan 750 orang dan punya empat showroom.

BACA JUGA: Ekspor Gerabah Capai 1.500 Buah Per Bulan, Begini Asal Mula Kasongan

Gempa 2006 yang meluluhlantakkan sebagian Bantul memukul usaha gerabah. Namun, Timbul bisa bangkit, membuat showroom baru yang lebih luas dan megah di pinggir Kali Bedog. Dia juga menggagas Festival Seni Kasongan tiap akhir tahun.

Belakangan, Timbul membangun Museumku Gerabah Timbul Raharjo, sebuah bangunan berwarna terakota di barat Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur, menegaskan pengaruh besarnya terhadap industri gerabah di Kasongan.

“Peran Pak Timbul dalam pengembangan gerabah Kasongan sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Bantul. Pak Timbul bisa kami ajak bersama-sama melibatkan sumber daya kreatif baik di ISI maupun di luar ISI untuk membawa Bantul menuju kota kreatif dunia bidang kriya,” kata Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat datang di pengukuhan Timbul sebagai Guru Besar Bidang Kriya Fakultas Seni Rupa ISI Jogja, 29 Maret 2023.

Tahun ini Bantul sedang berusaha menjadi bagian dari Jejaring Kota Kreatif Dunia dan sudah mendaftar ke UNESCO, Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan. Kasongan, dengan geliat bisnis dan kreasi gerabahnya, menjadi tumpuan utama meraih reputasi global.

BACA JUGA: Teliti Gerabah Kasongan, Timbul Raharjo Dikukuhkan Jadi Guru Besar ISI Jogja

Tak hanya pebisnis ulung, Timbul juga akademisi sukses. Sejak 1993, Timbul menjadi dosen di almamaternya. Pada 2000 ia menyelesaikan studi Master Humaniora di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan delapan tahun berselang meraih gelar Doktor Humaniora UGM.

Tahun ini, Timbul meraih puncak karier sebagai ilmuwan. Dia dipilih menjadi Rektor ISI pada 14 Februari lalu hingga periode 2027. Satu bulan kemudian pada 29 Maret, Timbul dikukuhkan menjadi guru besar dalam bidang kriya pada Fakultas Seni Rupa ISI Jogja.

Dalam pidatonya di sidang senat terbuka di Concert Hall ISI Jogja, Timbul memaparkan hasil pemikiran yang dia beri judul Gerabah Kasongan ‘Jaran Ukir’ Ikon Kabupaten Bantul dalam Perspektif Ilmu Kriya. Lagi-lagi, kuda tak pernah lepas dari identitasnya.

Timbul mengatakan Gerabah Jaran Ukir merupakan representasi ekspresi masyarakat Kasongan dalam membuat gerabah. Kasongan tak jauh dari Gua Selarong, tempat persembunyian Pangeran Diponegoro, tokoh perlawanan terhadap Kompeni. Di hampir semua tempat di Jawa, Diponegoro digambarkan sebagai figur bersurban yang selalu naik kuda.

Pangeran Diponegoro menyerukan perang melawan Belanda pada 1825-1830. Saat perang berakhir dan Diponegoro ditangkap di Magelang, salah satu pengikut Diponegoro yang bernama Ngabdul Raupi bersembunyi di barat Sungai Bedog. Ngabdul Raupi lantas mengajarkan masyarakat sekitar membuat gerabah.

“Pada tahun 1930-an seorang kriyawan bernama Sohikromo alias Jembuk membuat gerabah dengan mengkombinasikan nilai fungsi dan artistik. Selanjunya pada tahun 1970-an nilai artistik kekriyaan gerabah berlanjut dengan sentuhan artistik para dosen dan mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia [ASRI],” ujar Timbul.

BACA JUGA: Gencar Isu Resesi Global, Ekspor Produk Art and Furniture Asal DIY Tetap Moncer

Timbul mengatakan kuda adalah sumber inspirasi perajin gerabah Kasongan.

“Jaran Ukir sebagai hasil seni kriya gerabah Kasongan memiliki makna yang dalam tentang arti penting hidup yang penuh perjuangan. Masyarakat Bantul kental dengan budaya Jawa. Selain bertani, mereka hidup dari industri kriya tradisional, termasuk gerabah. Industri gerabah telah membawa masyarakat Kasongan memiliki kepekaan artistik dalam seni rupa,” katanya.

Sejak sepekan terakhir, kesehatan Timbul turun drastis. Beberapa bulan lalu, dia sempat dirawat di Rumah Sakit Bethesda Jogja. Kuda penggerak Kasongan itu kini telah pergi, meninggalkan tanah kelahiran dan legasi besar.

“Pak Rektor [Timbul] sore ini sudah tidak ada [meninggal dunia],” kata Pranata Humas ISI Jogja Heri Abi Burachman Hakim, Selasa malam.

Timbul meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito. ([email protected])

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PBB Sebut Evakuasi Warga Rafah Butuh Waktu 10 Hari

News
| Rabu, 01 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement